Selasa, 19 Maret 2024
Sekolah Menengah Pertama

Hujan-Tere Liye,2016

Hujan-Tere Liye,2016

Diringkas oleh: I Gusti Agung Ayu Arrcelina Maya Kiani/VIII.1/4

Buku ini menceritakan kisah cinta dan perjuangan hidup seorang gadis bernama Lail. Saat usianya baru menginjak 13 tahun ia harus menjadi yatim piatu. Pada hari pertamanya sekolah, bencana gunug meletus dan gempa dahsyat telah menghancurkan kota tempat tinggalnya dan membunuh ibu serta ayahnya. Letusan gunung api purba yang melebihi letusan gunung api Tambora dan gunung Krakatau. Beruntung ia diselamatkan oleh seorang anak berusia 15 tahun bernama Esok, ibu Esok tidak meninggal namun kedua kakinya harus diamputasi.

Selama hampir satu tahun Lail dan Esok tinggal di pengungsian, mereka tidak terpisahkan, orang orang mengenal Esok dan Lail. Mereka berdua juga membantu petugas pengungsian. Hingga akhirnya pemerintah mengumumkan untuk menutup tempat pengungsian, hal ini membuat Esok dan Lail terpisah. Lail akan tinggal di panti sosial sedangkan Esok ternyata di adopsi oleh salah satu keluarga. Ternyata di panti sosial Lail mendapat teman sekamar yang ceria, lucu dan penuh semangat bernama Maryam, Maryam memiliki rambut kribo yang halus. Di panti sosial terdapat beberapa peraturan yang harus dilaksanakan oleh Lail dan Maryam.

Lail terkadang rindu pada Esok, hingga akhirya mereka memiliki jadwal pertemuan yang rutin, hanya sebulan sekali, tetapi bagi Lail itu sudah lebih dari cukup. Mereka bertemu untuk berbagi cerita aktivitas mereka masing masing. Sayangnya jadwal rutin itu harus berubah saat Esok harus melanjutkan pendidikannya di Ibu Kota, mereka hanya bertemu saat liburan semester saja. Lail menyibukan dirinya dengan aktivitas yang bermanfaat. Lail dan Maryam mendaftar diri di organisasi relawan dan mereka merupakan relawan termuda. Mereka juga mengukir prestasi salah satunya adalah mereka ditempatkan di sektor 2, dimana terdapat dua kota kembar di hulu dan hilir yang disahkan jarak  50 km. Saat itu bendungan di hulu retak dan apabila bendungan itu jebol akan menghancurkan dua kota kembar itu, hanya ada satu cara mencapai hilir saat itu yaitu berlari cepat mungkin menerjang badai. Mereka berdua berhasil memperingati kota itu dan jasa mereka ternyata membuat mereka memperoleh penghargaan.

Kesibukannya membuat Lail mampu mengalihkan rindumya. Esok selalu datang mengunjungi Lail dengan membawa sepeda merah yang dulu saat bencana selalu mereka pakai lengkap dengan topi yang Lail berikan. Esok datang tanpa terduga. Sayangnya intensitas pertemuan mereka semakin jarang. Mereka hanya dapat bertemu satu tahun sekali itupun kalau Esok tidak sibuk. Lail tidak pernah menghubungi Esok, dia kadang bertanya kabar Esok pada ibunya dan Esok pun demikian. Dan ternyata keluarga yang mengadopsi Esok adalah keluarga wali kota.

Singkat cerita, ternyata Esok tengah mengerjakan sebuah kapal luar angkasa yang akan membawa penduduk bumi ke luar angkasa untuk menhindari bencana yang lebih besar dari gunung meletus, bencana itu adalah suhu bumi yang akan semakin lama semakin panas karena kerusakan stratosfer. Sejak bencana gunung meletus, iklim di bumi tidak terkendali, para petinggi negara mengadakan KTT untuk memecahkan hal ini, tetapi para petinggi negara sub tropis dan tropis berlomba lomba mengirimkan pesawat ulang-aling untuk menyemprotkan gas anti sulfur dioksida di lapisan stratosfer. Dalam jangka waktu yang singkat hal ini membuat iklim berangsur pulih namun masalah baru muncul.

