Jumat, 19 April 2024
Perguruan Tinggi

Yang Muda Yang Profesor, Usai Bacakan Orasi Ilmiah Lantas Ngeband

Yang Muda Yang Profesor, Usai Bacakan Orasi Ilmiah Lantas Ngeband

Jember, 18 Maret 2023
Universitas Jember mengukuhkan tiga guru besar baru di Gedung Auditorium Kampus Tegalboto (18/3). Mereka adalah Prof. Dr. Ida Bagus Suryaningrat, STP., MM., Guru Besar di bidang Ilmu Agroindustri di Fakultas Teknologi Pertanian. Kedua, Prof. Ns. Tantut Susanto, S.Kep., M.Kep. Sp.Kep.Kom., PhD., yang merupakan Guru Besar bidang Ilmu Keperawatan Komunitas di Fakultas Keperawatan. Profesor ketiga adalah Prof. Dr. Bayu Taruna Widjaja Putra, STP., M.Eng., Guru Besar Ilmu Pertanian Presisi di Fakultas Teknologi Pertanian. Uniknya ketiganya masih relatif muda, bahkan Prof. Bayu Taruna meraih gelar guru besar saat usianya baru 38 tahun 1 bulan.

Uniknya, seusai ketiga guru besar menyampaikan orasi ilmiah, dilanjutkan dengan penampilan spesial The GB Band yang diawaki oleh gitaris Prof. Bayu Taruna, dan Prof. Ida bagus Suryaningrat yang duduk dibelakang perangkat drum. Bahkan Rektor Universitas Jember, Iwan Taruna turut tampil dengan bass gitarnya. Personil The GB band lainnya adalah Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Bambang Marhaenanto sebagai keyboardis dan Prof. Yuli Witono di posisi rythm guitar. Sementara vocalis Nita Kusumawardhani dan backing vocal Andi Eko yang merupakan dosen di Fakultas Teknologi Pertanian tampil apik menyanyikan lagu From This Moment dari penyanyi country Shania Twain. Penampilan spesial The GB band mendapatkan sambutan meriah dari hadirin yang berada di Gedung Auditorium.

Selepas upacara pengukuhan, gitaris The GB Band, Prof. Bayu Taruna menjelaskan jika semenjak kuliah dirinya sudah suka ngeband bersama kawan-kawannya yang tergabung dalam group “BLAST”. Prestasi BLAST pun lumayan, terbukti pada tahun 2008 menjadi juara ketiga dalam ajang nasional A-Mild Live Wanted. Sebagai hadiahnya BLAST merasakan rekaman di salah satu major Label yakni Musica Studios. Sebelumnya di tahun 2003 Prof. Bayu Taruna juga menyabet juara ketiga di ajang “Festival Gitar Maut 2003” se-eks karesidenan Besuki.

“Meskipun pengalaman saya sebagai seorang gitaris telah berlalu dan saat ini saya berfokus pada bidang akademik, namun kenangan indah dari masa-masa itu tetap melekat dalam ingatan saya. Saya merasa sangat beruntung bisa membagikan keindahan musik dengan orang lain melalui permainan gitar saya, dan itu akan selalu menjadi kenangan indah bagi saya. Dan salah satu musisi yang menginspirasi saya adalah Brian May gitaris band Queen, beliau seorang akademisi mampu meraih gelar Ph.D dibidang astrofisika ditengah-tengah kesibukan sebagai musisi,” tutur Prof. Bayu Taruna.

Sebelumnya profesor pertama yang menyampaikan orasi ilmiah adalah Prof. Ida Bagus Suryaningrat dengan judul “Optimalisasi Manajemen Rantai Pasok Menuju Agroindustri Berkelanjutan”. Dalam orasinya, Prof. Ida Bagus Suryaningrat menyebutkan produk agroindustri memiliki karakteristik tertentu, diantaranya bersifat musiman, mudah rusak dan memiliki jenis beraneka ragam. Oleh karena itu agroindustri memerlukan rantai pasok yang sesuai. Diantaranya memastikan pemenuhan bahan baku, kesiapan lahan, jaminan pasokan dan adanya tempat penyimpanan produk agroindustri.

“Jaringan rantai pasok ini harus didukung dengan kecanggihan Teknologi Informasi dan Komunikasi seperti penyiapan lahan dengan menggunakan drone hingga pemanfaatan big data. Hal yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah munculnya tuntutan global akan pelestarian alam. Oleh karena itu Green Suply Management Chain yang mensyaratkan pengadaan bahan baku, manfuaktur, penyimpanan dan distribusi yang ramah lingkungan. Kini tantangan mewujudkan agroindustri berkelanjutan adalah meningkatkan kemampuan petani kita dalam hal teknologi digital,” jelas dosen di Program Studi Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian.

Sementara itu Prof. Tantut Susanto mengingatkan pentingnya peran keluarga dalam mewujudkan negara yang sehat, pasalnya keluarga yang sehat menjadi dasar menuju peningkatan kualitas kesehatan. Untuk mewujudkan keluarga yang sehat maka peran perawat komunitas mutlak diperlukan. Menurut guru besar kelahiran Boyolali 43 tahun lalu ini saat ini Indonesia masih menghadapi banyak masalah kesehatan diantaranya malnutrisi, stunting, hingga penyakit tidak menular karena gaya hidup semisal hipertensi. Dan yang terbaru adalah Covid-19. Penanganan masalah kesehatan tersebut tidak mungkin terwujud tanpa kesiapan keluarga dengan dukungan perawat komunitas.

“Peranan perawat komunitas sangat esensial dalam dalam meningkatkan kemandirian dan kesehatan keluarga menuju Indonesia Emas 2045. Salah satu caranya dengan optimalisasi praktik pelayanan asuhan keperawatan komunitas dan keluarga melalui kunjungan rumah dalam rangka program keperawatan kesehatan masyarakat yang berbasis bukti ilmiah,” ujar Prof. Tantut Susanto yang membawakan orasi berjudul “Peran Perawat Komunitas Dalam Meningkatkan Kemandirian dan Kesehatan Keluarga Menuju Indonesia Menuju Indonesia Emas 2045”.

Orasi ilmiah ketiga dibacakan oleh Prof. Bayu Taruna berjudul “Artificial Intellegence and IoT in Precision Agriculture”. Dalam paparannya, pria asli Jember ini menjelaskan peranan kecanggihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) seperti Artificial Intellegence (AI) dan Internet of Thing (IoT) guna mendukung pengembangan agroindustri. Menurutnya Indonesia kaya akan potensi alam namun di lain sisi juga harus menghadapi ancaman makin berkurangnya lahan dan perubahan iklim yang berpotensi mengurangi produktivitas agroindustri. Oleh karena itu pertanian presisi berbasis kecanggihan TIK menjadi salah satu jawaban atas fenomena tersebut.

“Sebagai contoh penggunaan AI dan IoT untuk memprediksi serangan hama dan cuaca. Termasuk penggunaan ChatBot sebagai asisten para petani yang bisa memasok data pertanian dan perkebunan sehingga membantu petani mengambil keputusan. Dan salah satu aplikasi yang sudah saya ciptakan adalah software Agriino yang membantu petani mendeteksi kebutuhan pupuk tanaman. Juga metode berbasis IoT untuk pemeriksa kalsifikasi daun kopi Arabaika dan Robusta,” ujar guru besar termuda di Universitas Jember ini. (iim)