Sabtu, 20 April 2024
Sekolah Menengah Kejuruan

Penilaian dari Studio Lebih Bermakna untuk Siswa

Penilaian dari Studio Lebih Bermakna untuk Siswa
https://instagram.com/studiokotte

Karya di atas bukan foto, namun beberapa karya modeling 3D dari Sinar Tauladan siswa kelas XI Animasi yang saat ini sedang mengikuti project industri di Keitoto Studio. Seperti biasa, jalinan komunikasi dengan mas Malik, Founder Keitoto Studio terus saya perkuat. Melalui whatsapp saya berkomunikasi untuk menanyakan tentang perkembangan kompetensi siswa yang sedang mengikuti magang dan project industri di studio tersebut. “Bagaimana perkembangan Sinar Tauladan, mas”, tanya saya untuk memastikan progresnya. “Oh Sinar tidak usah ditanya pak. Progressnya Sinar bagus sekali”, jawab Mas Malik. Sebuah jawaban yang membahagiakan saya. Inilah yang saya impikan sejak dulu, ketika kompetensi siswa benar-benar dibutuhkan oleh industri dan tidak ada komplain menjadi penilaian yang lebih bermakna. Sinar Tauladan merupakan salah satu siswa yang sudah melakukan proses magang selama 6 bulan di Keitoto dan berlanjut project industri selama 6 bulan juga. Apa yang membedakan antara magang dan project industri? Memang hampir sama, karena siswa berada di industri melakukan pekerjaan yang diberikan di sana. Namun keduanya berbeda. Di saat Sinar Tauladan melakukan magang atau Praktik Kerja Lapangan, ia tidak mendapatkan gaji, namun ketika ia sudah mengikuti project industri Sinar mendapatkan gaji. Pada kegiatan project industri, levelnya lebih tinggi karena Sinar mendapatkan tanggungjawab yang lebih tinggi untuk menyelesaikan project-project untuk menangani modeling 3D langsung dari klien. Tentu saja dibutuhkan kemampuan yang lebih dari aspek hard skill maupun soft skill. Seorang siswa yang sudah diterima pada program project industri sudah dipastikan dari kompetensinya memiliki hardskill dan softskill yang lebih baik. “Saat ini Sinar Tauladan membantu kami membuat produk-produk furniture, produk-produk serba guna, dan advertising”, ungkap Mas Malik.

Dalam komunikasi melalui whatsapp tersebut saya juga mendapatkan informasi perkembangan siswa yang lainnya. “Yosa dan Reza juga sebetulnya potensinya bagus sekali pak, hanya saja mungkin mereka kurang passionate dengan industri ini, jadi mungkin akan saya lebih arahkan ke pembuatan produk icon-icon. Untuk Alfa dia juga sangar karya-karyanya, tapi memang dia cenderung ke arah produk icon-icon”, ungkap Mas Malik yang memberikan penjelasan secara detail.

“Untuk siswa yang satunya, ini yang saya masih bingung Pak. Jujur saya sama Taufik sedang mencari cara dan metode lain untuk ngajar dia. Soalnya dari segi kualitas dan kecepatan kerja, siswa itu masih sangat di bawah rata-rata/standar kami. Tapi tetap Insya Allah saya coba semaksimal mungkin ngajari siswa tersebut. Untuk Sinar, Alfa, Yosa, dan Reza, mereka berempat jujur saya sudah legowo karena skillnya sudah diatas rata-rata”, ungkap Mas Malik lebih lanjut. Mas Malik juga mengirimkan contoh karya Muhammad Fahreza yang dipandang memiliki progres yang sangat baik.

Dari hasil komunikasi tersebut beberapa point penting yang menjadi perhatian dan menjadi inspirasi bagi saya selaku pendidik. Pertama, pihak industri begitu detail dalam memberikan penilaian, bahkan penilaian tersebut tidak berupa angka. Namun penilaian kualitatif tersebut yang justru mampu memacu kompetensi siswa. Inilah yang disebut feedback. Kedua, pihak industri meskipun menemukan ada siswa yang masih kurang kompetensinya, namun masih punya keinginan yang tinggi untuk tetap membimbing sambil mencari cara yang terbaik  yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut. Pola ini patut menjadi contoh untuk diterapkan di dunia persekolahan. Ketiga, pihak industri lebih menitikberatkan pada karya, bukan masalah datang ke studionya, bukan masalah datangnya jam berapa, namun bagaimana kualitas karya yang dibuatnya. Yang ketiga ini juga patut dicontoh di dunia persekolahan bahwa kinerja dan karya menjadi point penting sebagai tolok ukur penilaian siswa. Ketika siswa hadir di sekolah namun tidak melakukan proses apa-apa, hanya datang di kelas, tidur-tiduran maka seharusnya belum bisa dikatakan hadir. (Penulis: Diyarko)