Selasa, 23 April 2024
Perguruan Tinggi

Dosen FTIP Unpad Olah Limbah Biomassa Menggunakan Proses Biorefineri

Dosen FTIP Unpad Olah Limbah Biomassa Menggunakan Proses Biorefineri

Laporan oleh Shofwatul Auliya

[Kanal Media Unpad] Dosen Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran Dr. Efri Mardawati, S.T.P., M.T., mengembangkan produksi xilitol dan bioetanol dari limbah tandan kosong kelapa sawit melalui proses biorefineri.

Efri mengatakan, biorefineri atau kilang biomassa merupakan sebuah proses yang dapat menjawab permasalahan terkait simpanan sumber energi fosil yang makin menurun. Proses ini tidak hanya dapat mengolah suatu biomassa menjadi bioenergi, tetapi juga produk lainnya seperti pangan, pakan, dan biokimia.

“Harapannya (perekonomian) Indonesia itu berbasis kepada biomassa,” kata Efri dalam siniar “Hard Talk: Penerapan Konsep Biorefineri dari Limbah Biomassa” di Kanal YouTube Unpad, Rabu (22/3/2023).

Penelitian mengenai limbah biomassa telah Efri lakukan sejak tahun 2012. Hingga kini, ia telah mengolah berbagai macam biomassa hasil pertanian maupun perkebunan seperti tongkol jagung, jerami padi, kulit kakao, dan tandan kosong kelapa sawit.

Kelapa sawit sebagai komoditas perkebunan terbesar di Indonesia saat ini nyatanya juga menjadi penyumbang limbah biomassa yang cukup besar. Efri menyebutkan, limbah tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah lignoselulosa yang kaya akan sumber selulosa dan hemiselulosa.

Proses konversi lignoselulosa selama ini hanya memanfaatkan fraksi selulosa untuk memproduksi bioetanol, sedangkan fraksi hemiselulosa justru dipisahkan dan pada akhirnya kembali menjadi limbah. Pasalnya, hemiselulosa merupakan fraksi terbesar kedua dalam limbah tandan kosong kelapa sawit.

Akan tetapi, melalui konsep biorefineri Efri berhasil memanfaatkan kedua fraksi tersebut untuk diolah menjadi produk bioenergi dan pangan.

Ia menjelaskan bahwa hemiselulosa merupakan heteropolisakarida yang sebagian besar komponennya adalah xilosa. Melalui bioproses inilah xilosa dapat difermentasi untuk menghasilkan xilitol yang merupakan gula alkohol.

Efri menganggap xilitol memiliki berbagai keunggulan dibandingkan sukrosa atau gula pasir biasa karena karakteristiknya yang sangat baik dan tahan terhadap suhu tinggi sehingga xilitol juga banyak diaplikasikan dalam industri pangan maupun farmasi.

“Xilitol memiliki tingkat kemanisan yang sama dengan sukrosa, tapi kalorinya jauh lebih rendah. Jadi ini sangat baik untuk penderita diabetes,” ungkapnya.

Oleh karena itu, produksi xilitol secara bioproses ini menjadi salah satu fokus penelitian yang dilakukan Efri untuk mendukung Indonesia menuju ekonomi berbasis biomassa.

Kini, Efri dan tim risetnya di Unpad ditunjuk menjadi Ketua Pusat Kolaborasi Riset Biomassa dan Biorefineri yang berada di bawah naungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Sejak 2012, riset mengenai produksi xilitol dari biomassa terus dilakukan oleh Efri dan tim. Mulai dari tahap produksi (pre-treatment, hidrolisis, fermentasi, dan pemurnian), uji kelayakan, hingga rancang pabrik. Ia juga bermitra dengan perusahan kelapa sawit di daerah untuk pengadaan bahan baku.

Efri dan tim saat ini berfokus untuk mengembangkan skala produksi gula kristal xilitol bersama para alumni Program Studi Teknologi Industri Pertanian Unpad. (art)*