Jumat, 19 April 2024
Perguruan Tinggi

Abdul Qayoum Safi, Mahasiswa Afghanistan yang Tak Henti Berbagi

Abdul Qayoum Safi, Mahasiswa Afghanistan yang Tak Henti Berbagi

Laporan oleh Sulthan Adam Wizarddinan Hariono

[Kanal Media Unpad] Abdul Qayoum Safi, mahasiswa asing asal Afghanistan, tidak sekadar menimba ilmu di Program Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Rasa kemanusiaannya yang tinggi mendorong Abdul untuk terus berbuat baik di manapun ia berada.

Salah satu wujud aksi kemanusiaannya adalah menjadi pendonor darah pada kegiatan donor darah yang digelar di kampus Fikom Unpad, Jatinangor, Minggu (29/1/2023). Ia menjelaskan, salah satu tujuan dari donasi darahnya adalah untuk meningatkan pentingnya rasa kemanusiaan bagi sesama.

“Kita tidak memiliki apapun selain darah kita, dengan memberikan aksi nyata pada sesama melalui donasi darah bisa memberikan secercah kebahagian bagi orang lain,” kata Abdul saat diwawancarai Kanal Media Unpad.

Dengan menjadi pendonor darah, Abdul mengatakan, setetes darah yang disumbangkan sangat berarti untuk pertolongan jiwa manusia yang membutuhkan. Darah yang didonorkan tentunya dilandasi dengan dengan sikap yang tulus, tanpa membeda-bedakan keyakinan, tingkat sosial, agama, dan perbedaan lainnya.

Karena itu, Abdul termasuk orang yang rutin mendonasikan darahnya setiap enam bulan sekali.

Jiwa kemanusiaan Abdul pun sudah terpantik sedari lama. Donor darah bukan kegiatan kemanusiaan pertama baginya, Sebelumnya, alumnus Fakultas Jurnalistik dan Komunikasi Massa Nangarhar University, Afghanistan ini aktif mengikuti relawan kebencanaan, kampanye sosial, mengajar secara sukarela, dan berbagai aktivitas sosial lainnya.

Dalam berkegiatan sosial, Abdul selalu menggunakan beragam metode unik, seperti social games, physical games, blog campaign, dan sebagainya.

Menurut Abdul, kegiatan kemanusiaan yang dilakukan di Indonesia lebih menantang karena ia masih dalam penyesuaian. ”Indonesia negara yang hangat, ramah, dan peduli sesama. Saya dapat berkegiatan kemanusiaan lebih banyak dengan berbagai metode,” pungkas Abdul

Abdul sadar dirinya memiliki tanggung jawab kemanusiaan dengan melihat kehidupan sekarang ini yang makin dinamis, tidak terbatas dalam ruang lingkup tertentu saja. Ia yakin bahwa seorang  pemelajar sejati harus mampu membaur dengan masyarakat. Baginya, ilmu dalam bermasyarakat tidak sepenuhnya didapatkan dari kegiatan belajar mengajar dalam kelas saja.

“Ilmu dalam bermasyarakat dalam pelaksanaanya memerlukan implementasi yang nyata dengan berhubungan langsung dengan masyarakat lain,” ujarnya. (arm)*