Jumat, 29 Maret 2024
Perguruan Tinggi

Perkuat Kapasitas Pengelolaan Mangrove, Untirta Bawa Masyarakat Belajar Langsung ke KMPHP Mangrove Sari Brebes

Perkuat Kapasitas Pengelolaan Mangrove, Untirta Bawa Masyarakat Belajar Langsung ke KMPHP Mangrove Sari Brebes

Dalam rangka meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian mangrove, Program Studi Ilmu Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) menyelenggarakan Studi Belajar yang berlangsung pada tanggal 8-11 Mei 2023 di Kelompok Masyarakat Pelestari Hutan Pesisir (KMPHP) Mangrove Sari Brebes, Jawa Tengah. Kegiatan tersebut merupakan kerja sama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) dan PT Asahimas Chemical (PT ASC Group).

Turut serta dalam studi belajar tersebut adalah perwakilan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten, Dinas Perikanan Kabupaten Pandeglang, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pandeglang, Akademisi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten, para Kepala Desa (Margasana, Panimbangjaya, Mekarsari, Cigorondong, Tamanjaya, Ujung Jaya), Kelompok Masyarakat Peduli Mangrove di Kecamatan Panimbang (KOMPAKSI), dan Kecamatan Sumur (KOMPILASI) serta Kelompok Sadar Wisata Desa Tanjungjaya.
Belajar dari KMPHP yang sudah melakukan aktivitas pengelolaan dan pemanfaatan mangrove selama lebih dari 20 tahun, para peserta mendapatkan pengalaman berharga bahwa ekosistem mangrove harus dijaga, dilestarikan dan dimanfaatkan dengan tetap mengedepankan aspek keberlanjutan. Keinginan untuk mengelola dan melestarikan mangrove harus datang dari dalam diri setiap orang sehingga kelompok yang dibangun atas dasar kesamaan pemahaman akan bertahan dan berkembang di kemudian hari.

Berbagai aktivitas ekonomi produktif dapat dikembangkan dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan mangrove, antara lain budidaya dan pembesaran kepiting, batik mangrove, garam rebus hingga budidaya udang vaname dengan sistem bioflok. Aktivitas tersebut tidak hanya mampu memberikan nilai tambah ekonomi namun juga menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Variasi produk turunan dapat dikembangkan melalui kerja sama dengan berbagai stakeholder terkait.

Ekosistem mangrove yang terjaga dapat dikelola menjadi objek ekowisata yang menjanjikan. Berkembangnya aktivitas wisata akan memberikan dampak bola salju bagi berbagai usaha jasa lainnya. Namun demikian keuletan dan kesabaran menjadi kunci dalam upaya menjaga dan melestarikan ekosistem mangrove. Bahkan pada saat sebelum pandemi Covid-19, keberadaan “Dewi Mangrove Sari” sebagai desa wisata mangrove mampu menarik perhatian berbagai wisatawan baik dalam maupun luar negeri dengan nilai perputaran uang mencapai 3-5 milyar setahun.

Kawasan pesisir Banten, khususnya Selat Sunda memiliki bentang alam yang indah. Potensi ekowisata mangrove menjadi salah satu alternatif kegiatan yang dapat dikembangkan di masa mendatang. Atensi masyarakat dan stakeholder yang terus meningkat terhadap keberadaan mangrove di pesisir Selat Sunda, terutama pasca tsunami Selat Sunda harus dijaga dan ditingkatkan. Karenanya, diperlukan suatu “Mangrove Learning Centre” di pesisir Selat Sunda yang akan menjadi pusat pembelajaran, pengembangan, pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem mangrove yang tidak hanya dapat berfungsi secara ekologis sebagai pelindung pantai, namun juga memberikan daya ungkit bagi pengembangan ekonomi produktif di desa pesisir Selat Sunda.(FP/HI/AAP/VDF)