Rabu, 24 April 2024
Perguruan Tinggi

UII Berkomitmen Bentuk Lingkungan Kampus yang Aman Dari Tindak Kekerasan Seksual

UII Berkomitmen Bentuk Lingkungan Kampus yang Aman Dari Tindak Kekerasan Seksual

Universitas Islam Indonesia (UII) menaruh komitmen besar untuk mewujudkan lingkungan kampus yang aman dan terbebas dari segala tindak kekerasan seksual. Komitmen tersebut nampak dalam pelaksanaan Uji Publik Calon Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) yang berlangsung secara daring pada Rabu (15/03). Uji publik ini diikuti 17 peserta yang terdiri dari 5 dosen, 7 tenaga kependidikan, dan 5 mahasiswa. Acara juga disaksikan segenap warga kampus dan masyarakat umum.

Turut hadir membersamai, Panelis Uji Publik Satgas PPKS UII, Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si., selaku Pakar Hukum Hak Asasi Manusia dan Prof. Alimatul Qibtiyah, S.Ag., M.Si., Ph.D., selaku Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan). 

Prof. Alimatul Qibtiyah, S.Ag., M.Si., Ph.D., pada kesempatannya menyampaikan update Satgas PPKS di tingkat kampus. Secara nasional sebanyak 125 Perguruan Tinggi umum sudah 100% memiliki Satgas PPKS, dilanjutkan dengan Perguruan Tinggi Swasta sudah banyak memiliki Satgas PPKS.

“Uji publik ini sebagai bukti kepada masyarakat, bahwa UII serius menangani tindak kekerasan seksual yang memiliki integritas dan kebijakan luar biasa,” ungkapnya.

Komisioner Komnas Perempuan tersebut juga berpesan meski nanti ada kandidat yang tidak terpilih, jangan berhenti untuk tetap berjuang menciptakan wilayah kampus yang bersih dari kekerasan seksual.

Sedangkan Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si., turut memberikan wejangan serupa. Menurutnya, kekerasan seksual termasuk dari kejahatan kemanusiaan yang serius. Dalam bahasa latin ia menyebut istilah erga omnes, yang dapat diartikan setiap manusia berkewajiban mencegah terjadinya tindak kekerasan seksual dan kewajiban memberikan sanksi hukum bagi pelaku yang terbukti melakukannya.

“Oleh karena itu, sangat penting bagi tim Satgas untuk memiliki komitmen kemanusiaan yang sangat kuat, tanpa ini kita tidak memiliki basis untuk bekerja secara independen, parsial, dan memiliki kompetensi,” pungkasnya. (LMF/ESP)