Kamis, 25 April 2024
Perguruan Tinggi

Gelar Seminar Nasional 7th AISELT 2022, FKIP Untirta Soroti Multilingualisme di Indonesia

Gelar Seminar Nasional 7th AISELT 2022, FKIP Untirta Soroti Multilingualisme di Indonesia

SERANG – Menyadari fenomena multilingualisme atau keanekabahasaan yang terjadi di Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Untirta mengusung tema “Mediating Multilingualism in English language Classroom: Prospects and Challenges” pada 7th Annual International Seminar on English Language Teaching (AISELT) 2022 yang diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Untirta pada Senin, (26/9/2022) secara hybrid di Gedung Edutaria Kampus FKIP Untirta Ciwaru dan zoom conference. Lima pembicara, yakni Prof. Dr. Setiono Sugiharto, Dr. Udi Samanhudi, Dr. Ezis Japar Sidik, Dr. Sultan Turkan, dan Dr. Nermeen Aishorman dihadirkan untuk menyampaikan topik multilingualisme kepada lebih dari 200 peserta yang terdiri dari mahasiswa semester 5 & 7 Pendidikan Bahasa Inggris Untirta, mahasiswa dan dosen dari kampus-kampus mitra, serta Asosiasi Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di Banten dan Indonesia.

“Yang kemarin-kemarin kita fokus kepada language teaching (pengajaran Bahasa Inggris), tapi untuk sekarang kita mau mencoba melihat kondisi bagaimana pembelajaran di kelas yang keadaannya multilingual. Kita mempunyai 5 pembicara. Mereka akan membicarakan keadaan multilingualisme di Indonesia dan pengajarannya dalam Bahasa Inggris di kelas.” Jelas Dr. Aisyah Hamidiyah, M.Pd selaku Ketua Pelaksana 7th AISELT 2022.

Dekan FKIP Untirta, Dr. Dase Erwin Juansah, M.Pd menilai bahwa multilingualisme menjadi tantangan yang luar biasa, sehingga perlu dipikirkan bagaimana teknik dan strategi pembalajaran mahasiswa. “Ini menjadi tantangan luar biasa bagi kita, khususnya FKIP yang berusaha mencetak calon-calon guru yang andal. Dalam konteks multilingualisme ini, saya berharap peserta yang hadir mampu melihat tantangan dan hambatan ke depan untuk pembelajaran multilingualisme itu seperti apa. Selain kemampuan menjembatani pelajaran kepada siswa yang multilingualisme, yaitu kemampuan dasar seorang calon guru dari mulai kegiatan membuka sampai menutup pembelajaran penting untuk dikuasai. Bagaimana dia mengelola dengan baik proses pengelolaan kelas tapi juga mampu menyajikan teknologi informasi komunikasi di kelas.” Tuturnya.

Selain lima pembicara utama, sebanyak 42 presenter dari kalangan mahasiswa, guru, dosen, dan peneliti dari berbagai kampus di Indonesia pun berkesempatan memaparkan paper (makalah) terkait multilingualisme. “Presenter akan dibagi dalam room-room, nanti mereka akan present, dan para peserta boleh masuk di ruangan mana yang mereka mungkin tertarik.” Terang Aisyah. Ia mengungkapkan bahwa paper tersebut selanjutnya akan dikirimkan ke sejumlah jurnal agar dapat diakses oleh lebih banyak orang.

Melalui pelaksanaan seminar internasional ini, Aisyah berharap para guru dan tenaga pendidik dapat memperhatikan keadaan siswa yang multilingual, sehingga mampu mendobrak stigma pelajaran Bahasa Inggris yang selama ini dirasa menakutkan bagi siswa dengan memberikan pengajaran yang menyenangkan. “Karena mereka membawa bahasa daerahnya ke kelas, kemudian belajar Bahasa Indonesia, lalu diajarkan Bahasa Inggris, harus diperhatikan pembelajaran yang sesuai dengan bahasa pertama yang mereka bawa ke kelas. Jadi nanti ke depannya pengajaran Bahasa Inggris akan lebih maksimal, efektif, dan menyenangkan untuk siswa-siswa.” Ungkapnya. (SAC/ AAP/ VDF)