Jumat, 29 Maret 2024
Perguruan Tinggi

Jemput Bola, PDS Ilmu Kesehatan Mata Lakukan Skrinning Mata bagi 70 Anak Down Syndrome

Jemput Bola, PDS Ilmu Kesehatan Mata Lakukan Skrinning Mata bagi 70 Anak Down Syndrome

Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya (PS PDS IK Mata – FKUB) jemput bola menjaga kesehatan mata dengan melaksanakan pengabdian masyarakat. Rangkaian “Skrinning Mata Bagi Anak Down Syndrome” ini dilaksanakan pada Sabtu, (1/10/22) di Lantai 2 Poli Mata , Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang.

Menurut Dr. dr. Nanda Wahyu Anandita, Sp.M (K), kegiatan ini menyasar anak dengan down syndrome. “Saat ini kami sedang melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat (penmas)  yang dikemas dalam rangkaian kegiatan Wolrd Sight Day 2022 dengan tema Raises Awareness Of Eye Health”, ujarnya.

Nanda juga menambahkan ada kemungkinan kesulitan bagi anak dengan berkebutuhan khusus untuk menyampaikan gangguan pada matanya. “Kami mengamati jika anak dalam kondisi normal saja, kesulitan menyampaikan, bagaimana dengan yang berkebutuhan khusus? Sangat dimungkinkan adanya kesulitan mengutarakan gangguan pada mata. Sehingga, kali ini kami menjemput bola dengan mengundang 70 anak dengan Down Syndrome dengan kelainan genetik, untuk diperiksa matanya”, imbuh Nanda.

Dari hasil pemeriksaan, jelas Nanda, ditemukan 1 orang anak dengan gejala katarak, dan banyak anak yang membutuhkan kacamata. “Ada teori yang menyatakan bahwa down syndrome itu erat sekali kaitannya dengan kaca mata,  selama ini mereka juga bersekolah  dan karena mereka kesulitan untuk berkomunikasi dalam menyampaikan adanya gangguan pada matanya, maka secara tidak langsung aktivitas dalam sekolahnya pun  juga ikut terganggu. Dan meskipun dikoreksi dengan kaca mata belum bisa maksimal tapi diharapkan lebih baik dari pada tidak memakai kaca mata”, imbuhnya.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini tidak hanya dilakukan oleh Prodi Ilmu Kesehatan Mata, namun juga melibatkan Prodi Ilmu Kesehatan Anak untuk pengukuran antropometri, mahasiswa S1, serta dokter muda. Nanda berharap di masa datang orang tua tidak takut untuk memeriksakan kesehatan anak. “Sebaiknya meskipun tidak ada keluhan tapi rutin untuk diperiksakan jangan menunggu keluhan dulu. Kemudian juga kewaspadaan orang –orang disekitarnya, terutama orang tua dan guru disekolah bahkan keluarga dekatnya dirumah dalam mengenali adanya gangguan kesehatan mata pada anak down syndrome”, pungkasnya.

Bagi orang tua yang anaknya terdeteksi mata katarak akan kamiberikan pendampingan dan edukasi, namun apabila orang tuanya tidak mampu, jelas Nanda, akan dibantu mencarikan sponsor untuk bisa dilakukan operasi  mata bagi anak down syndrome yang bersangkutan.

Salah satu orang tua peserta skrining menyambut baik kegiatan ini. “Dengan pemeriksaan dini seperti ini diharapkan nantinya anak anak ini tumbuh dengan mata yang sehat, semoga kegiatan ini juga rutin dilaksanakan kedepannya. Anak saya tergolong sangat aktif, saat ini sedang duduk dikelas 5 pada salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) selain itu Javas juga ikut modeling class, meskipun anak saya memiliki kekurangan pada tumbuh kembangnya namu anak saya berhasil menjadi juara pada beberapa lomba model dan foto model, ungkapnya. (anang/VQ)