Jumat, 26 April 2024
Sekolah Menengah Atas

DA MIHI VIRTUTEM/BERILAH KEPADAKU KEUTAMAAN

Vinsensius Nurdin

Perjumpaan membawa kita kepada kekayaan. Dalam perjumpaan, kita menceburkan diri dalam kolam asing yang berbeda dengan apa yang kita rasakan di tempat kita sendiri.  Meskipun manusia tetap mendengungkan lagu klasik yang sama dengan judul ´”rumput tetangga kelihatan selalu lebih hijau´. Dalam perjumpaan dengan orang-orang, kita mengalami diri kita seolah disandingkan dengan keberadaan orang lain. ada persaingan dalam persandingan yang tidak mudah kita tolak dan bahkan menjadi keharusan manusia. Perjumpaan dengan orang lain adalah kesemestian yang tidak satu pun di anatara kita berani membantahnya. Kenyataan-kenyataan ini menggarisbawahi salah satu kenyataan keberadaan manusia sebagai makhluk sosial yang adanya selalu mengandaikan ada dari orang-orang lain baik secara biologis, sosiologis mapun dalam ranah teologis.

Pada kesempatan ini, saya akan mencoba menghadirkan suatu ulasan yang beruratakar dalam keberadaan manusia pada umumnya. Dalam keberadaan sebagai manusia, kita dilingkungi oleh berbagai hal yang membuat kita menyadari keberadaan kita di tengah keberadaan orang lain dalam setiap situasi dan konteks yang ada. DA MIHI VIRTUTEM yang secara literer berarti BERIKANLAH KEPADAKU KEUTAMAAN sepintas lalu bernada puitis dalam balutan teologis. Ini adalah sepenggalan doa yang kita daraskan kepada sanga ADA  yang menopang dan membopong keberadaan seluruh ciptaan. Keutamaan merasuk hingga kepada keseluruhan paham moralitas manusia yang dibutuhkan dalam kehidupan. Keutamaan tidak terbatas kepada satu jenis kemampuan tertentu, tetapi segala sesuatu yang dapat menjadi sarana terbentuknya kehidupan yang diidamkan banyak orang. Memerlukan keutamaan dalam kebersamaan dalam keragaman menjadi penting dikampanyekan mengingat dan memertimbangan perubahan hidup manusia yang setiap detiknya selalu digilas oleh kekinian dalam kebaruan. Mengampanyekan keutamaan dalam peradaban zaman bukan hanya milik orang/institusi tertentu saja, tetapi menjadi milik setiap pribadi manusia sebagai makhluk sadar dan yang pernah dilabelkan sebagai satu-satunya  makhluk yang memiliki instrument lengkap. Perubahan hidup ras manusia dalam jagat raya ini menuai decak kagum bahkan sulit diprediksi. Pengaktifan sarana kemanusiaan, jiwa-raga,otak-hati, telah membentuk satu sisi yang memicu kemajuan hingga saat . Acungan jempol dan penghargaan yang setingi-tingginya mutlak diberikan kepada manusia sendiri atas pencapaian sejauh ini. Berkat kemampuannya, manusia telah mengubah belantara kosmos menjadi bentara kosmik yang mengasyikkan.

Apa yang harus berlaku di tengah keberagaman penemuan demi kemajuan manusia zaman ini? Ada banyak ulasan yang menawarkan berbagai hal demi tetap terjaga dari katakana saja lagu peninah bobo zaman yang membuat kita tertidur pulas dalam buaian kesemarakan zaman. Dalam setiap segi dari ulasan yang ada, ada satu benang merah yang dapat dijadikan acuan yakni jangan terlena dan terbuai. Nasehat dalam tulisan di pintu masuk kuil kuno di Yunani yang telah lama terukir mungkin juga menjadi salah satu rangkuman dari banyaknya usaha untuk membangunkan kita dari tidur panjang kemendesakan zaman melalui kata-kata kenalilah dirimu dan jangan berlebihan.

