Kamis, 25 April 2024
Perguruan Tinggi

Menilik Potensi Budi Daya Laut

Menilik Potensi Budi Daya Laut

Laporan oleh Sabna Balqist

[Kanal Media Unpad] Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Dr. Ir. Rita Rostika, M.P., mengatakan, wilayah perairan Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan budi daya laut. Ini didasarkan, kebutuhan akan komoditas laut terus meningkat, baik di pasar nasional maupun mancanegara.

“Hampir seluruh wilayah di Indonesia potensial, tinggal bagaimana kita pintar dalam memilih komoditasnya,” ujar Rita saat menjadi pembicara pada Inov Talks Episode 9 yang bertemakan “Budi Daya Hasil Perikanan Biar Gak Buntung” yang disiarkan dari kanal YouTube Unpad, Jumat (13/1/2023).

Dalam mendukung budi daya laut, Unpad sendiri memiliki kampus Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) di Pangandaran yang dapat dimanfaatkan sebagai lokasi penelitian. Di Pangandaran, Rita dan tim riset mengembangkan beberapa komoditas, seperti kerapu cantang, bawal bintang, kakap putih, dan lobster.

Khusus untuk lobster, Rita menilai lobster menjadi komoditas yang paling banyak dibudidayakan. Kebutuhan akan komoditas lobster tidak hanya dari nasional, tetapi juga mancanegara asalkan memenuhi kualifikasi ekspor.

Lebih lanjut Rita menjelaskan, banyak masyarakat yang ingin mengembangkan budi daya lobster dengan cara tradisional. Namun, upaya tersebut acapkali gagal. Untuk itu, akademisi Unpad merasa perlu mengintegrasikan teknologi ke dalam budi daya laut.

Untuk mendukung hal tersebut, Rita dan tim melakukan riset dalam pengembangan lobster berkualitas baik. Salah satunya bagaimana mengembangkan lobster yang kuat. “Sekarang kita fokus dalam meningkatkan imunitas lobster,” kata Rita.

Dalam melakukan risetnya, Rita berfokus pada pengembangan bahan herbal untuk meningkatkan imunitas lobster, seperti bawang putih dan kunyit. Tim telah menghasilkan sejumlah produk herbal buatan sendiri yang selain mudah dikonsumsi, juga sangat baik bagi kesehatan hewan dan dapat dibeli masyarakat luas.

“Kenapa bahan alami? Kita nanti khawatir ketika ekspor nanti dilarang oleh negara pengimpor. Jadi saya coba bahan herbal yang aman dikonsumi,” tutur Rita. (arm)*