Kamis, 25 April 2024
Perguruan Tinggi

KOTA SUCI INSPIRASI

KOTA SUCI INSPIRASI

(UINSGD.AC.ID)-Begitu banyak karya dalam berbagai bidang lahir dari tanah suci. Mekah dan Madinah dengan segala kedalam spiritulanya telah memantik para peziarahnya untuk melakukan literasi dan ekplorasi intelekual untuk kemudian melahirkan karya-karya inspiratif dan monumnetal.

Di Jawa Barat misalnya, seniman ternama seperti Doel Sumbang, sepulang dari tanah suci menulis lagu relligi dengan lirik indah, “Duriat Madinah”. Seniman yang belakangan sangat populer karena salah satu lagunya yang bertajuk “Runtah”, viral di media sosil. Dengan sangat dalam, pada “Duriat Madinah”, Doel sumbang menggambarkan magnet spiritual dari dua kota suci itu.

Dalam skala yang lebih luas, dikenal Imam Bushiri. Pemilik nama Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad ibnu Sa’id al-Bushiri yang lahir di Maroko dan tumbuh besar di Desa Busir, sebuah desa di lembah sungai Nil. Karena kefakihan ilmu dan kesahlehannya, Bushiri diagkat oleh Syaikh Abu Hasan Asy-Syadzili (pendiri tarekat Syadziliyah), sebagai salah seorang mursyid dalam tarekatnya.

Dari tangan Imam Bushiri, lahir “Kasidah Burdah”, sebuah karya sastra monumental yang konon ditulis sepulang ibadah haji. Perjalan bertamu ke Baitulah dan Makbarah Rasulullah, telah memberi Inspirasi luar biasa kepadanya untuk kemudian menulis sebanyak 162 bait sajak indah. Dalam “Kasidah Burdahnya”, ada 30 bait tentang pujian kepada baginda Nabi, 19 bait tentang kelahiran Baginda Nabi, 10 bait tentang pujian terhadap Al-Qur’an, 3 bait tentang Isra Mi’raj, 22 bait tentang jihad, 14 bait tentang istigfar, 10 bait tentang cinta, 16 bait tentang hawa nafsu, selebihnya sekitar 38 bait tentang tawasul dan munajat.

Dalam Kasidah Burdahnya, dengan sangat puitis Bushiri memaparkan kehidupan Bagida Nabi. Dengan diski yang indah, susunan kalimat yang padat dan berona, alur tulisan yang konsisten, Kasidah Burdah, bukan hanya telah berhasil menanamkan kecintaan umat Islam pada Baginda Nabi, tetapi juga telah memantik kecintaan umat Islam kepada sastra, tarih dan nilai-nilai moral adilhung. Karena itu, Kasidah Burdah telah diterjemahkan ke dalam berbagai Bahasa di dunia, seperti; Persia, Pakistan, India, Turki, Urdu, Punjabi, Swahil, Inggrs, Prancis, Jerman, Spanyol, Italia, Indonesia dan bahasa-bahasa lainnya. Di Indonesia, Kasidah Burdah menjadi bacaan wajib di berbagai pesantren.

Konon diceritakan, Kasidah Burdah ditulis Bushiri dalam kondisi sakit yang termat parah. Sebagian anggota tubuhnya lumpuh. Dengan tangisan, dalam balutan kecintaan kepada Baginda Nabi dan penuhnya pengharapan untuk sembuh. Bait demi bait, Bushiri tulis syair-syair indahnya itu.
Hingga disuatu malam, ketika menulis, Bushiri dijemput kantuk yang teramat sangat hingga tertidur begitu pulas. Dalam tidurnya, ia mimpi berjumpa Baginda Nabi. Di hadapan Baginda, dengan dalamnya penghayatan, Bushiri membacakan bait-demi bait syair yang ia tulisnya. Namun ketika membaca, “falamma balaghul ‘ilmi fihi annahu basyarun”, ia terdiam beribu bahasa. Ia tak sanggup melanjutkanya. Konon baginda Nabi, sampai menyuruh Bushiri untuk terus membaca syair-syarnya.

Setelah itu, baginda Nabi mengusap bagian tubuh Bushiri yang lumpuh sembari mengalungkan Burdah (jubah). Ketika terbangun, Bushiri merasakan sekujur tubuhnya sehat, bahkan kakinya yang lumpuh menjadi sembuh. Atas pengalam spiritual itu, Bushiri menamai sajak indahnya dengan Kasidah Burdah.
Dalam balutan kecintaan mendalam kepada Allah dan Rasulullah. Kota suci, selalu memberi inspirasi bagi lahirnya karya-karya monumental.

Dr Aang Ridwan Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi FDK UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Sumber, Pikiran Rakyat 10 Januari 2023