Jumat, 19 April 2024
Perguruan Tinggi

Unpad Luncurkan IPAT BO, Teknologi yang Bikin Tanaman Padi Jadi “Bahagia”

Unpad Luncurkan IPAT BO, Teknologi yang Bikin Tanaman Padi Jadi “Bahagia”

[Kanal Media Unpad] Universitas Padjadjaran meluncurkan teknologi pertanian “Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik” atau “IPAT BO”. Teknologi yang dikembangkan Guru Besar Fakultas Pertanian Unpad Prof. Dr. Tualar Simarmata, Ir., M.S., ini membuat tanaman padi menjadi “bahagia”, sehingga mampu menghasilkan panen sekitar 8 – 11 ton per satu hektar.

Peluncuran teknologi IPAT BO secara simbolis dilakukan Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti dalam acara panen bersama yang digelar di Sanggar Penelitian Latihan & Pengembangan Pertanian (SPLPP) Faperta Unpad di Jelekong, Kabupaten Bandung, Minggu (12/3/2023).

Selain rektor, acara peluncuran tersebut juga dilakukan Dekan Faperta Dr. Meddy Rachmadi, Ir., M.S., Ketua Senat Akademik Unpad yang juga Guru Besar Faperta Prof. Ganjar Kurnia, serta sejumlah pimpinan, guru besar, dan dosen di lingkungan Faperta Unpad.

Saat diwawancarai Kanal Media Unpad, Prof. Tualar memaparkan, teknologi IPAT BO merupakan teknologi pertanian padi yang mengutamakan pemanfaatan bahan organik yang tersedia secara lokal, dalam hal ini adalah kompos jerami. Teknologi ini menitikberatkan pada manajemen kekuatan biologis tanah, tata air, manajemen tanaman dan pemupukan berbasis organik secara terpadu.

Dikembangkan sejak 2007, ada empat temuan teknologi dari IPAT BO. Pertama konsorsium dekomposer yang mengolah jerami menjadi kompos yang baik. Kedua, konsorsium pupuk hayati yang mengolah kompos jerami tersebut menjadi pupuk yang bagus. Dua teknologi pertama disebut Prof. Tualar sebagai “Koalisi Makhluk Halus”.

Teknologi ketiga adalah konsorsium penataan tanah, serta keempat kombinasi teknologi nutri dengan cara pemupukan melalui daun. Empat gabungan teknologi ini mampu menghasilkan panen padi berkisar 8 – 11 ton untuk satu hektar sawah. Peningkatan hasilnya minimal 25 persen dibandingkan dengan sistem konvensional.

Selain empat teknologi tersebut, IPAT BO juga memiliki tiga jenis pengembangan, yaitu: konvensional, super, dan ratun. IPAT BO konvensional mampu meningkatkan produksi padi berkisar 8 – 11 ton, sedangkan jenis super mampu meningkatkan produksi hingga 10 -12.

Sementara teknologi ratun memungkinkan bibit padi bisa ditanam 3 – 4 kali setahun. Melalui teknologi ini, padi yang sudah dipangkas saat dipanen dapat tumbuh lagi dalam 3 bulan mendatang. Hal ini bisa menghemat petani untuk tidak membeli bibit lagi saat masa panen dimulai.

“Empat teknologi ini sudah mendapatkan penghargaan Menristekdikti pada 2014 sebagai 100 inovator terbaik Indonesia. Kemudian pada 2016, teknologi ini kembali dapat penghargaan sebagai 10 Inovator Terbaik Indonesia,” terang Prof. Tualar.

Buat Padi Jadi “Bahagia”

Lebih lanjut Prof. Tualar mengatakan, kunci dari peningkatan produktivitas padi dalam IPAT BO terletak pada kesuksesannya membuat padi menjadi “bahagia”. Agar padi menjadi “bahagia”, Prof. Tualar mengembangkan sistem tanah berpasangan, atau twin seedling, atau jejer manten.

Sebelum padi ditanam berpasangan, lahan yang menjadi tempat tumbuhnya dibenahi dengan teknologi “koalisi makhluk halus” tersebut. Selanjutnya, padi kemudian dilakukan pemupukan terpadu dengan cara pemupukan melalui daun tersebut. Hasil ini yang menjadikan padi dengan teknologi IPAT BO mampu meningkat produktivitasnya menjadi minimal 25 persen dibandingkan teknik konvensional.

Berbasis Problem Solver

Teknologi ini telah banyak diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia. Prof. Tualar memastikan, teknologi ini dapat diterapkan di berbagai wilayah melalui penyesuaian dan permintaan konsumen (petani).

“Ada peningkatan teknologi spesifik lokasi dan kita ikuti konsumennya seperti apa, kita buat sesuai permintaan,” ujar Prof. Tualar.

Dengan demikian, IPAT BO merupakan teknologi yang berbasiskan penyelesaian masalah di masyarakat, adaptasi terhadap perubahan iklim, serta banyak berbasis bahan lokal dan organik.

Ke depan, riset IPAT BO akan dikembangkan berupa integrasi dengan perangkat teknologi IoT, sehingga proses pertanian menjadi lebih efektif dan dapat mengundang minat generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian. “Kita akan gunakan SPLPP Faperta Unpad jadi pusat pengembangan teknologinya,” pungkas Prof. Tualar.

Bentuk Tridarma Unggulan

Dalam kesempatan tersebut, Rektor mengapresiasi teknologi IPAT BO yang sudah dikembangkan Faperta Unpad. “Pengembangan risetnya sudah menyangkut bagaimana memperlakukan makhluk hidup dengan bijaksana,” ungkapnya.

Teknologi ini juga merupakan teknologi komprehensif yang mampu menjawab tantangan di masa depan. Di masa depan, kata Rektor, produk-produk yang digunakan di masyarakat basisnya merupakan hasil riset.

“Riset pertanian di IPAT BO tidak hanya mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi mengawinkan dengan teknologi, serta disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini menjadikan riset ini berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau iptek serta menjawab kebutuhan masyarakat,” kata Rektor.*