Jumat, 19 April 2024
Perguruan Tinggi

UMRAH DAN KESADARAN MENCINTA

UMRAH DAN KESADARAN MENCINTA

(UINSGD.AC.ID)-Setelah melaksanakan thawaf sunnah, berdo’a di multazam dan sholat malam di Hijir Ismail. Beserta jamaah umrah dari seluruh penjuru bumi, kami melingkar iman di kaki ka’bah. Tidak seperti biasanya, di sepertiga malam terakhir itu kami merasakan udara di sekitar masjidil haram begitu panas. Saat adzan pertama berkumandang, tiba-tiba turunlah hujan. banyak jamaah yang sibuk mencari tempat berlindung dan banyak pula jamaah yang tetap duduk di seputar ka’bah sembari menikmati kejadian langka itu.

Seketika hujan reda dan ketika itu pula teringat sebait kalimat indah yang ditulis Syeh Ahmad At-Tazi al-Maghribi (Maroko), dalam sholawat nariyahnya, wa yustasqal ghamamu bi wajhihil karimi, dan awan-awan diminta untuk menurunkan air karena wajah Rasulullah yang mulia.
Subhanallah, karena kemuliaan Rasulullah, Mekah yang tandus diguyur hujan. Dan karena kemuliaan Rasulullah pula, ketika hujan turun semua do’a-do’a dikabulkan.

Dalam literasi apik yang ditelisik Annemarie Schimmel, sebagaimana ia ungkap dalam bukunya, “Dan Muhammad adalah Utusan Allah”. Merujuk pada sejumah karya satra yang berkembang di shibhul jazirah, ditemukan sebuah riwayat. Ketika kemarau panjang, Abu Thalib diminta untuk berdo’a agar turun hujan. Kemudian Abu Thalib membawa Muhammad kecil di sekitar kaki ka’bah. Dengan mengangkat kepalanya ke langit. Abu Thalib berdoa dengan menyebut nama Muhammad, “Ya Allah demi kebesaran nama anak ini, turunkan hujan dari sela-sela awan itu”. Setelah itu, turunlah hujan membasahi Ka’bah dan Mekah.

Dalam Al-qur’an Surat al-Insirah ayat 2, Allah berfirman, warafa’na laka dzikrak, ‘Dan Aku angkat sebutan kamu’. Dalam telaah para mufassir, melalui ayat ini Allah menegaskan, bahwa nama Muhammad, ditetapkan Allah sebagai nama yang agung. Karena itu tidak ada satu kekuatan besar apapun yang akan sanggup menghilangkan nama Muhammad saw dari kehidupan kaum muslimin.

Kehadiran Muhammad di muka bumi disebutkan Allah sebagai Rahmat, “Dan tidaklah Aku mengutus engkau Muhammad, kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam (Qs.Al-Anbiya:107). Diantara makna populer dari kata rahmat dalam bahasa Arab adalah cinta dan kasih sayang. Melalui ayat ini Allah ingin menegaskan, Dan tidaklah Kami untus Engkau Muhammad, kecuali sebagai ungkapan cinta kasih-Ku untuk seluruh Alam. Karena itu para penyair merangkai kalimat indah, “Muhammad adalah cinta dan kasih Allah yang berwujud manusia”.

Dalam kutub kesadaran ini, ibadah umrah sesungguhnya merupakan momentum untuk membangun kesadaran mencitai. Hal ini bisa dilakukan dengan mengenal lebih dekat siapa Rasulullah. Dalam perjalan mengenal Rasulullah, setiap jamaah akan dihantarkan menjadi agen rahmatan lil-alamin. bila begitu adanya, substansi ibadah umrah sebagai perjalan untuk bertamu dan bertemu dengan cinta dan kasih sayang Allah, akan dapatkan.

Untuk mereka yang memiliki kesadaran mencintai, Rasulalulah bersabda, “Para penebar cinta dan kasih sayang akan dikasihi dan di sayang oleh Ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang), Cintailah yang ada di bumi niscaya kalian akan dicintai oleh Dzat yang ada di langit” (HR Abu Dawud no 4941). Rasulullahpun menegaskan, “Sungguh Allah hanya menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang (HR At-Thobroni No 2377).

Dalam kesadaran mencitai, panas terik akan menarik awan untuk menjadi hujan. Dalam kesadaran mencintai pula, Allah akan angkat kebesaran nama kita di hadirat-Nya. semoga

Aang Ridwan, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Sumber Pikiran Rakyat 20 September 2022