Kecerdasan Esok membuatnya terlibat dalam proyek ini. Penduduk yang dapat pergi meninggalkan bumi juga tidak semua, mereka dipilih secara acak. Sayangnya Esok memiliki dua tiket dalam kapal tersebut, suatu ketika wali kota datang kepada Lail, memintanya untuk memberikan tiket itu pada Claudia anak wali kota apabila Lail mendapat tiket itu dari Esok. Terjadi kesalahpahaman dalam hal ini. Lail tumbuh dewasa dan ia seperti mengerti dengan perasaannya. Lail membutuhkan kepastian Esok. Satu hari sebelum pengumumam resmi dari pemerintah, Lail sama sekali belum mendapat kabar dari Esok, perasaannya kalut. Hingga pada detik detik menjelang penerbangan kapal ini, Lail justru memutuskan untuk masuk keruangan modifikasi ingatan. Lail ingin menghilangkan semua bebannya, menghapusnya dari ingatannya. Esok yang ternyata tengah menjalani proses pemindahan data hingga tak bisa menghubungi Lail, tak dapat dihentikan proses operasi itu, sekalipun ia telah membuat banyak teknologi canggih diseluruh dunia, Esok terlambat untuk mencegah Lail melakukan hal itu. Esok tak ingin Lail melupakannya.

Namun akhirnya pada detik detik terakhir, sebelum alat modifikasi itu bekerja Lail memutuskan untuk memeluk erat semua kenangan menyakitkannya. Benang merah yang menandakan kenangan menyakitkan telah berubah menjadi benang berwarna biru yang artinya Lail menerima semua kenangan itu. Yang akan dihapus adalah kenangan menyakitkan yaitu benang merah, benang biru tidak akan dihapus. Lail tidak melupakan Esok. Hari itu juga pemerintah mengumumkan penerbangan kapal luar angkasa itu. Esok memberikan tiketnya kepada ibunya dan anak walikota. Lail dan Esok tetap tinggal di bumi bersama-sama. Satu bulan kemudian mereka menikah. Elijah, fasilitator Lail di ruang operasi mangerti bahwa bukan melupakan yang jadi masalahnya tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tetapi jika dia tak bisa menerima, dia tak akan pernah bisa melupakan.

Refleksi tentang hal positif yang dapat diambil dari cerita di atas:

 

Terdapat nilai-nilai sosialnya yaitu :

1.      Kasih sayang

Contohnya seperti kasih sayang Esok kepada Lail dan sebaliknya.

2.      Gotong royong

Contohnya ketika gempa terjadi dan para petugas dan relawan bergotong royong mengevakuasi warga.

3.      Tanggung jawab

Contohnya saat pasukan militer mendirikan tenda untuk evakuasi walaupun mereka kehilangan kerabatnya tetapi mereka bertanggung jawab untuk memprioritaskan warga.

4.      Rasa kemanusiaan

Contohnya disaat petugas kereta yang turut berduka dan merasa bersalah hingga minta maaf ketika Esok menceritakan bahwa keempat kakaknya tertimbun kapsul kereta saat gempa terjadi.

5.      Menghargai orang lain

Contohnya ketika Lail dan Maryam menghargai usaha Ibu Suri yang memotong waktunya untuk mencarikan gaun untuk mereka. Meskipun mereka tidak menyukainya, mereka tetap menerima dan berterimakasih terhadap Ibu Suri.

6.      Musyawarah

Contohnya ketika petugas relawan berdiskusi terlebih dahulu sebelum memutuskan apakah Lail dan Maryam diterima saat mendaftar organisasi relawan.