Selasa, 23 April 2024
Perguruan Tinggi

Nabil Nabhan, Santri Yang Intelek, Intelek Yang Santri

Nabil Nabhan, Santri Yang Intelek, Intelek Yang Santri

Jember, 11 Maret 2023
Universitas Jember menggelar wisuda periode V tahun akademik 2022/2023 di Gedung Auditorium (11/3). Salah satu wisudawan yang dikukuhkan oleh Rektor adalah Nabil Nabhan yang merupakan lulusan Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Nabil, begitu panggilannya, adalah salah satu dari 31 lulusan dengan pujian (cumlaude). Nabil mencetak Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,61. Tak hanya memiliki prestasi akademis, Nabil juga punya segudang prestasi lain.

Mulai dari juara pertama Pemilihan Mahasiswa Berprestasi tingkat FMIPA Universitas Jember, Juara pertama Lomba Esai Tingkat Nasional (LETN) tingkat nasional di UIN Walisongo Semarang dan lainnya. Di bidang non akademis sebut saja sebagai peserta mobility program di Universiti Tun Hussein Onn Malaysia, mengikuti International Summer Course di Feng Chia University, Taiwan, hingga terpilih sebagai 7 start-up terbaik se Jawa Timur-Bali versi New Energy Nexus Indonesia. Satu lagi, Nabil yang mondok di Pondok Pesantren Al Jauhar Jember ini adalah juga hafidz Al Qur’an.

Menurut Nabil, mencari ilmu agama dan ilmu dunia bisa seiring sejalan bahkan keduanya saling melengkapi. Prinsip ini tak lepas dari didikan orang tuanya, pasangan Taufikurrahim dan almarhumah Wasilah yang menekankan anak-anaknya untuk disiplin menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum. Keduanya memfasilitasi anak-anaknya dengan menyediakan buku-buku seperti ensiklopedia Al-Qur’an, shahih muslim, dan buku-buku lainnya. Ayah Nabil adalah guru di SMPN 2 Pengantenan Pamekasan.

“Abah selalu berpesan agar anak-anaknya menjadi santri yang intelek dan intelek yang santri. Tiap pagi sebelum berangkat sekolah, saya dan saudara-saudara saya diwajibkan untuk belajar kitab-kitab fikih seperti Safinatun Najah, Sullam Taufiq, dan Fathul Qarib dan lainnya. Setelah pulang sekolah, di sore harinya saya juga selalu dibiasakan untuk belajar agama lagi di madrasah setempat. Kemudian malamnya ba’da sholat Isya saya belajar lagi kitab fiqih. Setelah itu baru saya beralih belajar pelajaran sekolah. Bahkan saya tak boleh beraktivitas di luar rumah sebelum menyelesaikan setoran hafalan Al Qur’an kepada Abah,” tutur anak kedua dari empat bersaudara ini.

Sejak duduk di bangku SMP Nabil sudah tertarik dengan mata pelajaran Fisika. Sudah tak terbilang lomba Fisika atau bidang IPA yang diikutinya. Oleh karena itu begitu lulus dari SMAN 1 Pamekasan, Nabil menjatuhkan pilihan kuliah di Program Studi Fisika FMIPA Universitas Jember. Pilihan kuliah di Jember sesuai dengan pesan almarhumah Ibunya yang ingin Nabil dekat dengan kakaknya yang saat itu juga tengah kuliah di Universitas Jember. Apalagi keluarga besar Abahnya berasal dari Kecamatan Kalisat.

Selama kuliah di Jember, Nabil memutuskan modok di Pesantren Al Jauhar. Tempaan disiplin semenjak kecil membuat Nabil terbiasa membagi waktu. Kesibukan di kampus dan kegiatan di luar kuliah dijalaninya dengan enjoy, termasuk saat harus menuntut ilmu di Al Jauhar. Menurut anak kedua dari empat bersaudara ini, tinggal di pondok pesantren memiliki banyak keunggulan. Pasalnya tinggal bersama banyak orang yang memiliki pola pikir dan kepentingan yang bermacam-macam. Kondisi ini membuat Nabil harus adaptif dalam segala situasi dan kondisi. Menurutnya pondok pesantren adalah kehidupan bermasyarakat skala kecil, sehingga mau tidak mau membuatnya harus bisa memposisikan diri.

Lantas apa resep Nabil agar sukses di kampus dan berprestasi di kehidupan nyata ? “Saya membagi kesibukan saya menjadi empat hal, penting mendesak, tidak penting mendesak, penting tidak mendesak, dan terahir tidak penting tidak mendesak. Dengan cara itu saya bisa menyelesaikan pekerjaan saya tanpa harus khawatir tugas bertumpuk. Kemudian saya coba mengerjakan sesuatu seefisien mungkin. Jika pekerjaan tersebut adalah pekerjaan kampus maka saya selesaikan ketika saya berada di kampus, sehingga ketika pulang tidak membawa beban apa-apa. Jika pekerjaan tersebut adalah pekerjaan pondok atau hal lain di luar kampus, maka saya selesaikan sebelum saya pergi ke kampus, jadi ketika sampai di kampus saya tidak terbebani pekerjaan-pekerjaan diluar kampus,” ungkap Nabil.

Selepas wisuda, Nabil berencana melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pengalaman beraktivitas di perguruan tinggi di luar negeri membuka cakrawala pemikirannya, rencana ini pun sudah disetujui Abahnya. Kini Nabil mulai mencari pendanaan beasiswa, tentu Fisika yang menjadi pilihannya. Nabil pun ingin berkiprah di dunia sosial terutama dalam pemberdayaan kaum dhuafa seperti yang dilakukannya melalui LAZISNU Pamekasan.

“Jangan pernah merasa cukup atas ilmu yang kita punya. Jika kita sudah menekuni ilmu pengetahuan umum, jangan lupa untuk mendalami ilmu agama juga agar hidup kita seimbang. Sebab nilai dari pengetahuan kita bukan dari seberapa banyak rumus yang kita hafal, seberapa banyak gelar yang kita punya, atau seberapa lama kita belajar. Melainkan seberapa besar manfaat yang mampu kita berikan melalui ilmu kita kepada sesama,” pungkas Nabil yang sudah hafal Al Qur’an sepuluh juz. (iim)