Jumat, 29 Maret 2024
Sekolah Dasar

TUTU TUPAI SANG PAHLAWAN SEJATI – ELIFIA TARAKA (2020)

TUTU TUPAI SANG PAHLAWAN SEJATI – ELIFIA TARAKA (2020)

TUTU TUPAI SANG PAHLAWAN SEJATI
(Elifia Taraka)

Di sebuah perkebunan kelapa yang luas, terdapat banyak lubang mungil di setiap batang pohon kelapanya. Itulah rumah kawanan tupai. Pada salah satu lubang itu dihuni seekor tupai kecil berwarna abu-abu. Sepasang matanya besar dan selalu bersinar. Tutu namanya. Seekor tupai kecil berbulu tipis,berekor pendek, dan berkaki pincang yang membuatnya tak dapat melompat dengan cepat.
Tutu si Tupai ternyata memiliki sifat pemalu. Tutu selalu malu bertemu dengan teman-temannya, bahkan untuk sekadar bermain pun jarang ia lakukan. Saat bermain, Tutu hanya mengintip dari dalam rumah pohonnya. Ia merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan tubuhnya yang hampir tidak ditumbuhi bulu dan kaki yang tidak sempurna. Apalagi ekornya yang sangat pendek membuat tampilan Tutu sangat aneh di mata teman-temannya. Tutu sering menjadi bahan tertawaan tupai lain. Mereka menjauhi Tutu dan enggan berteman dengannya. Seringkali, Tutu terlihat duduk di depan rumah pohonnya dan bermain sendirian. Sebenarnya, dalam hati Tutu ingin memiliki banyak sahabat.
“Alangkah gembiranya jika aku dapat bermain seperti mereka,” kata Tutu dalam hati.
Ketika keinginan itu muncul, segera dihapusnya dari hati karena ia adalah tupai yang tidak pernah diperhitungkan.
Tutu sering berjalan-jalan ke manapun ia ingin. Pada suatu hari ia menemukan sebuah hutan lebat yang kaya dengan biji-bijian. Sejak menemukan hutan itu, Tutu sering pergi ke sana untuk menghibur hatinya. Di tengah hutan itulah, Tutu merasa bahagia. Menghirup udara segar, memandang bunga hutan bermekaran, dan tidur di bawah teduhnya dahan yang rimbun tanpa diganggu siapapun. Tutu juga menemukan banyak pohon besar yang sangat nyaman untuk dijadikan rumah. Kemudian Tutu melubangi beberapa pohon dan membangun rumah di sana sebagai tempat peristirahatannya jika ia berkunjung lagi. Tak lupa Tutu juga mencari biji-bijian, membawanya pulang, kemudian menyimpannya di dalam lumbung makanannya. Begitulah keseharian Tutu, hingga lumbung makanannya melimpah ruah dan rumahnya dipenuhi oleh buah dan biji-bijian.

Pada suatu masa, tempat tinggal kawanan tupai mengalami kemarau panjang. Banyak pohon meranggas menggugurkan daunnya. Pohon kelapa jarang berbuah karena dimakan hama. Tanaman biji-bijian makin sulit ditemukan. Kawanan tupai kesulitan mencari makan, bahkan simpanan makanan pun makin menipis dan akhirnya habis.
Kawanan tupai kebingungan mencari makan. Tangisan beberapa tupai kecil yang kelaparan membuat sedih hati Tutu. Tiba-tiba Tutu teringat dengan lumbung makannya yang dipenuhi biji-bijian. Tutu pun bergegas mengambil biji-bijian simpanannya untuk dibagikan kepada kawanan tupai yang kelaparan. Kawanan tupai pun mengucapkan terima kasih pada Tutu dan meminta maaf karena selama ini mereka tidak pernah menganggap Tutu sahabat mereka. Tutu yang baik hati akhirnya menerima maaf teman-temannya dengan tulus hati. Tutu pun menceritakan tempat baru yang ia temukan dan mengajak teman-temannya pindah ke tempat baru tersebut karena perkebunan kelapa yang mereka tinggali sudah sulit untuk mendapatkan makanan.
Akhirnya, kawanan tupai berbondong-bondong pindah menuju tempat baru dengan Tutu sebagai pemimpinnya. Kawanan tupai terlihat bahagia dan tiada henti berterima kasih pada Tutu, sang pahlawan yang telah menyelamatkan kehidupan mereka. Kawanan tupai akhirnya menyadari bahwa setiap makhluk di dunia pasti saling membutuhkan, dan bukan tidak mungkin jika pertolongan itu didapatkan dari makhluk lemah yang selama ini diabaikan.

Blitar, 3 Desember 2020