Sabtu, 20 April 2024
Sekolah Menengah Kejuruan

Bantu Lansia dan Tunanetra Bedakan Obat, Siswa SMKN 1 Cimahi Buat ‘Eyeroom’

Bantu Lansia dan Tunanetra Bedakan Obat, Siswa SMKN 1 Cimahi Buat ‘Eyeroom’

Empat siswa SMKN 1 Cimahi; Bella Anggraeni Putri, Intan Nur Fathonah, Miana Nurhaliza, dan Salwa Nurul Aisyah, menciptakan sebuah aplikasi yang diberi nama Eyeroom. Foto: Dok. Samsung

Bagi anak muda atau orang dengan mata normal, membedakan jenis obat bukanlah perkara sulit. Cukup dengan membaca label kemasannya saja, kita sudah bisa mengetahui jenis, dosis, hingga cara pemakaiannya.

Tapi bagaimana dengan lansia yang matanya sudah kabur sehingga tidak memungkinkan untuk membaca dengan jelas, atau bahkan tunanetra? Tentu membedakan obat bukanlah sesuatu yang mudah.

Berangkat dari kesulitan yang dihadapi lansia serta tunanetra ini, empat siswa SMKN 1 Cimahi; Bella Anggraeni Putri, Intan Nur Fathonah, Miana Nurhaliza, dan Salwa Nurul Aisyah, menciptakan sebuah aplikasi yang diberi nama Eyeroom. Menggunakan teknologi pemindaian gambar dan transkrip suara, Eyeroom bertujuan memfasilitasi lansia dan penyandang tunanetra agar bisa membedakan obat mata dengan mudah.

“Kami terinspirasi dari kondisi di sekitar lingkungan kami yaitu para orang tua yang mengalami kesulitan pada bagian mata. Hal ini menjadi cikal bakal Eyeroom. Kami juga mencari informasi dari para apoteker dan siswa jurusan farmasi untuk menambah fitur pada website kami,” ungkap salah satu siswa yang menciptakan Eyeroom, Bella.

Eyeroom dapat mendeteksi obat tanpa kemasan maupun obat dengan kemasan, serta dilengkapi fitur voice note dalam penyampaian informasi terkait obat tersebut. Mulai dari deskripsi, review, hingga opsi retail online untuk pembelian obat.

Selain itu di halaman daftar obat juga terdapat fitur scan, baik obat yang memiliki kemasan maupun tidak. Dengan cara memindainya melalui kamera gawai, fitur ini bahkan mampu mendeteksi obat dan menampilkan deskripsinya dengan akurasi hingga lebih dari 90 persen.

Karenanya, aplikasi ini juga dibuat dengan tujuan membantu mempermudah praktikum siswa jurusan farmasi, serta membantu permasalahan apoteker saat ada konsumen membawa obat tanpa packaging.

Tampilan utama aplikasi Eyeroom. Foto: Dok. Samsung

Proses pengerjaan aplikasi Eyeroom ini, dari mulai analisa hingga proses coding, berjalan selama sekitar empat bulan. Miana Nurhaliza mengaku, di awal pembuatan aplikasi mereka sempat mengalami kesulitan dalam perumusan masalah.

“Hal sulit yang kami temukan adalah saat menentukan arah dan tujuan website kami. Namun kami bisa mengatasinya dengan cara menganalisa kembali hal-hal apa saja yang kami targetkan dan prioritasnya,” terang Miana Nurhaliza.

Apalagi diketahui bahwa sebenarnya tidak memiliki latar belakang jurusan programming. Namun tantangan tersebut justru menjadi ‘cambuk’ yang memotivasi mereka untuk memperdalam ilmu programming yang belum pernah mereka pelajari sebelumnya.

Berkat inovasi empat siswa SMKN 1 Cimahi ini, Eyeroom berhasil mendapatkan peringkat dua dalam Samsung Innovation Campus (SIC) yang diselenggarakan oleh Samsung Electronics Indonesia sejak bulan Januari 2021 lalu.

