Jumat, 19 April 2024
Perguruan Tinggi

Undip Siap Tambah Lagi Dua Calon Guru Besar dari FPP dan FSM

Undip Siap Tambah Lagi Dua Calon Guru Besar dari FPP dan FSM

Universitas Diponegoro – Semarang. Dua calon guru besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Dr. Ir. Munasik, M.Sc dan Dr. Ir. Sarjito, M.App.Sc mempresentasikan makalah ilmiah dalam Sidang Pleno Presentasi Makalah Ilmiah Calon Guru Besar Universitas Diponegoro yang diselenggarakan oleh Dewan Profesor Undip, Selasa (28/2).

Dalam paparannya, Dr. Munasik mengangkat judul “Desain Ekologis Pintar untuk Restorasi Terumbu Karang Indonesia” yang membahas mengenai terumbu buatan adalah salah satu upaya ilmiah dalam melakukan restorasi terumbu karang dan perlindungan pesisir pantai dari abrasi dan kepunahan ekosistem. Selama lebih dari tiga dekade, berbagai desain telah dibuat dan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Teknologi restorasi terumbu karang berupa desain ekologis pintar, sebuah pendekatan ekologis restorasi terumbu karang telah dibuat yang bertujuan untuk memaksimalkan kelulushidupan dan pertumbuhan karang.

“Pola reproduksi dan rekrutmen karang perintis pada lingkungan terumbu karang alami (donor) akan menentukan keberhasilan restorasi terumbu karang. Perairan pesisir yang marginal dengan komunitas karang keras yg memiliki cara reproduksi brooding dengan musim reproduksi bulanan akan meningkatkan rekrutmen karang pada substrat buatan. Sedangkan karang perintis spawner, Acropora bercabang selain bereproduksi secara seksual musiman, memiliki kemampuan rekrutmen yang rendah berpotensi utk berkembang biak melalui cara fragmentasi. Strategi reproduksi dan rekrutmen karang perintis tersebut dapat dimanfaatkan untuk rekayasa teknologi restorasi terumbu karang di lingkungan perairan tersebut,” ungkapnya.

Paparan selanjutnya makalah ilmiah dengan judul Penanganan Penyakit Ikan secara Ramah Lingkungan Menuju Akuakultur Berkelanjutan oleh Dr. Sarjito yang menjelaskan berbagai laporan kematian massal pada organisme akuakultur sering terjadi, antara lain, kepiting, krustasea, udang dan ikan ekonomis penting seperti kerapu, ikan lele dan nila, ikan mas, dan koi. Upaya untuk menanggulangi ikan yang terserang penyakit umumnya masih menggunakan antibiotik dan bahan kemoterapi. Padahal penggunaan antibiotik dalam jangka waktu yang lama dan dengan jumlah yang tidak tepat dapat menimbulkan resistensi terhadap bakteri patogen dan menghasilkan residu pada produk akuakultur serta munculnya anti mikrobial resisten (AMR) di lingkungan perairan. Oleh karena itu, untuk menghindari efek negatif dari penggunaan antibiotik pada kegiatan akuakultur diperlukan alternatif pengobatan menggunakan bahan alami ramah lingkungan.

“Diagnosa penyakit metode konvensional dan biomolekuler merupakan salah satu kunci keberhasilan upaya penanganan penyakit ikan. Agensia penyebab penyakit bakterial pada organisme akuakultur tawar (genus Aeromonas dan Pseudomonas), sedangkan pada air payau dan laut (genus Vibrio). Ekstrak tanaman herbal dan bakteri asosiasi dapat digunakan untuk penanganan penyakit organisme akuakultur secara ramah lingkungan sebagai antibakterial dan imunostimulan,” terang Dr. Sarjito. (Lin-Humas)