Selasa, 23 April 2024
Perguruan Tinggi

Upacara Pengukuhan Sesi 1: Orasi Ilmiah 3 Guru Besar Farmasi

Upacara Pengukuhan Sesi 1: Orasi Ilmiah 3 Guru Besar Farmasi

Laporan oleh Anggi Kusuma Putri

[Kanal Media Unpad] Sebanyak tiga Guru Besar Universitas Padjadjaran dari Fakultas Farmasi menjalani Upacara Pengukuhan dan Orasi Ilmiah Jabatan Guru Besar Unpad sesi 1 yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Selasa (7/3/2023).

Adapun tiga Guru Besar tersebut adalah Prof. Dr. rer. nat Anis Yohana Chaerunisaa, M.Si., Apt., Prof. Nasrul Wathoni, S.Si., Prof. Taofik Rusdiana, M.Si., Apt.

Prof. Anis Yohana Chaerunisaa sebagai Guru Besar bidang Ilmu Teknologi Farmasi dengan orasi ilmiah berjudul “Teknologi Pengaturan Pelepasan Zat Aktif dari Sediaan Farmasi” menjelaskan bahwa sifat fisikokimia pada setiap zat aktif memberikan efek terhadap pelepasan ketika dibuat menjadi sediaan farmasi.

Pelepasan zat aktif dari sediaan farmasi dipengaruhi oleh kelarutan serta waktu paruh zat tersebut. Kelarutan dalam air yang buruk dan laju disolusi obat dalam cairan gastrointestinal yang rendah menyebabkan bioavailabilitas obat rendah pada tubuh.

“Pada kasus obat-obat yang memiliki kelarutan yang tinggi, pelepasan zat aktif yang sangat cepat dalam plasma darah dengan kadar yang sangat tinggi dapat mengakibatkan toksisitas,” jelas Prof. Anis.

Pengaturan pelepasan zat aktif yang mudah larut dilakukan dengan teknologi penyalutan dengan modifikasi struktur sederhana atau yang lebih kompleks. Pengaturan pelepasan obat yang memiliki kelarutan rendah dilakukan dengan teknologi pengecilan ukuran partikel, tergantung dari karakteristik serta jumlah atau kecepatan zat aktif obat yang diinginkan.

Sementara itu, Prof. Nasrul Wathoni sebagai Guru Besar bidang Ilmu Farmasetika dan Teknologi Farmasi dengan orasi ilmiah berjudul “Film Hidrogel Mukoadhesif α-Mangostin berbasis Alginat dan Kitosan untuk Terapi Sariawan” menjelaskan bahwa sariawan adalah penyakit paling umum pada mulut manusia yang diakibatkan oleh berbagai hal.

Ia menjelaskan, α-mangostin (α-M) telah dikenal sebagai agen untuk terapi rongga mulut karena memiliki efek antioksidan dan antiinflamasi, tetapi sulit digunakan karena tidak larut dalam air. Film Hidrogel (HF) dapat digunakan sebagai patch yang dirancang untuk memisahkan lesi mukosa dari mulut, sehingga mengurangi risiko obat terbawa air liur.

“Sehingga dapat meningkatkan waktu kontak untuk zat aktif dan lesi, meningkatkan efektivitas terapi, dan juga mengurangi ketidaknyamanan pasien,” jelas Prof. Nasrul.

Karakteristik fisikokimia α-M/EtOH Alg/Chi HF memenuhi syarat sebagai sediaan oral. Prof. Nasrul mengatakan bahwa α-M menunjukan respon penyembuhan sariawan yang baik pada hari ketujuh. Berdasarkan temuan ini, dapat disimpulkan bahwa HF atau patch α-Mangostin berbasis alginat dan kitosan berpotensi digunakan dalam terapi sariawan.

Prof. Taofik Rusdiana sebagai Guru Besar bidang Ilmu Farmasetika dan Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran dengan orasi ilmiah berjudul “Strategi Pengembangan Obat Melibatkan Konsep BCS-BDDCS dan Analisis Farmakogenesis (Kasus Warfarin)” menyampaikan bahwa tahap penemuan dan pengembangan obat membutuhkan waktu yang lama serta biaya yang besar dengan risiko kegagalan yang tinggi.

“Oleh karena itu, pemahaman tentang sifat-sifat biofarmasetik yang menjadi dasar BCS, Biopharmaceutics Classification System, dan sifat farmakokinetik yang menjadi dasar bagi BDDCS, Biopharmaceutics Drug Disposition Classification System, sangat penting bagi semua ilmuan yang terlibat dalam proses penemuan dan pengembangan obat,” katanya.

Lebih lanjut Prof. Taofik mengatakan, pengembangan obat tidak selesai sampai pada tahap memperbaiki sifat fisika-kimia atau memperbaiki biofarmasetiknya. Namun, perlu juga melihat karakter farmakokinetik (ADME) berdasarkan prinsip BDDCS dan respon obat di dalam tubuh karena faktor genetik. Maka dari itu, tujuan memaksimalkan efek toksik dari obat tersebut dapat terwujud. (arm)*