Jumat, 29 Maret 2024
Perguruan Tinggi

Kedutaan Inggris Kunjungi dan Apresiasi Organic Coastal Defence (OCD), Hasil Kolaborasi dan Inovasi MMC dan Universitas Tanjungpura

Kedutaan Inggris Kunjungi dan Apresiasi Organic Coastal Defence (OCD), Hasil Kolaborasi dan Inovasi MMC dan Universitas Tanjungpura

Mr. Ken O’Flaherty dari United Kingdom Goverment’s COP26 UNFCCC Regional Ambassador to Asia Pasific dan South Asia mengunjungi Kabupaten Mempawah, Rabu (8/6/2022). Kedatangan Mr. Ken ke Mempawah, tepatnya di Mempawah Mangrove Park (MMP) Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir, disambut Ketua Mempawah Mangrove Conservation (MMC), Raja Fajar Azansyah dan Perwakilan tim peneliti dari UPT Laboratorium Terpadu, Universitas Tanjungpura Muhammad Pramulya.

kunjungan Mr. Ken ini sehubungan dengan telah disusunnya UK – Indonesia Partnership Roadmap 2022 – 2024 antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintahan Inggris. Beliau ditemani beberapa staf Kedutaan Inggris berserta perwakilan dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM). BRGM sedang menjajaki kerjasama perlindungan dan restorasi lahan gambut, serta ekosistem mangrove pada lokasi target BRGM sesuai rencana Operasional FOLU Net Sink yang disusun hingga tahun 2030.

Menindaklanjuti hal tersebut, United Kingdom Goverment’s COP26 UNFCCC Regional Ambassador to Asia Pasific dan South Asia mengunjungi Indonesia dan ingin mengetahui lebih dekat tentang kondisi riil di lapangan dalam penanganan Gambut dan Restorasi Mangrove. Kunjungan yang dilakukan dilapangan tersebut Terpilihlah Mempawah Manggrove Park yang berlokasi Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah untuk kegiatan restorasi mangrove.

Ketua MMC, Raja Fajar Azansyah, pada kesempatan pertemuan dengan Mr. Ken dan Kedutaan Inggris di lokasi MMC. Ia pun memanfaatkan kesempatan itu untuk memaparkan sejarah dan cara percepatan perluasan hutan mangrove dan meningkatkan persentase keberhasilan dalam kegiatan penanaman mangrove. “Karena selama ini perlu kerjasama, kerja keras serta kolaborasi dalam penanaman mangrove akan menunjukkan hasil akhir berupa penambahan luasan hutan mangrove yang ada,” ujar dia.

Pada kesempatan itu, Fajar juga menginformasikan terkait pembangunan pengaman pantai yang murah, mudah dan bisa diaplikasikan di tempat dimana memiliki permasalahan yang ada. Yaitu, OCD atau Organic Coastal Defence, sebuah bangunan pengaman pantai yang terdiri dari 2 struktur bangunan yang saling keterkaitan, Organic Break Water dan Mud Trap.

OCD ini lahir dari pengalaman, serta pengamatan selama ini dan ilmu pengetahuan,” ungkap Fajar. OCD telah dibangun dan terus dibantu agar menjadi baik dan model yang dapat diterapkan dalam kegiatan rehabilitasi mangrove di wilayah manapun di Indonesia. Bahkan belum lama ini, ada beberapa pihak yang akan berkunjung untuk melihat dan belajar untuk mereplika OCD untuk dikembangkan di beberapa lokasi seperti Pulau Cempedak dan Kalsel.

“Kami harap OCD ini dapat terus dikembangkan. Dan Juli 2022 ini, akan dikerjasamakan dengan Universitas Tanjungpura Pontianak melalui Prodi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik, UPT Laboratorium Terpadu, MIPA dengan mengirimkan mahasiswa dengan untuk melakukan Penelitian yang rencananya memanfaatakan peluang pendanaan skema Matching Fund / Kedai Reka dan Program MBKM. OCD ini juga mendapat perhatian dari kerjasama penelitian antara Untan, ITB serta Swansea University Inggris nantinya akan menghasilkan output berupa model OCD terbaik yang sudah diuji melalui sistem komputerisasi” ujarnya.

Selain itu, tim peneliti Universitas Tanjungpura yang di wakili Muhammad Pramulya memaparkan bahwa ide pembuatan breakwater dan mudtrap ini muncul ketika mengetahui permasalahan yang terjadi di MMP, dimana terjadi sebuah abrasi disana yang memakan 20m daratan setiap tahunnya. Permasalahan ini sudah pernah atasi dengan membangun sebuah breakwater yang terbuat dari beton, upaya ini berhasil mengatasi abrasi disana, namun breakwater tersebut menjadi solid dengan tanah dan sulit untuk dipindahkan sehingga menghambat perataan pertumbuhan mangrove.

Oleh karena itu muncul sebuah permintaan membuat breakwater yang terbuat dari bahan alami yang bisa meredam energi gelombang sekaligus menahan lumpur agar akar mangrove tidak terlepas dan mati. Breakwater alami yang didesain terbuat dari bahan dasar bambu, potongan kayu, paku dan tali. Dibagian depan bangunan ditancapkan kayu pengukur lumpur, untuk mengukur lumpur.

Selain itu juga, perwakilan peneliti dari untan sempat menjelaskan pengembangan Cocopot, yaitu pot yang terbuat dari sabut kelapa yang berpotensi menggantikan polybag. Cocopot ini selain ramah lingkungan dan mudah terdekomposisi, sangat sesuai dengan OCD. Hasil pengamatan OCD dilapangan, datanya menunjukkan bahwa survival rate dan laju pertumbuhan mangrove justru diatas 85%, dengan catatan bahwa bibit yang ditanam masih menggunakan polybag atau cocopot tadi.

OCD diharapkan sebagai salah satu solusi untuk mempertahankan lumpur dan pemecah ombak Terkait apa yang disampaikan Fajar dan Pramulya mendapat respon positif dari Mr. Ken. Dan pada saat berdiskusi bersama masyarakat, ia pun mengapresiasi kegiatan restorasi dan konservasi mangrove yang ada di Kabupaten Mempawah ini.

“Mr. Ken dan Perwakilan Kedutaan Inggris berjanji, ini bukan pertama dan terakhir kesini. Dan mudah-mudahan ini akan ada tindak lanjutnya. Kerjasama merestorasi dan memperluas hutan mangrove yang ada, melalui Pemerintah Indonesia,” ucap dia.