BERILAH KEPADAKU KEUTAMAAN adalah salah satu permintaan mendesak yang harus segera terpenuhi di zaman ini, karena kemelut zaman turut berperan dalam caranya manusia menghidupi hidup di tengah persaingan yang tidak memiliki jedah dan tidak menolerir kelambanan kita. Keutamaan yang berusaha kita bedah dalam ulasan ini mencakup beberapa segi yang saya pikir dapat mewakili beberapa cara pandang berbeda. Kesepakatan pada awal ulasan ini adalah meniti dari sisi biologis, sosiologis dan teologis. Ini tidak terutama demi sistematika tertentu, tetapi demi keterjangkauan paham yang bagi saya dapat mewakili keseluruhan proses dari setiap keberadaan manusia. Sumbu dalam tiga jenis ini sekurang-kurangnya dapat mengompori wadah kemanusiaan dalam keseluruhan dimensinya.

  1. KEUTAMAAN BIOLOGIS

Sesuatu yang berhubungan dengan sisi biologis pasti langsung dikaitkan dengan kehidupan fisik manusia. Keutamaan biologis yang menjadi sorotan di kesempatan ini adalah cara pandang kita yang berbeda dalam melihat tubuh manusia. Manusia yang bertubuh dengan susunan yang sedemikian rupa telah menempatkan cara kita melihat dan mengalami kebertubuhan manusia. Ada standar berbeda yang manusia miliki dalam menilai tubuh manusia, entah karena corak warnanya maupun filosofi tertentu yang dipreteli budaya berbeda dari setiap manusia. Keberbedaan ini turut memengaruhi cara kita melihat dan mengalami tubuh manusia sebagai sesuatu yang tampak. Keutamaan biologis biasanya memiliki bias pada nasehat para sesepuh moral seperti jagalah kesehatan tubuhmu karena dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.   Saya pernah menulis dan mengulas tentang dua pengandaian ini dalam mens sana in corpore sano vs Corpus sanum in mentem sanam=jiwa/pikiran yang sehat dalam tubuh yang sehat vs tubuh yang sehat dalam jiwa yang sehat. Pentingnya refleksi tentang tubuh sehingga meyakinkan kita bahwa tubuh yang kita miliki menjadi satu keutamaan manakala melaluinya saya dan anda dapat mengisi ruang jagat raya ini demi memperkaya kebersamaan. Melalui tubuh ini, kita dapat menjangkau orang lain dalam keberlainan bentuk fisik. Keutamaan biologis yang salah satunya menjadikan tubuh ini instrument dalam kebersamaan dan menjangkau keberlainan adalah hembusan awal dari cara kita memperlakukan bentuk jamani kita. Negasi mutlak untuk hal ini usaha dan tindakan yang telah menjadikan tubuh sebagai sarana bisnis dalam bentuk perendahan martabat manusia melalui beberapa intrik yang ujungnya demi uang. Penjualbelian tubuh manusia semarak dilakukan manusia semenjak manusia tersumbat nalar kritisnya dan menukarkan kemolekan tubuhnya dengan kenikmatan yang ditukarkan dengan segenggam uang. Hal ini juga menjadi keresahan mondial yang kita sendiri tidak sanggup membendung kuatnya arus zaman dalam memperlihatkan kenikmatan sesaat sebagai mode. Pertukaran yang mengagumkan antara tubuh dan uang telah lama menjadi tamu penting dalam ruang privasi kita saat ini. Keberlakuannya malah diperkuat dengan disahkannya beberapa ruang public untuk dijadikan sarana demi pertukaran maksiat itu terjadi. Ada apa dengan cara pandang kita tentang tubuh? Sudah habiskah sumber lainnya demi hidup sehingga tubuh dijadikan sumber baru demi sesuap nasi? Sejak awal mula, kesadaran tentang manusia yang bertubuh telah menggarisbawahi fungsi pentingnya seperti melalui tubuh kita dapat melakukan proses pro kreasi demi tetap bertahanya ras mansuia di planet ini. Melalui tubuh inilah keberlanjutan ras mansuia tetap bertahan hingga saat ini. Keutamaan biologis dengan memertimbangkan proses pro kreasi ras manusia dialami dan dirasakan sebagai salah satu alat mulia demi perkembangan keturunan manusia. Dalam pertemuan tubuh dengan tubuh melalui  proses pro kreasi. Kesulitan yang semua kita rasakan harus diakui bahwasannya terkadang pertemuan dalam pertukaran yang mengagumkan antara tubuh mansuia menyisahkan kenikmatan manusiawi di satu sisi dan tuntutan idealisme keutamaan dalam prose situ. Seberapa besar di antara kita yang berani mengakui keberlakuan keduanya tanpa alpa. Keutamaan tubuh memberi kita keyakinan bahwa melaluinya ras manusia tetap bertahan hingga kini dengan tanpa mengabaikan nuansa mulia di dalamnya. Memikirkan dan mengalami kemuliaan melalui pertemuan tubuh manusia adalah salah satu keutamaan yang menempatkan tubuh manusia sebagai sarana demi keberlanjutan kehidupan manusia. Melalui tubuhnya, manusia dapat melakukan segala hal dalam hidupnya. Dalam segala hal yang dilakukannya inilah terdapat beberapa hal yang memulikan tubuh dan menghambakan tubuh.

