Sabtu, 20 April 2024
Perguruan Tinggi

Penerapan Kaizen dalam Pembelajaran Bahasa Jerman: Identifikasi Masalah Menuju Perbaikan Berkesinambungan

Penerapan Kaizen dalam Pembelajaran Bahasa Jerman: Identifikasi Masalah Menuju Perbaikan Berkesinambungan
image_pdf
Prof. Dr. Primardiana Hermilia Wijayati, M.Pd.
Guru Besar  dalam Bidang Ilmu Pembelajaran Bahasa Jerman

Tema ini saya angkat dari pengalaman saya dalam melaksanakan tridharma, khususnya dalam pembelajaran dan penelitian Bahasa Jerman, dan dari pengalaman berdiskusi bersama para praktisi di dunia industri.

Bahasa Jerman adalah bahasa asing kedua di Indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya, dan pembinaan hubungan dengan bangsa-bangsa lain. Daya tarik mempelajari Bahasa Jerman terletak pada terbukanya kesempatan meningkatkan peluang karier di Jerman. Bahasa Jerman menjadi bahasa terpenting kedua di dunia ilmu pengetahuan, dan Jerman menempati peringkat ketiga untuk kontribusi di bidang penelitian dan pengembangan, serta menyediakan beasiswa penelitian untuk ilmuwan asing.

Mengapa saya tertarik mengaitkan kaizen di dalam pembelajaran Bahasa Jerman, adalah karena filosofi yang terkandung di dalamnya. Salah satu kunci keunggulan Jepang adalah penerapan kaizen.Kaizen sebenarnya merupakan sebuah konsep atau mindset, agar orang selalu berpikir dan berusaha berbuat lebih baik dari yang sebelumnya, dengan melakukan pengamatan di tempat kerja atau gemba. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kaizen adalah semangat yang menggebu-gebu untuk melakukan pekerjaan sebaik mungkin, menghindari kesalahan, dan apabila masih terdapat kekurangan sekecil apapun segera dilakukan perbaikan. Kaizen adalah tiang pondasi dasar filosofis dalam manajemen terbaik Jepang. Kaizen berasal dari kai = mengubah dan zen = lebih baik. Pengertian kaizen adalah peningkatan terus-menerus dan berkesinambungan (continuous improvement) atau usaha perbaikan berkelanjutan untuk menjadi lebih baik dari kondisi sekarang yang dilakukan secara terus-menerus.

Titik awal untuk perbaikan adalah mengenali kebutuhan. Hal ini muncul dari pengenalan masalah. Jika tidak ada masalah yang diketahui, tidak ada pengakuan tentang perlunya perbaikan. Sekali menyadari masalah tersebut, kita telah setengah jalan menuju sukses. Mengenali masalah dalam proses pembelajaran tidak mudah, karena guru bekerja di dalam kelas bersama siswa tanpa ada guru lain yang melihat, mengamati secara langsung, atau memberi umpan balik.

Pesan dari strategi kaizen adalah bahwa tidak ada satu hari yang dijalani tanpa adanya perbaikan yang dilakukan di tempat kerja. Karena guru bekerja sendiri di ruang tertutup bersama dengan siswa, maka guru dituntut untuk selalu mencermati permasalahan yang muncul di kelas terkait dengan belajar siswa. Begitu disadari bahwa ada masalah yang muncul, segera dilakukan telaah penyebab dan cara untuk mengatasinya. Pada kaizen tidak ada seorang guru yang melaksanakan pembelajaran sama dari hari ke hari dan tahun ke tahun, karena dia selalu melakukan perbaikan demi perbaikan terhadap proses pembelajarannya. Kaizen menanamkan mindset kepada setiap individu untuk selalu berpikir ke arah yang lebih baik untuk selalu belajar dan memperbaiki diri. 

Umpan balik merupakan salah satu cara yang perlu dilakukan oleh dosen untuk membantu mahasiswa mengenali kelebihan dan kelemahannya, agar mereka dapat melakukan perbaikan atau peningkatan. Meskipun dosen telah memberikan masukan terhadap tugas/ pekerjaan mahasiswa, namun pada kenyataannya lebih dari separuh mahasiswa (sebanyak 58,19%) tidak mengetahui kelemahan mereka (Wijayati, et.al., 2022). Penyebab mahasiswa tidak mengetahui kelemahannya adalah mahasiswa tidak paham dan tidak bertanya lebih lanjut mengenai umpan balik yang telah diberikan dosen. Faktor lain yang menyebabkan umpan balik tidak berdampak positif adalah mahasiswa merasa takut, minder, tidak percaya diri dan merasa tidak pandai dibandingkan dengan teman-teman sekelas (Wijayati, et.al., 2022).

Hasil pengumpulan data dari mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa mengharapkan umpan balik dari dosen yang diberikan baik secara langsung, tidak langsung, terbuka di kelas, atau secara pribadi, rutin, disampaikan baik secara lisan maupun tertulis, dan dosen memberikan contoh perbaikan atau solusi terhadap kesulitan yang mereka alami.

Dari hasil penelitian teridentifikasi ada empat strategi pemberian umpan balik yang dilakukan oleh dosen di dalam pembelajaran Bahasa Jerman, yaitu: 1) memberikan pertanyaan, 2) memberikan pujian, 3) memberikan komentar, 4) memberikan umpan balik korektif.

Pertanyaan adalah salah satu strategi yang diberikan oleh dosen untuk mengetahui pemahaman mahasiswa di dalam kelas. Dosen menggunakan strategi umpan balik melalui pertanyaan baik pertanyaan berulang yang bertujuan untuk mengoreksi kesalahan penggunaan kata dan kalimat oleh mahasiswa, maupun untuk memancing respon mahasiswa.

Umpan balik melalui pemberian komentar dimaksudkan agar mahasiswa dapat memahami materi yang diajarkan sesuai dengan konteks. Komentar diberikan untuk melengkapi dan memperbaiki kalimat yang kurang lengkap dan menyempurnakan sehingga menjadi kalimat yang benar dan dapat dipahami.

Pujian diberikan oleh dosen sebagai strategi pemberian umpan balik kepada mahasiswa dalam pembelajaran di dalam kelas. Pemberian pujian dijadikan motivasi yang dapat meningkatkan pembelajaran mahasiswa di dalam kelas dan memotivasi mahasiswa untuk berbicara di dalam kelas.

Umpan balik korektif merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan pemerolehan bahasa di bidang linguistik. Pembelajar menunjukkan ekspresi penuh harap untuk memperoleh umpan balik korektif dari dosen, jika dia melakukan kesalahan. Strategi-strategi tersebut merupakan upaya dosen untuk pemberian umpan balik kepada mahasiswa.