Jumat, 19 April 2024
Perguruan Tinggi

Kesadaran Mahasiswa dalam Berperan sebagai Agen Perubahan

Kesadaran Mahasiswa dalam Berperan sebagai Agen Perubahan

Gandhi Surya Buana saat mengisi materi mengenai Agent of Change Awareness

Kampus ITS, ITS News — Sebagai agen perubahan, mahasiswa harus sadar akan tanggung jawabnya dalam memberikan kontribusi pada masyarakat. Hal tersebut dipaparkan lebih dalam oleh pendiri Rumah Sandyakala, pada acara Inspirasi, Gagasan, Harapan, dan Tekad (INSIGHT) 2022 yang diadakan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Sains dan Analitika Data (BEM FSAD) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). 

Pada gelaran yang diadakan secara daring ini, Gandhi Surya Buana S Kom mengatakan, agen perubahan (agent of change) merupakan seseorang yang mendukung perubahan dalam suatu masyarakat. Sebagai ujung tombak perubahan Indonesia, generasi muda dituntut untuk dapat menginspirasi, memecahkan masalah, memberikan gagasan dan mewujudkan harapan nyata bagi bangsa ini. 

Ada banyak sosok inspiratif dunia yang telah tercatat sejarah sebagai insan yang memberikan transformasi besar pada keberlangsungan kehidupan manusia. Contohnya Mahatma Gandhi yang melakukan perubahan dari aspek religi dan sosial di India. Lalu ada Bill Gates yang memberikan terobosan melalui inovasi teknologinya.

Gandhi Surya Buana sedang menjelaskan beberapa tokoh terkemuka yang menjadi agen perubahan

Lebih lanjut Gandhi mengungkapkan, terdapat enam tipe dari agen perubahan. Tipe yang pertama adalah orang yang sudah mempunyai komitmen untuk melakukan perubahan, seperti yang dilakukan Bill Gates. Kedua, orang yang melakukan perubahan berdasarkan kepercayaannya, layaknya Mahatma Gandhi. “Ketiga, orang yang mendukung perubahan dengan mengaplikasikan langsung dalam kegiatan sehari-harinya, seperti pengurangan penggunaan sampah plastik,” sebutnya.

Ia menuturkan, tipe selanjutnya yaitu orang yang hanya tergerak karena ikut-ikutan tren atau istilahnya pada saat ini Fear of Missing Out (FOMO). Kemudian, tipe berikutnya ialah orang yang bekerja untuk memenuhi misi agent of change, seperti karyawan pada perusahaan Tesla yang berkecimpung dalam inovasi bidang otomotif. Tipe terakhir, orang yang pasif dalam melakukan aksi nyata akan perubahan namun, tidak menolak suatu perubahan.

Dari contoh di atas untuk menjadi agen perubahan mahasiswa memulai meskipun dengan langkah sederhana. “Hal ini bisa diawali dari melihat masalah sekitar, lalu dicari solusinya dengan dengan rasa tanggung jawab, fleksibilitas, prioritas, dan cari wawasan dari sudut pandang yang beragam,” terangnya pada 12 November lalu.

Gandhi menambahkan, terlebih, di era new normal saat ini, dibutuhkan peran besar dari para generasi muda untuk membantu masyarakat dalam beradaptasi pasca pandemi covid-19. “Langkah yang dapat dilakukan misalnya dengan melakukan kegiatan pengabdian di suatu daerah yang memiliki masalah dalam sektor tertentu,” jelas alumnus sarjana Departemen Sistem Informasi ITS ini.

Mendukung pernyataan tersebut, Gandhi mengungkapkan, salah satu alasan dirinya membuat Rumah Sandyakala yakni menunaikan perannya sebagai agen perubahan. Di sini ia fokus dalam ranah isu kesehatan mental yang dirasa penting. Maka dari itu, Gandhi menciptakan ruang yang dirasa aman untuk orang-orang berkeluh kesah dan menjadi wadah dari masalah yang ada di masyarakat sekitar.

Sebagai penutup, ia memberikan pesan kepada peserta webinar untuk selalu meningkatkan kesadaran sebagai agen perubahan. Tidak ada hambatan untuk semua orang menjadi agen perubahan apabila ada keinginan untuk melakukannya. “Karena setiap orang mempunyai peluang untuk menjadi agen perubahan,” tutup lelaki kelahiran November 1999 ini. (*)

 

Reporter: Muhammad Aulia Zikra
Redaktur: Fatima Az Zahra