Sabtu, 20 April 2024
Perguruan Tinggi

Unpad-Biofarma Berikan Pelatihan Teknologi Pembuatan Vaksin kepada Peneliti Negara OKI

Unpad-Biofarma Berikan Pelatihan Teknologi Pembuatan Vaksin kepada Peneliti Negara OKI

[Kanal Media Unpad] Laboratorium Sentral Universitas Padjadjaran secara resmi menjadi laboratorium jejaring PT. Biofarma pada program Organization of Islamic Cooperation (OIC) Center of Excellence on Vaccine and Biotechnology. Melalui program ini, empat peneliti dari negara anggota OKI akan mempelajari teknologi vaksin, salah satunya di Lab Sentral Unpad.

Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti mengatakan, Lab Sentral Unpad telah ditunjuk Kementerian Kesehatan RI sebagai jejaring untuk program “COMSTECH  OIC Fellowship Program” oleh OKI. Pada program tersebut OKI melalui lembaga COMSTECH memberikan beasiswa kepada para peneliti negara anggota untuk belajar mengenai teknologi pembuatan vaksin di Indonesia.

“Empat partisipan dari negara Mesir dan Pakistan akan mengikuti pelatihan dan riset tentang vaksin dan bioteknologi,” kata Rektor dalam acara simbolis peresmian Lab Sentral Unpad sebagai laboratorium jejaring OIC Center of Excellence on Vaccine and Biotechnology di gedung Lab Sentral Unpad, Jatinangor, Senin (19/9/2022).

Rektor menjelaskan, salah satu keunggulan di Lab Sentral Unpad adalah terdapatnya beragam disiplin ilmu. Peserta nantinya tidak hanya belajar mengenai teknologi dari satu bidang ilmu, melainkan mendapat banyak pengetahuan multidisiplin.

Selain itu, riset yang dilakukan di Lab Sentral Unpad bersifat komprehensif. Artinya, riset yang dikembangkan dimulai dari riset dasar hingga aktivitas riset yang mengarah ke hilirisasi dan kolaborasi dengan industri. Karena itu, Lab Sentral Unpad dapat menjadi fasilitas pengembangan iptek khususnya di bidang kesehatan.

“Insyaallah laboratorium ini bisa melakukan banyak hal dalam menyelesaikan problem di masyarakat,” kata Rektor.

Lebih lanjut Rektor mengatakan, dalam pengembangan vaksin di Indonesia, PT. Biofarma telah lama menjalin kerja sama dengan Unpad. Unpad, melalui kelengkapan fasilitas laboratorium yang dimiliki, telah banyak menghasilkan prototipe penelitian yang kemudian dikerjasamakan dengan Biofarma.

Selain itu, kerja sama juga dilakukan dalam hal pengujian klinis dari suatu vaksin yang akan digunakan di Indonesia. Hal ini menjadikan Unpad menjadi pelopor dari pengujian klinis vaksin yang beredar di Indonesia.

Karena itu, melalui program ini, Rektor berharap Unpad bisa berkontribusi dalam penguatan kapasitas para peneliti dari negara anggota OKI tersebut. “Dengan begitu mereka bisa lihat kalau di Indonesia ilmunya begini alatnya begini. Akan tetapi bagi Unpad sendiri ini adalah ajang kolaborasi di antara negara OIC,” kata Rektor.

Sekretaris Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Dita Novianti Sugandi Argadireja mengatakan, program ini merupakan implementasi dari inisiasi Indonesia yang ditunjuk menjadi “OIC Center of Excellence on Vaccines and Biotechnology Product” oleh para negara OKI pada Konferensi OKI ke-6 pada  2017 lalu. Dalam hal ini, Biofarma ditunjuk menjadi laboratorium pusat unggulan tersebut.

Dalam perjalanannya, Biofarma melakukan kerja sama jejaring dengan 10 laboratorium di Indonesia, salah satunya Unpad, dalam mewujudkan sebagai pusat unggulan riset vaksin dan bioteknologi OKI. Nantinya, peserta magang ini juga akan mengunjungi berbagai laboratorium jejaring lainnya.

Direktur Operasional Biofarma Rahman Roestan mengatakan, keberadaan laboratorium jejaring ini sangat berarti untuk memperkuat kerja sama riset dan pengembangan agar vaksin dan produk bioteknologi yang dibutuhkan oleh negara OKI bisa disiapkan dengan baik.

“Ini bisa kita jadikan sebagai kontribusi Indonesia untuk dunia,” kata Rahman.

Alumnus Unpad tersebut mengatakan, Indonesia memiliki teknologi riset dan pengembangan vaksin yang dapat dikolaborasikan dengan negara anggota OKI lainnya.

“Dari 57 negara anggota OKI, ada 10 negara yang punya pabrik vaksin. Dari 10 tersebut, yang sudah diakui WHO untuk program vaksinasi dasar adalah Senegal dan Indonesia. Akan tetapi, Senegal hanya punya satu vaksin, Indonesia punya 14 vaksin yang sudah diakui dunia,” pungkasnya.*