Kamis, 28 Maret 2024
Perguruan Tinggi

RSGM Unpad Miliki Fasilitas Pusat Pelayanan Pasien Berkebutuhan Khusus

RSGM Unpad Miliki Fasilitas Pusat Pelayanan Pasien Berkebutuhan Khusus

[Kanal Media Unpad] Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran memiliki fasilitas baru bernama Pusat Pelayanan Pasien Berkebutuhan Khusus (Special Care Dentistry Center).

Peresmian fasilitas tersebut dilakukan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unpad Prof. Arief S. Kartasasmita, bersama Dekan FKG Unpad Dr. Dudi Aripin, drg., Sp.KG(K), dan Direktur Utama RSGM Unpad Dr. Kosterman Usri, drg., MM., di komplek RSGM FKG Unpad, Jalan Sekeloa Selatan, Bandung, Minggu (4/12/2022).

Kepala Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak FKG Unpad Dr. Risti Saptarini Primarti, drg., Sp.KGA, K-KKA, menjelaskan, fasilitas ini sangat diperlukan untuk pendidikan dan pengembangan ilmu kedokteran gigi serta bagi masyarakat berkebutuhan khusus, khususnya di Kota Bandung dan Jawa Barat.

“Kami berinisiasi dan berkoordinasi dengan RSGM Unpad untuk membangun Special Care Dentistry Center ini dengan memanfaatkan dana filantropi PPDGS IKGA Unpad,” kata Risti.

Risti menuturkan, inisiasi untuk mengembangkan pelayanan kedokteran gigi bagi anak dan individu berkebutuhan khusus di RSGM Unpad sudah dilakukan sejak 1986 dengan inisiator Prof.  Dr. Roosje Rosita Oewen,drg.,Sp.KGA(K). Kemudian pada 1997, Prof. Roosje mulai merintis pelayanan tersebut melalui program “Sahabat Bandung” bekerja sama dengan tim dari Belanda.

Dari situ, fragmentasi mengenai anak dan inidividu berkebutuhan khusus di Departemen IKGA Unpad berkembang pesat. Saat ini, telah ada tiga guru besar Departemen IKGA yang memiliki spesialisasi di bidang anak dan individu berkebutuhan khusus.

Lebih lanjut Risti mengatakan, pelayanan di Pusat Pelayanan Pasien Berkebutuhan Khusus ini bersifat multidisiplin. Saat ini, tim yang bergabung terdiri dari Dokter Spesialis Kedokteran Gigi dari sembilan departemen di FKG Unpad, Dokter Spesialis Anestesi, Pakar Dental Hipnosis, serta ahli Dental Anestesi lulus Tokyo Medical and Dental University.

Guru Besar Departemen IKGA Unpad Prof. Dr. Eriska Riyanti, drg., Sp.KGA(K), Subsp. AIBK(K), menjelaskan, fasilitas ini diperuntukkan bagi pasien yang tidak bisa menerima perawatan gigi konvensional. Dengan demikian, pasien berkebutuhan khusus tersebut kini dapat mendapatkan pelayanan khusus yang bisa dilakukan dokter gigi.

“Fasilitas ini dibuka dengan target meningkatkan kesehatan mulut dan gigi individu yang memiliki keterbatasan dan membutuhkan pelayanan khusus yang tidak bisa dilakukan secara konvensional,” ujarnya.

Pusat Pelayanan Pasien Berkebutuhan Khusus ini terbuka bagi individu dengan keterbatasan intelektual, individu yang berisiko membuat kegaduhan (memiliki tingkat kegelisahan tinggi), individu dengan keterbatasan fisik, individu yang berisiko tersedak dan muntah, individu dengan riwayat medis tertentu, hingga individu yang memiliki kesulitan dalam menjaga rongga mulutnya.

Sementara itu, Kosterman mengatakan, ke depan, Pusat Pelayanan Pasien Berkebutuhan Khusus ini akan dikembangkan tidak hanya untuk pelayanan perawatan kesehatan gigi. Pelayanan juga akan dibuka untuk konsultasi dengan tim ahli. Untuk itu, pihaknya menyediakan satu ruangan khusus untuk sesi konsultasi yang akan melibatkan tim dari Keperawatan dan Psikologi.

“Fasilitas ini juga terbuka bagi para residen yang ingin praktik di sini,” ujarnya.

Prof. Arief mengapresiasi atas diresmikannya Pusat Pelayanan Pasien Berkebutuhan Khusus di RSGM Unpad. Fasilitas ini merupakan inovasi Unpad dalam memberikan pelayanan kedokteran gigi secara inklusif untuk semua kalangan.

“Apa yang dilakukan FKG merefleksikan apa yang saat ini dilakukan Unpad, bagaimana masyarakat sebanyak-banyaknya dapat mendapatkan manfaat dari keberadaan Unpad di Indonesia,” kata Prof. Arief.

Ke depan, Prof. Arief juga mendorong fasilitas ini juga menerapkan inklusivitas keilmuan. Fasilitas ini tidak hanya menjadi sarana pembelajaran dan penelitian bagi bidang ilmu kesehatan, tetapi juga bisa dikembangkan menjadi sarana pembelajaran dan penelitian bagi bidang ilmu sosiohumaniora.

“Fasilitas ini tidak hanya dijalankan oleh FKG dan kedokteran, tetapi juga psikologi, keperawatan, komunikasi, hingga ekonomi sehingga akan mendapatkan dimensi keilmuan yang lebih luas,” kata Prof. Arief.*