Jumat, 26 April 2024
Perguruan Tinggi

Tubuh Sehat dengan Berpuasa Ramadhan

Tubuh Sehat dengan Berpuasa Ramadhan
image_pdf

oleh: dr. Ifa Mufida (Dokter Poliklinik UM)

LIFESTYILE-Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan bagi umat Islam. Di dalam bulan ini ada satu kewajiban yang harus dilaksanakan yakni ibadah puasa dengan tujuan utama meraih ketakwaan. Maka, wajar jika kaum muslimin berlomba-lomba untuk memaksimalkan ibadah baik yang wajib ataupun yang disunnahkan.

Dalam pelaksanaan ibadah puasa, terjadi perubahan siklus hidup dari kaum muslim. Mereka mengalami perubahan pola makan, pola tidur, bahkan aktivitas fisik sehari-hari. Hal ini, tentunya menyebabkan adanya perubahan terhadap tubuh, ditinjau dari beberapa kondisi. Perubahan tersebut antara lain berupa perubahan fisiologi, yakni berhubungan dengan fungsi organ dan kondisi tubuh dari sisi komposisi. Kemudian berupa perubahan di dalam darah dan cairan tubuh, yang dikenal juga perubahan hematologi.

Ketika berpuasa, perubahan yang terjadi di dalam tubuh berbeda-beda, tergantung berapa lama kita berpuasa. Untuk wilayah Indonesia, maka rata-rata umat Islam berpuasa 14 jam lamanya. Secara fisiologis, tubuh sebenarnya dikatakan benar-benar masuk di dalam “fase berpuasa” adalah setelah 8 jam dari waktu sahur. Hal ini dikarenakan, usus bisa secara sempurna menyerap berbagai nutrisi dari makanan selama waktu tersebut. Bisa dikatakan juga bahwa pada 8 jam awal setelah sahur sebenarnya tubuh masih mendapatkan nutrisi dari makanan yang kita makan sebelumnya.

Namun setelah 8 jam, maka glukosa yang berasal dari penyerapan usus telah habis. Selanjutnya, ada mekanisme tubuh untuk mencari sumber glukosa dari dari cadangan-cadangan yang tersimpan dari dalam tubuh. Maka, cadangan yang pertama dibakar adalah cadangan glukosa dalam bentuk glikogen yang ada di dalam liver dan otot. Hal ini menjadikan kita yang berpuasa masih mendapatkan pasokan energi meski nutrisi di dalam usus sudah sempurna diserap.

Setelah penyimpanan glukoasa di liver telah habis, maka lemaklah yang menjadi sumber energi selanjutnya. Namun sebenarnya, penyimpanan glukosa di liver tidak dihabiskan semua, masih ada sisa sebagai cadangan energi jika dibutuhkan sewaktu-waktu. Jika puasa dilakukan berkepanjangan, tubuh akhirnya menggunakan protein sebagai sumber energi. Namun, penggunaan protein sebagai sumber energi tidaklah sehat. Hal ini dikarenakan, protein yang dipecah berasal dari otot, sehingga otot lama kelamaan menjadi lemah dan mengecil.

Tetapi pada puasa Ramadhan, kita hanya berpuasa selama kurang lebih 13-14 jam, di mana pada waktu tersebut masih di dalam fase pemecahan cadangan dari sumber asam lemak. Yakni, masih di dalam rentang pergantian sumber energi kedua, yakni dari cadangan liver ke cadangan asam lemak. Kondisi inilah yang menjadikan puasa Ramadhan diyakini memiliki banyak manfaat. Sekaligus banyak penelitian yang menyebutkan bahwa seseorang akan semakin sehat setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Hal ini dikarenakan pemecahan lemak di dalam tubuh sebagai sumber energi akan sangat bermafaat di dalam penurunan berat badan. Konsep puasa ini akhirnya juga banyak dipakai untuk pengendalian berat badan yang populer dikenal dengan istilah intermitten fasting. Selain menurunkan berat badan, juga bisa mengontrol dan menurunkan kadar kolesterol dan lemak jahat di dalam tubuh. Penurunan berat badan juga akan mengontrol kadar gula darah yang lebih baik serta  menurunkan tekanan darah. Padahal gula darah, kolesterol dan tekanan darah yang terkontrol akan menghindarkan seseorang dari berbagai macam penyakit metabolik, seperti penyekit jantung koroner dan stroke. Menakjubkan bukan?

