Jumat, 19 April 2024
Perguruan Tinggi

Prof. Dr. Dra. Endang Susilowati, M.A., Guru Besar FIB UNDIP: Membangun Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia Menuju Indonesia Maju

Prof. Dr. Dra. Endang Susilowati, M.A., Guru Besar FIB UNDIP: Membangun Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia Menuju Indonesia Maju

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki puluhan ribu pulau dan wilayah perairan luas dan strategis di antara dua benua dan dua samudera serta berada di persilangan jalur pelayaran dan perdagangan internasional menjadikan Indonesia sebagai negara maritim besar dengan sumber daya alam melimpah. Dengan kekayaan alam yang luar biasa ini, seharusnya Indonesia sudah menjadi negara maju yang mampu menjamin kesejahteraan penduduknya. Namun pada kenyataannya kesejahteraan yang merata bagi seluruh warga Indonesia belum mampu tercapai. Secara historis, di masa lalu pada zaman kerajaan-kerajaan di Nusantara, terutama zaman Sriwijaya dan Majapahit, Nusantara telah menjadi negara maritim yang sangat kuat dan disegani di dunia.  Seperti halnya yang dulu pernah dicapai oleh nenek moyang bangsa ini, Indonesia pasti dapat kembali menjadi poros maritim dunia.

Melalui tulisan ilmiahnya yang berjudul “Membangun Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia Berbasis Perspektif Sejarah”, Prof. Dr. Dra. Endang Susilowati, M.A., dosen Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro (Undip) menyampaikan gagasan untuk membangun kembali Indonesia sebagai poros maritim dunia. Hal tersebut disampaikan dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Undip dari Fakultas Ilmu Budaya pada Rabu (28/9) bertempat di Gedung Prof Soedarto,SH kampus Undip Tembalang.

Sejak abad ke-7, dengan berdirinya kerajaan Sriwijaya, wilayah Nusantara menjadi suatu negara kepulauan mulai terbentuk. Mereka mengandalkan potensi darat (berbagai produk andalan dan infrastruktur pelabuhan) dipadukan dengan potensi laut (jalur pelayaran dan perdagangan serta armada laut yang kuat), ditunjang dengan jiwa bahari yang menjadi jati diri bangsa, berhasil menjadi poros maritim dunia. Kekuatan Nusantara semakin tangguh dan mencakup wilayah yang luas terlebih pada masa pemerintahan kerajaan Majapahit hingga abad ke-16. Pengelolaan potensi darat dengan tepat dan penguasaan potensi laut dalam arti luas, terbukti telah mengukuhkan kedua kerajaan menjadi kerajaan maritim yang berpengaruh di Asia dan mendatangkan kemakmuran bagi rakyatnya.

Kemaritiman yang telah menjadi basis kehidupan bangsa Indonesia, tertuang menjadi sebuah cita-cita untuk menjadi poros maritim dunia sebagaimana telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo. Pengelolaan potensi laut dan sumber daya perairan di Indonesia adalah jalan yang tepat untuk memajukan bangsa dan negara kita. “Poros maritim dunia adalah suatu visi Indonesia untuk menjadi sebuah negara maritim yang berdaulat, maju, mandiri, kuat, serta mampu memberikan kontribusi positif bagi keamanan dan perdamaian kawasan dan dunia sesuai dengan kepentingan nasional,” tutur Prof. Endang yang telah aktif menjadi dosen Departemen Sejarah sejak tahun 1988.

Dari perspektif sejarah, menjadi poros maritim dunia adalah suatu keniscayaan, karena Indonesia merupakan negara maritim besar yang disegani tidak hanya di kawasan regional tetapi juga internasional. Lebih lanjut, untuk mencapai masa depan Indonesia sebagai negara maritim dan poros maritim dunia harus memperhatikan sumber daya alam dan sumber daya manusia serta menerapkan program pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan.

Pembangunan negeri yang stabil dan berkembang di berbagai sektor adalah kunci untuk membangun kesuksesan menjadi poros maritim dunia. “Tidak bisa hanya membangun kemampuan berproduksi di bidang kelautan saja (marine-based production capacity), tetapi juga harus dapat membangkitkan kemampuan produksi di daratan (land-based production capacity). Terlebih semua elemen masyarakat harus bisa menciptakan produk-produk yang dibutuhkan oleh pasar yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, baik dari marine-based sectors maupun land-based sectors,” ungkap Prof. Endang dalam orasi ilmiahnya. (Titis – Public Relations)