Diikuti oleh total 396 siswa SMK dari seluruh Indonesia yang terbagi lagi menjadi 119 tim, kelompok Eyeroom SMKN 1 Cimahi lolos seleksi bersama dengan 12 tim lainnya untuk mengikuti tahapan berikutnya yaitu bootcamp SIC secara intensif selama 12 minggu berturut-turut untuk memperdalam pembelajaran dan pendampingan ilmu coding dan pemrograman. Meliputi Design Thinking; Web Design (UX), dasar-dasar pemrograman website seperti HTML, CSS, Javascript; serta memberikan akses networking komunitas belajar lintas sekolah bersama para mentor yang ahli di bidangnya.

“Selama sesi bootcamp SIC ini, kami banyak mempelajari bahasa pemrograman seperti HTML, Javascript, CSS, serta React JS,” ujar Salwa Nurul Aisyah antusias.

Pada akhir sesi bootcamp, 13 kelompok yang terdiri dari 46 siswa, mengembangkan solusi digital dan mempresentasikan solusi yang mereka buat beserta tujuannya untuk memecahkan masalah yang ada di masyarakat. Siswa dengan produk terbaik kemudian disaring kembali menjadi 5 tim final oleh Samsung dan Skilvul — mitra Samsung dalam menjalankan program SIC, dan dapat mengikuti SIC Project Competition 2021.

Selain SMKN 1 Cimahi, ada 2 kelompok dari SMK Negeri 2 Surakarta dan 1 kelompok dari SMK Negeri 1 Geger Madiun yang berhasil lolos. Peserta yang lolos nantinya juga berkesempatan menjalankan Full-stack Web Development Bootcamp dan Career Preparation, untuk menyiapkan mereka menjadi talenta digital siap kerja di salah satu dari 150 partner Skilvul.

“Program ini tak sebatas mengajarkan bagaimana membuat aplikasi atau situs web, melainkan membantu siswa mengembangkan cara berpikir yang kelak akan berguna dan sangat dicari di dunia kerja. Harapan kami, di akhir program siswa dapat semakin meningkatkan kemampuannya berkolaborasi, memecahkan masalah, serta merumuskan solusi atas permasalahan yang akan mereka hadapi di masa depan,” kata Chief of Business Skilvul, William Hendradjaja.

Senada dengan itu, Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia, Ennita Pramono, mengungkapkan bahwa Samsung menyadari sumber daya manusia yang terampil, kreatif, inovatif dan adaptif, ditambah infrastruktur sangat berkaitan dengan kesuksesan inovasi di Indonesia di era Revolusi Industri 4.0.

“Menempati peringkat 85 dari 131 negara dalam Global Innovation Index 2020, menandakan Indonesia masih harus mendorong pertumbuhan budaya dan ekosistem inovasi agar lebih optimal. Karenanya, program SIC berperan dalam mengenalkan dan memanfaatkan teknologi yang sesuai perkembangan generasi saat ini. Melalui pembekalan coding dan programming SIC, para generasi muda bisa mendapatkan skill yang dibutuhkan industri sekarang dan masa depan, sekaligus membuka peluang bagi mereka untuk menjadi generasi yang dapat memberikan solusi di masyarakat lewat inovasi,” jelas Ennita.

Guru sekaligus pembimbing kelompok Eyeroom SMKN 1 Cimahi, Yusurat, pun mendukung penuh program SIC yang dapat mendorong siswa agar lebih cakap dan bisa menguasai soft-skills, melalui integrasi pendekatan science, technology, engineering, dan mathematics (STEM).

“Pembelajaran program coding sangat bermanfaat karena dapat diimplementasikan untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0. Siswa dapat memiliki kemampuan 4C yaitu communication, critical thinking, creative, dan collaborative. Program ini juga akan membantu siswa yang memiliki ketertarikan dalam pembelajaran STEM,” pungkasnya.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Samsung Innovation Campus, kunjungi https://csr.samsung.com.

 

Sumber berita :

  • https://kumparan.com/kumparantech/bantu-lansia-dan-tunanetra-bedakan-obat-siswa-smkn-1-cimahi-buat-eyeroom-1x2S4oMh2eq/1