Keutamaan biologis juga kembali memelintir konsep umum terutama dalam proses menjadi manusia fisik. Dalam waktu dan ruang, tubuh manusia mengolah keadaan biologisnya sedemikian rupa sehingga dapat memberi cirri tersendiri di antara makhluk biologis lainnya. Proses biologis yang ada pada manusia menunjuk juga kepada beberapa konsekuensi dari keberadaannya seperti terbatasnya tubuh untuk menjangkau beberapa hal yang sesuai dengan idaman seseorang. Hal ini nampak jelas dalam ketidakmampuan tubuh berada serentak di tempat yang sama pada waktu yang sama. Sekian banyaknya keterbatasan tubuh manusia juga menunjuk kepada keadaannya yang terberi dalam suatu perhimpunan sosial manusia. Ia dalam keadaan biologisnya terberi dalam realitas sosial. Fenomena paham keterberian tubuh harus selalu dipahami sehingga tidak mudah jatuh kepada cara pandang yang melampaui adanya.

Tentu kita semua mengalami adanya interupsi dari cara pandang positif terhadap keutamaan tubuh manusia. Sekian lama interupsi negatif terhadap keutamaan tubuh manusia dialami dalam cara memerlakukan tubuh sebagai hamba sahaya dari kebejatan pola pikir dan pola laku manusia sendiri. Komersialisasi tubuh manusia menjadi salah satu bisnis laris manis dalam dunia kita. Mempekerjakan tubuh demi terpenuhinya nafsu animalitas yang berbarengan dengan penumpukan rupiah. Realitas perhambaan terhadap tubuh tidak hanya berhenti pada prose situ, tetapi juga terus berlanjut kepada indoktrinasi beberapa pihak yang memajang kemolekan/kekekaran tubuh demi komuditi panca indra dalam kotak pemenuhan hasrat seksual.

Kita bersyukur bahwa struktur tubuh manusia tertentu akan dapat mengangkat sensasi panca indra kita hingga ke tingkat halusinatif sedemikian rupa sehingga membuat kita merasa terpanah dan terpukau. Keutamaan biologis dalam bentuk penampakan fisik inipun telah diakui dan dialami sebagai proses sehingga terjadi interaksi intra personal. Ketika berhenti hanya samapai di sana, kita akan terperangkap dalam keterdesakan komunitas tertentu yang memuliakan tubuh hingga samapai pada penaklukannya di bawah pemenuhan hasrat tertentu. Keutamaannya ada dalam paham yang relasional antara situasi mansuiawi dengan kebutuhan mendasar demi tetap hidup,bertahan dan atau melanjutkan keturunan. Ada banyak perbenturan yang tentunya berhadapan dengan situasi ini. Di satu sisi ada komunitas manusia dengan latar belakang budayanya sangat memuliakan tubuh manusia sehingga keglmouran tubuh yang dipertontonkan dianggap suatu penghinaan dan harus dikutuk. Di sisi lainnya, ada komunitas manusia yang menjadikan tubuhnya sebagai sarana untuk kesenian. Setiap anggapan dan cara memperlakukan tubuh mau tidak mau tergantung kepada latar belakang budaya komunitas manusia. Kita tidak dapat menjadi hakim di tengah keberbedaan yang ada. Yang harus kita perketat dalam keutamaan tubuh manusia adalah memandang dan memperlakukannya sekian sehingga dapat menjadikan kemanusiaan pada umumnya sadar akan fungsi/peran tubuh manusia dalam keutamaan biologisnya. Karena apa saja yang ada pada manusia dilakukan melalui tubuhnya.