Lebih dari itu, pemecahan asam lemak menjadi sumber energi juga menyebabkan pemecahan berbagai macam toksin (racun) yang tersimpan di dalam lemak dan dikeluarkan dari tubuh. Hal ini lah yang dikenal dengan proses detoksifikasi. Maka, ketika kita berpuasa menjadikan oksidan-oksidan di dalam tubuh ikut terpecah, yang hal ini tentunya akan semakin menjadikan tubuh semakin bugar. Belum lagi, bagi mereka yang selama ini merokok maka menyebabkan adanya penumpukan berbagai racun. Maka, berpuasa bisa dipastikan memberikan banyak dampak positif bagi tubuh mereka melalui proses pembuangan racun.

Dengan berpuasa, juga akan membantu menyelesaikan problem mereka yang mengalami kondisi kecanduan. Hal ini karena puasa bisa membantu seseorang untuk mengurangi keinginan merokok, mengkonsumsi kafein dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kecanduan. Ketika seseorang menjalankan diet yang seimbang di antara waktu puasa, maka mereka akan mendapatkan peningkatan kekebalan tubuh. Hal ini terjadi karena adanya pelepasan racun dan pengurangan timbunan lemak dalam tubuh selama puasa. Terlebih, jika kecenderungan orang berbuka puasa dengan makanan alami yang segar seperti buah-buahan yang mengandung air atau kurma. Maka hal ini akan meningkatkan asupan vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat bagi tubuh.

Ketika berpuasa, pembatasan asupan cairan bisa menyebabkan tubuh kita kehilangan beberapa elektrolit tubuh. Sebagaimana penelitian dari Attarzadeh Hosseini SR et al (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat penurunan komposisi air dan potasium selama puasa. Namun, pembatasan cairan ini ternyata bisa tergantikan oleh fungsi ginjal yang sangat efisien mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, sehingga kita tidak jatuh pada keadaan dehidrasi selama menjalankan ibadah puasa. Namun demikian, memang tetap dianjurkan untuk memperhatikan asupan cairan meski sedang berpuasa yakni sekitar 1,5 liter per hari, dengan pembagian di saat sahur dan berbuka.

Beberapa penelitian memaparkan bahwa setelah beberapa hari berpuasa, ada hormon yang meningkat yaitu endorfin. Hormon ini dikenal sebagai hormon kebahagiaan ini menyebabkan perbaikan kewaspadaan, daya kognitif, dan kesehatan mental. Maka benar adanya jika berpuasa bisa menyehatkan baik secara fisik maupun mental. Terlebih di Bulan Ramadhan ada suasana keimanan yang sangat mendukung, sehingga memberikan dampak yang menenangkan bagi jiwa orang-orang yang beriman.

Demikianlah, beberapa manfaat berpuasa Ramadhan yang menjadikan tubuh kita semakin sehat. Namun demikian, tetaplah ditanamkan bagi umat Islam untuk meluruskan niat bahwa berpuasa adalah hanya untuk meraih Ridha Allah SWT. Kesehatan yang akhirnya bisa didapatkan semata-mata efek samping positif dari puasa. Ibarat pepatah, sekali merangkul dayung dua tiga pulau terlampaui. Maka disamping mencapai takwa, insya Allah kita pun menjadi semakin sehat. Dengan syarat, tubuh sehat yang kita peroleh harus kita pertahankan sesudahnya yakni dengan tetap membiasakan pola makan yang sehat. Membatasi keinginan, berhenti makan sebelum kenyang. Selesai.