Jumat, 26 April 2024
Perguruan Tinggi

Manfaatkan Bahan Limbah untuk Biofuel Sebagai Energi  Baru Terbarukan

Manfaatkan Bahan Limbah untuk Biofuel Sebagai Energi  Baru Terbarukan
image_pdf
Prof. Dr. Aman Santoso, M.Si

Energi sudah menjadi kebutuhan mendasar bagi manusia,  Kebutuhan akan energi selaras dengan tingkat kemakmuran masyarakat. Semakin tinggi kemakmuran akan meningkat pula kebutuhan akan energi.  Kebutuhan energi kita masih sangat tergantung pada energi fosil. Padahal Eksplorasi energi fosil secara terus menerus  akan menurunkan cadanyan minyak bumi dan diperkirakan akan terjadi kelangkaan energi pada tahun 2050.  Oleh karena itu, sudah tidak bisa ditawar lagi perlu Tindakan nyata  dan kebijakan  untuk konversi ke energi baru  terbarukan. 

Namun demikian juga  terdapat beberapa kelemahan atau tantangan dalam  pengembangan ENERGI BARU TERBARUKAN ini , misalnya  Feasibilitas Keekonomian, Bersaing dengan  bahan pangan dan isu merusak lingkungan.  Oleh karena salah satu solusinya  perlu dikembangkan atau dieksplorasi bahan bahan baku lain, misalnya   dari limbah  yang ekonomis, sekaligus  bisa mereduksi kerusakan lingkungan, misalnya  pemanfaaatan limbah minyak goreng, limbah sawit, plastic , dan limbah kotoran dari peternakan.

Indonesia saat ini sebagai penghasil minyak sawit terbesar di dunia, dan sekaligus budaya menggunakan minyak untuk memasak sangat tinggi. Sehingga banyak dihasilkan limbah minyak goreng dan tidak jarang  di masyarakat sering  membuang limbah minyak goreng di lingkungan sekitar. Penggunaan minyak bekas  untuk memasak  terus menerus membahayakan Kesehatan, karena ada bersifat karsinogen dan jika di buang saja akan merusak lingkungan.  Dengan komponen utama trigliserida,  minyak bekas berpotensi sekali  sebagai bahan biodiesel atau biogasoline yang murah secara ekonomis, serta dapat mereduksi pencemaran.

Minyak goreng bekas dapat di ubah menjadi bahan bakar biodiesel dengan proses tans-esterifikasi pegganti solar yang sekarang ini. Beberapa penelitian telah dilakukan baik dengan katalis homogen dan heterogen.  Di samping minyak goreng bekas sumber lain yang melimpah di Indonesia  adalah CPO off grade (minyak sawit kualitas rendah) dan ini sangat potensial untuk bahan baku biodiesel, namun perlu pre treatment terlbih dahulu, misalnya  dengan  rafinasi menggunakan  zeolite.  Secara sederhana pembuatan biodiesel dengan trans-esterifikasi adalah merubah minyak sebagai trigleserida sebagai ester dari glserol menjadi metil ester asam lemak.  Campuran metil ester asam lemak inilah yang disebut sebagai biodiesel  yang dapat menggantikan solar.  Dan sekarang penggunaanya di pasaran kita kenal Bio-solar 30% artinya campuran biodiesel 30 persennya  dari minyak diesel. Semuanya penelitian baik di Indonesia dan di International telah banyak dilakukan  untuk mengefisienkan pengolahan minyak goreng bekas atau CPO offgrade menjadi biodiesel.

Selain kita dapat mengubah minyak menjadi biodiesel dengan reaksi kimia trans-sterifikasi, namun dapat juga  thermal fisik (Craking), meskipun  ini , belum banyak diaplikasikan.  Seperti reaksi kimia pada umumnya, semua proses dapat dipercepat dengan bantuan katalis. Pada proses cracking ini terjadi pemutusan ikatan kimia kovalen,    sehingga dari molekul yang rantainya panjang serta komplek menjadi lebih pendek dan sederhana,  hasil dari proses crackingini berupa   berupa cairan kuning jernih. Rendemen hasil craking minyak ini juga dipengaruhi oleh perbandingan dan konsentrasi katalis, dan sifat daric raking cenderung mendekati pertalite atau yang juga dikenal sebagai biogasolne.  Pengembangan  pemanfaatan limbah untuk dapat dmenjadi bahan bakar ini sangat penting terus dialakukan dengan teknologi sederhana sehingga masyakarat dapat berperan lebih luas, karena akan memberi keuntungan memenuhi kebutuhan energi nasional, dan lebih ramah lingkungan karena ikut mengatasi limbah yang dari hari ke hari terus bertambah jumlahnya.