Kamis, 18 April 2024
Perguruan Tinggi

UMRAH SEBAGAI UJIAN CINTA

UMRAH SEBAGAI UJIAN CINTA

(UINSGD.AC.ID)-Bila seorang pria mencintai wanita, kemudian sang wanita merasakan adanya kesungguhan pria itu dalam mencintainya. Maka ia akan menunjukan sebuah perilaku yang lazim disebut para psikolog sebagai coquerty, yakni ujian untuk mengetahui seberapa dalam kesungguhan cinta dari sang pria itu.

Sekaitan dengan itu, bila kita mencintai surga, maka bersiaplah untuk menghadapi segala ujiannya. Allah berfirman, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (ujian) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (Qs. Al-Baqarah: 214).

Ujian serupa berlaku juga untuk para pencinta Rasulullah. Ketika kecintaan begitu mendalam dan tulus kepada Sang Baginda, maka bersiaplah untuk menghadapi berbagai ujiannya. Setidaknya arus utama sebagai gelombang ujian kecintaan seseorang kepada Rasulullah, akan selalu datang dari mereka yang dengan terang-terangan menyatakan kebencinya kepada Rasulullah.

Orang-orang seperti; Dante Alighieri, Humphrey Prideaux, Milton, Marlowe, Tasso, Shaksepeare, Cervantes, Salman Rusdi dll, adalah sederet sastrawan besar yang dengan sepenuh pengetahuannya, mereka nistakan Rasulullah.

Karena kebenciannya, mereka sengaja memilih diksi yang sangat liar, jijik, sinis, nakal dan sadis dalam menggambarkan sosok Rasululah dan pengikutnya. Mereka menggambrakan Rasulullah sebagai penipu, pelahap wanita, penguasa tiran, dan pemimpin setengah gila. Dengan menunggangi kemurnian sastera, mereka menggiring opini dunia, bahwa penghinaannya kepada Rasulullah sebagai kebebasan berimajinasi dan penistaannya sebagai kebebasan berfikir.

Selama Islam selalu diposisikan sebagai ancaman bagi Barat, maka sepanjang itu pula Islam dan Rasulullah akan menjadi objek imaji-imaji terdistorsi. Bila Barat bermoral maka Islam amoral. Bila Barat demokratis maka Islam despotis. Bila Barat beradab maka Islam biadab. Bila Barat cinta damai maka Islam teroris. Proyeksi terang-terangan dengan citraan distorsif itu akan terus diproduksi, direproduksi dan distribusikan secara masive.

Atas kebencian itu, kecintaan umat Islam kepada Rasulullah akan selalu diuji. Bagi mereka yang lulus ujian, derasnya hinaan dan hujatan kaum kafir kepada Rasulullah, sedikitpun tidak akan menghilang kecintaan mereka kepada Rasulullah. Segala kebencian yang dilontarkan kaum kafir kepada panutannya akan mereka tempatkan sebagai ujian untuk kedalam kecintaannya.

Dalam hal ujian kecintaan, ada tiga panggilan yang Allah serukan kepada hambanya sepanjang hidup. Panggilan sholat lima waktu, panggilan haji dan umrah dan panggilan kematian. Untuk panggilan pertama dan kedua, ada yang bisa menunaikan dan ada yang tidak. Pada posisinya, panggilan pertama dan kedua merupakan ujian kecintaan seorang hamba kepada Allah dan Rasulnya.

Namun untuk panggilan yang ketiga, siapapun tidak bisa mengelaknya. Karena panggilan ini merupakan momentum pertanggung jawaban.
Bagi mereka yang besar kecintaannya kepada Allah dan Rasulullah, ibadah umrah bukanlah beban, melainkan dambaan. Meski banyak beban finansial yang harus dikeluarkan, ia akan terus berusaha mengumpulkan.

Baginya, bisa bertamu ke Baitullah dan ke Makam Rasulullah adalah kebahagiaan. Disimpulkan demikian, sebab s tangga ujian sebagai wujud kecintaan kepada Allah dan Rasulullah telah mereka tunaikan.

Ibadah umrah adalah wujud kecintaan seseorang kepada Allah dan Rasulnya. untuk mereka yang bisa menunaikan, telah teruji cintanya.

Aang Ridwan, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Sumber Pikiran Rakyat 4 Oktober 2022