Jumat, 29 Maret 2024
Perguruan Tinggi

Menggagas Super-App untuk Ekosistem Digital UMKM

Menggagas Super-App untuk Ekosistem Digital UMKM

[vc_row][vc_column][vc_single_image image=”51166″ img_size=”large” add_caption=”yes” alignment=”center”][vc_column_text]BANDUNG, unpas.ac.id – Eksistensi UMKM didukung oleh banyak pihak, mulai dari pemerintah, bisnis-bisnis e-commerce/marketplace, akademisi, maupun masyarakat. Penetrasi UMKM untuk masuk pasar digital terus didorong oleh pemerintah. Di bawah komando Presiden Jokowi, Kementerian Koperasi dan UKM diminta untuk mendorong 30 juta UMKM masuk pasar digital pada 2024.

Menurut dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pasundan, Budi Septiawan, SE., M.Ak., MBA, digitalisasi UMKM merupakan hal yang tidak terhindarkan. UMKM akan mengubah bisnisnya ke ranah digital selama periode pandemi agar tetap survive. Namun, digitalisasi bisnis UMKM saat ini lebih sering diartikan sebagai “berjualan” online atau pemasaran online.

Berdasarkan survei Katadata pada 2020, pelaku UMKM menggunakan internet untuk memasarkan produk melalui medsos (60,2%), bermedia sosial (57,8%), promosi barang/jasa (54,4%), mencari informasi terkait usaha (44,7%), membeli bahan baku (35,9%), dan seterusnya. Ini mengindikasikan bahwa pemasaran dan penjualan masih mendominasi aktivitas bisnis digital UMKM.

“Ada banyak proses bisnis yang harus dilakukan oleh UMKM, mulai dari pemasaran barang dagangan, pengelolaan keuangan usaha, merekrut karyawan, membeli bahan baku, sampai pengelolaan produksi,” terangnya.

Ia melanjutkan, pebisnis sukses cenderung digambarkan dari raihan omzetnya yang tinggi. Kendati demikian, jika pebisnis tidak mampu mengelola persediaan, produksi, dan pembelian dengan tepat, kemungkinan produknya menjadi out of stock atau habis di saat yang tidak tepat.

“Terlebih jika pebisnis tidak melakukan pencatatan transaksi keuangan dengan baik, mungkin bisnisnya tidak profitable, bahkan merugi. Atau omzet tinggi tapi para karyawannya tidak memperoleh bonus yang layak,” lanjutnya.

Menciptakan Ekosistem

Ia beranda-andai, suatu saat akan ada super app yang andal, fiturnya lengkap, dan mampu mengakomodasi kebutuhan UMKM. Seluruh aktivitas bisnis UMKM akan tampil dalam satu dashboard dan tidak hanya didominasi aktivitas penjualan online.

“Saat ini, marketplace hanya menampilkan produk dalam katalog elektronik, lanjut ke proses pembayaran, pengiriman, dan pelaporan keuangan sederhana. Bagi pebisnis UMKM, fitur ini dirasa cukup untuk menjalankan usahanya, namun informasi mengenai data pelanggan,pemasok, status persediaan, info pembiayaan, regulasi, dan lainnya juga penting diketahui,” tegasnya.

Menurutnya, setidaknya ada enam fitur yang dapat ditampilkan di super-app, yaitu:

Pertama, fitur Penjualan, Pengiriman, Pembelian, dan Persediaan. Ini akan menjadi fitur utama dalam aplikasi, dimana penjualan tetap menjadi interface utama. Di samping melakukan penjualan, pebisnis juga akan disuguhkan fitur pembelian bahan baku. Misalnya, jika bisnisnya adalah kopi, maka bahan baku pilihan yang muncul di antaranya kopi, susu, gula, dan peralatan pendukungnya.

Fitur juga akan diintegrasikan dengan status persediaan bahan baku, informasi tentang produk yang terjual, dan berapa sisa persediaan produk atau bahan baku. Pada aspek ini perlu adanya informasi tentang database pemasok, database konsumen, top sales, dan lain-lain.

“Tentunya fitur ini perlu terintegrasi dengan sistem pembayaran dan status saldo atau uang yang dimiliki oleh pebisnis. Sistemnya, uang akan berkurang jika melakukan pembelian dan bertambah jika melakukan penjualan,” ujarnya.

Kedua, fitur Pembayaran dan Pelaporan. Aspek keuangan terkadang masih dianggap sepele oleh UMKM. Untuk itu, fitur laporan penjualan, laporan pembelian, laporan keuangan, dan laporan lainnya akan muncul secara otomatis berdasarkan aktivitas pembelian dan penjualan yang sudah dilakukan.

“Tidak lupa, super app juga akan menyediakan berbagai fitur pilihan pembayaran bagi konsumen setia, dimulai dari transfer bank sampai panggunaan dompet digital,” katanya.

Ketiga, Fitur Pembiayaan. Komponen yang akan sangat menarik dalam super app, lembaga-lembaga keuangan dan para investor bisa ikut masuk dalam super app ini untuk memberikan dukungan pembiayaan.

“Para calon kreditur dan investor akan disuguhkan top merchants dengan peforma bisnis yang bagus dan prospektif, sehingga keputusan investasi bisa tepat sasaran. Sementara pebisnis akan disuguhkan beberapa alternatif pembiayaan, mulai dari perbankan, fintech, sampai venture capital,” terangnya.

Keempat, fitur Pelatihan dan Modul-Modul Bisnis. Super app juga akan menyuguhkan fitur berbagi ilmu bagi pebisnis UMKM. Akademisi, praktisi, dan trainer bisa ikut berpartisipasi. Mereka bisa memberikan modul-modul keuangan, pemasaran, produksi, dan lain-lain secara gratis atau berbayar. Berbagai pelatihan bisnis juga bisa muncul dalam aplikasi, sehingga pebisnis tinggal memilih pelatihan mana yang akan diikuti.

Kelima, fitur Portal Berita UMKM. Informasi dan berita mengenai UMKM juga ditampilkan dalam super app. Pebisnis bisa memperoleh informasi tentang regulasi bisnis dari pemerintah, info-info kedaerahan untuk mengetahui pola dan perilaku konsumen, serta berita success dan failure story sebagai pengetahuan dan bahan evaluasi bagi UMKM.

Keenam, fitur Promosi dan Branding. Para influencer media sosial akan “nimbrung” dan masuk ke sini. Mereka bisa menjadi mitra dan saling menguntungkan. Influencer menawarkan jasanya kepada pebisnis, sementara pebisnis juga bisa memilih influencer berdasarkan jumlah pengikut dan harga yang ditawarkan. Faktanya, sejauh ini banyak konsumen yang membeli barang atau jasa karena para idolanya menjadi endorser.

Super app ini juga bisa menambahkan fitur mengenai info-info bazzar atau event di daerah tempat UMKM berjualan. Data statistik tentang bisnis akan tersedia untuk dapat diakses. Bermitra dengan para pencari pekerjaan, dengan demikian para pelaku UMKM yang berniat mencari karyawan bisa masuk ke fitur tersebut.

“UMKM yang unggul akan terbentuk dari banyak pihak yang mendukung di sekitarnya. Dimulai dari konsumen, jasa logistik, pemasok, lembaga pembiayaan, lingkungan akademik, lembaga pelatihan, pemerintah, para influencer, dan masyarakat pada umumnya. Mari kita ciptakan ekosistem UMKM digital yang kuat, terintegrasi, dan bersifat kolaboratif,” tutupnya.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]