Rabu, 24 April 2024
Perguruan Tinggi

Dosen FPIK Unpad Kembangkan Plastik Ramah Lingkungan dari Limbah Cangkang Rajungan

Dosen FPIK Unpad Kembangkan Plastik Ramah Lingkungan dari Limbah Cangkang Rajungan

[Kanal Media Unpad] Dosen Departemen Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Dr. Emma Rochima, S.Pi., M.Si., mengembangkan berbagai produk purwarupa dari limbah biota perikanan dan kelautan. Salah satu yang dihasilkan adalah purwarupa kemasan plastik biodegradasi (biodegradable).

Emma telah melakukan riset mengenai pengolahan limbah perikanan dan kelautan sejak 2002. Saat itu, ia fokus meneliti pengolahan limbah cangkang rajungan. Dari hasil observasinya di wilayah Cirebon, banyak industri pengalengan daging rajungan. Industri ini menghasilkan limbah cangkang yang melimpah dan tidak dimanfaatkan dengan baik.

“Dari penelitian kami, kami mengisolasi kitosan dari limbah cangkang rajungan. Dan ternyata memang limbah cangkang rajungan itu dia punya bahan aktif yang luar biasa,” kata Emma dalam siniar “Hard Talk: Sintesis dan Karakterisasi Edibel Film Nanobiokomposit” di Kanal YouTube Unpad, Selasa (10/1/2023).

Emma menjelaskan, bahan aktif yang terkandung dalam limbah cangkang rajungan bisa menjadi antioksidan, antipenuaan dini, antihiperkolesterolemia, hingga digunakan untuk aplikasi bidang makanan maupun nonmakanan (farmasetika dan biomedis).

Penelitian tersebut kemudian terus berlanjut, dari aktivitas isolasi, karakterisasi, hingga aplikasi. Penelitian juga berhasil mendapatkan hibah dari berbagai lembaga. Dari situ, Emma mulai melirik pengolahan biota lainnya, salah satunya adalah eksplorasi karaginan dari rumput laut. Upaya ini didasarkan atas melimpahnya rumput laut di Indonesia.

“Setelah diisolasi karaginannya ternyata rumput laut punya manfaat yang luar biasa,” kata Emma.

Sejak 2015, Emma kemudian berkolaborasi dengan peneliti lain dari berbagai fakultas di Unpad. Riset yang dilakukan mulai pada pengembangan kemasan plastik biodegradasi. Riset ini dilakukan dengan tujuan mengurangi penggunaan plastik yang berbasis dari bahan fosil untuk kemudian berpindah ke bahan alami.

Selain itu, penggunaan plastik bahan alami juga memudahkan proses penguraian di alam. Emma mengatakan, perlu ratusan tahun untuk mengurai plastik bahan fosil di alam. Sementara plastik dari bahan alam dapat diurai dengan waktu yang lebih singkat.

Riset yang dilakukan Emma dan tim berhasil mengembangkan plastik dari rumput laut dan kitosan limbah rajungan yang mampu terdegradasi di alam dengan cepat. Dengan uji biodegradasi di tanah, plastik sudah mulai bisa habis di tanah selama dua minggu. “Karena bahannya organik sehingga mikroba di tanah bisa mendegradasi itu,” imbuhnya.

Lebih lanjut Emma menuturkan, pengolahan limbah biota perikanan dan kelautan memiliki potensi yang besar. Banyak diversifikasi produk yang bisa dikembangkan dan diproduksi di dalam negeri. Untuk mewujudkan hal tersebut, Emma bersama peneliti dari perguruan tinggi dan industri di bawah naungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membentuk Pusat Kolaborasi Riset Biomaterial Kelautan.*