2.KEUTAMAAN SOSIOLOGIS

Salah satu keutamaan penting lainnya yang mesti diperhatikan adalah kondisi sosialitas manusia. Semua bentuk keyakinan lainnya boleh diperdebatkan, tetapi salah satu hal yang tidak untuk diperdebatkan adalah kenyataan adanya manusia sebagai makhluk sosial. Ketidakterbantahannya kenyataan ini menjadi salah satu alasan mengapa keutamaan dalam kehidupan sosial mesti terus disiarkan. Sekian ulasan ilmiah tentang hal ini menunjukkan bahwa keberadaan nilai sosial adalah suatu kenyataan yang adanya bersama dengan adanya manusia. Kita teringat akan parafrase karismatis dalam tuturan Jhon Donne no man is an island. Inti pati dari paradigma ini menunjuk kepada kenyataan akan manusia yang tidak pernah dapat dipikirkan kecuali dalam situasi ke-sosialan-nya. Keutamaan dalam kehidupan sosial  disistematisir dalam konsep akademis dan terlahir dalam bentuk hukum dan peraturan komunitas manusia. Dari proses biologis yang manusia alami, manusia sudah sejak awal terbentuk karena hukum sosial ini. Ada dan hadirnya seseorang di atas planet ini karena terhubungkan secara mutlak dalam persentuhan dengan lingkungan sosial. Kata sosial sebagaimana selalu ditekankan oleh ilmu-ilmu sosial berhubungan langsung dnegan kata socius dalam bahasa Latin yang berarti kawan/sahabat. Bukan sekedar makna kandungan kata sosial yang berarti sahabat/kawan, tetapi suatau kenyataan alamiah yang menjadikan manusia sebagai manusia sebagaimana adanya. Pembentukan seorang manusia dalam rahim seorang wanita semenjak awal dalam struktur biologis telah membuktikan keterhubungan manusia. Demikian pula dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya juga menunjuk kepada ketergantungan mutlak pada kenyataan sosial manusia. Dengan menunjuk kepada kenyataan mutlak ini, maka perlulah kita memerkuatnya dalam pemahaman sehingga semakin menyadari makna dan relevansinya dalam kehidupan setiap hari. Saya dan anda tidak pernah menafikan kenyataan ini.

Sebagai suatu komunitas, manusia telah beranakpinak dalam kehidupan sosial. Demi menajamkan kenyataan ini, beberapa hal pasti terjadi dalam pertemuan antara pribadi dalam kehidupan sosial. Mutlaknya pertemuan anatara pribadi, maka suatu keniscayaan dalam bentuk kebajikan hidup perlu diatur sedemikian rupa sehingga tidak menjadi perbenturan yang mengerdilkan kemanusiaan. Kebajikan dalam kehidupan sosial nampak benar dalam beberapa kesepakatan kelompok komunitas manusia dalam menjalankan kehidupan. Peraturan sederhana tentu perlu ada dalam menuntun pribadi-pribadi sehingga tidak saling meniadakan satu dengan yang lainnya. Semua kita mengakui bahwa kesepakatan/consensus dalam kehidupan bersama mesti dijalankan sehingga menciptakan keharmonisan anata satu dengan lainnya. Kebajikan kehidupan sosial sangat penting dilaksanakan mengingat pertemuan antara individu dalam keberbedaan atau keunukan. Kebajikan sosial tidak dalam pengertian peleburan, tetapi tetap menjaga keunikan masing-masing pribadi sembari tetap menyadari komponen yang mesti tetap hidup dalam kebersamaan. Kebajikan sosial terlahir dari kesadaran akan harkat dan martabat yang sama sebagai manusia. Saya teringat akan karya dari salah seorang dosen saya dulu di Fakultas Filsafat Unika Widya Mandira Kupang Bapak Dr.phl. Norbertus Jegalus dalam bukunya, Membangun Kerukunan Beragama dari Ko-Eksistensi sampai Pro-Eksistensi. Dalam ulasannya, beliau menandaskan akan kenyataan hidup yang tidak pernah cukup untuk hidup berdampingan saja (ko-eksistensi), tetapi jauh melampaui itu yakni memberi dan membagun sesuatu yang menghidupkan dalam kehidupan bersaama (pro-eksistensi). Kebajikan sosial dalam kehidupan bersama mesti tetap berlandaskan pada usaha yang terus menerus demi membangun dan mengembangkan nilai-nilai kemanusian sehingga tidak saling meniadakan satu dengan yang lainnya. Persaingan dan perbenturan pasti ada dalam paguyuban manusia sebagai akibat dari pertemuan antara manusia dengan keunikannya masing-masing, tetapi hal itu tidak menjadi alasan mendasar bersikap pesimis. Justeru dalam perbenturan karena persaingan itulah, kita terus dipacu dalam pemberdayaan diri.

