Jumat, 19 April 2024
Perguruan Tinggi

PENGEMBANGAN JURUSAN EKONOMI SYARIAH : REVIEW SILABUS MATA KULIAH BERSAMA PRAKTISI

PENGEMBANGAN JURUSAN EKONOMI SYARIAH : REVIEW SILABUS MATA KULIAH BERSAMA PRAKTISI

(UINSGD.AC.ID)-Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Gunung Djati Bandung menyelenggarakan Focus Group Discussion Pengembangan Jurusan yang dilaksanakan di Ruang Rapat FEBI, Rabu (17/5/2023).

FGD ini mengusung tema “Review Mata Kuliah Pada Jurusan Ekonomi Syariah” dengan menghadirkan dua pembicara yakni Aman Suparman selaku Direktur Utama PT. SOKA Cipta Niaga sekaligus Ketua Asosiasi Produsen Produk Halal Indonesia (APPHI) dan Dzulfikar Malik selaku Praktisi Marketing Digital.

Acara dibuka dengan opening speech dari Ketua Jurusan Ekonomi Syariah Dr. Muhammad Hasanuddin. “Mata kuliah Industri dan Pariwisata Halal juga Ekonomi Digital yang kita review kali ini merupakan mata kuliah yang menjadi distingsi Prodi Ekonomi Syariah. Mata kuliah ini bersifat dinamis dan dirancang untuk memiliki kepekaan terhadap berbagai peluang dan tantangan terkait masa kini baik di level nasional maupun global,” ujar Hasan.

FGD review mata kuliah ini terdiri dari dua sesi yakni pemaparan dari pembicara dan diskusi.

Aman dalam pemaparannya menyampaikan bahwa kebanyakan bisnis berbasis nominal, bukan value, hal ini yang kemudian memunculkan bisnis yang high profit namun low fundamental.

“Akademisi harus mengetahui, memahami dan merespon kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Diperlukan pusat studi agar banyak yang bisa diakomodir, tidak hanya penyelia tapi juga kajian. Kita perlu menyadari bahwa bukan hanya muslim yang bergerak di industri halal tapi juga non muslim, mereka melihat peluang bisnis di industri ini,” jelas Aman.

Ia menekankan bahwa multiplier effect yang akan dihasilkan dari sebuah silabus mata kuliah membutuhkan ekosistem untuk berkolaborasi antara akademisi dan praktisi.

Dzulfikar juga menyampaikan bahwa berbagai level dan jenis usaha sekarang sudah didominasi basis digital termasuk di dalamnya industri halal. “Perbedaannya mungkin secara istilah, teknis dan mekanisme yang kemudian menjadi gap. Gap inilah yang harus diisi melalui silabus mata kuliah. Karena bagaimanapun ada kaidah dan aturan yang tetap harus dipertimbangkan agar setiap proses yang dijalankan dalam dunia usaha sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan bisa diterima masyarakat, tidak serta merta hanya mengejar output nominal saja,” jelas Dzulfikar.

Dalam sesi diskusi antara narasumber dengan dosen pengampu mata kuliah, para dosen memaparkan pandangan dan pertanyaannya terkait review silabus mata kuliah dan kebutuhan kompetensi yang perlu disisipkan untuk mempersiapkan mahasiswa menuju dunia usaha dan dunia industri.

“Penajaman, pendalaman yang up to date dan adaptif terhadap perkembangan industri dengan mempertimbangkan dinamika yang ada sangat dibutuhkan untuk mengisi kebutuhan industri agar nantinya proses yang dilalui akan membentuk mental sehingga bukan menghasilkan output tapi outcome. Berkaca pada cashflow quadran Robert Kiyosaki, jangan mendikotomi praktisi dan akademisi, lebih baik membentuk mindset mahasiswa. Selebihnya menjadi tugas kampus untuk mengkaji kebijakan dan keberpihakan,” ujar Aman.

Di sisi lain, Dzulfikar juga menekankan bahwa mata kuliah yang ada sudah seharusnya menghasilkan output yang jelas. “Pastikan komposisi materi agar mahasiswa punya bekal pengetahuan yang menjadi standar dalam dunia industri. Banyak kanal materi berbasis soft skill yang dapat diakses secara umum dan tidak harus berbayar. Prodi juga sebaiknya mendorong mahasiswa agar mau mencari informasi yang sesuai dengan kebutuhan skillnya. Jika dibutuhkan sertifikasi, ada Meta dan Google skill soft. Kampus bisa mendorong mahasiswa untuk belajar melalui kanal tersebut,” tutup Dzulfikar.(NRA)