3. KEUTAMAAN TEOLOGIS

Di antara sekian kenyataan yang melingkupi manusia sebagai salah satu penghuni planet ini, satu kenyataan yang akhirnya untuk beberapa kalangan berpendapat bahwa yang jenis ini adalah sesuatu yang khas manusia. Kenyataan itu adalah bahwa manusia itu beragama. Beragama dalam pengertian ini mengacu kepada konsep umum yakni manusia meyakini suatu kekuatan yang melampaui dirinya dan dalam identifikasi agama-agama bernama Tuhan. Sosok yang melampaui ini diyakini menjadi asal segala seuatu. Agama-agama manusia pada umumnya meyakini bahwa figur Sang Penyelenggara yang bernama Tuhan itu adalah misteri yang menopang keseluruhan ciptaan.

Dalam ruang pemahaman inilah, kita hendak menggarisbawahi beberapa kebajikan yang ditelurkan dan ditetas dari kenyataan manusia sebagai makhluk beragama. Dalam agama-agama, semua yang ada adalah ciptaan dari Sang Pencipta. Akibat lanjutan dari konsep ini beruratakar dalam caranya manusia berpola pikir dan berpola laku. Kebajikan teologis yang diuraikan di sini tidak terutama melihat beberapa pengajaran agama tertentu, tetapi terutama pada fenomena umum yang pada akhirnya menjadikan pribadi manusia sebagai bantalan dan bentara Sang Maha ADA. Sebagai bantalan dan bentara, manusia memerlakukan diri dan sesamanya sebagaimana adanya. Dalam pemikiran metafisik dikatakan bahwa adanya kita adalah mengambil bagian dari Sang ADA. Adanya kita diadakan oleh Sang ADA dan akan menjadi tidak ada kerena kita bukanlah ADA mutlak. Paham menyeluruh dari kenyataan ini mengejawantah dalam kehidupan manusia setiap hari. Dosen saya di FFA UNIKA Kupang dulu Bpk. Herman Yosef Utang sering mengatakan ini: jangan bertindak seolah-olah. Seolah-olah kita pencipta. Seolah-olah kita adalah segalanya dan menundukkan yang lain. seolah-olah karena kelebihan kita, kita melaknat yang lainnya. Bertindak seolah-olah karena harta benda kita, kita mendurhakai lainnya. Deretan ini bisa terus berlanjut yang merujuk kepada betapa terkutuknya kita keteika kita bertindak tidak sesuai dengan adanya kita. Kebajikan teologis agama-agama sangat menjunjung tinggi kehidupan dan mengutuk kemerosotan moral manusia.

Keutamaan teologis juga berada dalam ruang dimana penyembahan harus seusai dengan perbuatan. Beribadat berkorelasi dengan ikrar kehidupan. Penyembahan kepada Sang ADA berkorespondensi dengan cara memperlakukan sesama ciptaannya sebagaimana adanya. Gambaran sang pencipta yang terpatri dalam pribadi ke pribadi menjadi moment untuk menghadirnyatakan Sang ADA dalam kehidupan. Keutamaan teologis dalam penyelenggaraan kehidupan menjadi terselenggara tatkala seluruh ciptaan menyadari keberadaannya. Berbagai bentuk ritus agama-agama adalah salah satu cara mensyukuri nikmat kehidupan, sedangkan pola laku dalam tidakan setiap hari dapat disebut keberlanjutan dari cara kita menyembah Sang ADA. Pada dasarnya keutamaan teologis menuntut kita untuk menjadikan seluruh ciptaan bertindak sesuai dengan adanya yang secara mutlak mengambil bagian dalam ADA-nya Sang Pencipta.