Kamis, 25 April 2024
Perguruan Tinggi

Keluarga dan Perannya Bagi Anak di Masa Kini

Ilustrasi Keluarga dengan keharmonisan yang tumbuh di dalamnya (Sumber: Pundi.or.id)

Kampus ITS, Opini — Keluarga adalah tempat pulang ternyaman dan sumber kebahagian bagi seorang anak. Namun faktanya, tak sedikit anak yang merasa tidak bahagia saat berada dekat dengan keluarga. Rasa tertekan dan terbelenggu dalam kesedihanlah yang justru menyelimuti mereka. Lantas, mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Dilansir dari Health Psychology 6th edition, keluarga merupakan tempat bagi anak untuk tumbuh, berkembang, serta belajar mengenai baik buruknya dunia. Karena itu, keluarga kerap dikaitkan dengan sumber kebahagiaan pertama bagi seorang anak. 

Tidak jarang, kebahagiaan yang diinginkan oleh anak hanya sesederhana komunikasi interpersonal diantara mereka. Sesederhana rasa ingin tahu orang tua terkait kondisinya. Sebatas “Bagaimana nak hari ini?” anak dapat merasakan kasih sayang dan pedulinya orang tua terhadap mereka tanpa harus berupa tindakan yang valid. 

Namun, tidak sedikit anak yang merasa hal itu mustahil untuk dialami, karena saat ini banyak sekali anak yang merasa tidak nyaman ketika berada dengan orang tua mereka. Hal yang mempengaruhinya bisa seperti tuntutan mandiri sedari kecil karena orang tua bekerja, seringnya orang tua menasehati dengan nada tinggi, atau bahkan pola asuh yang tidak sesuai dengan zaman yang seharusnya. 

Ilustrasi seorang anak merasa sedih ketika sang ibu menasehatinya dengan balutan emosi (Sumber: mahasiswaindonesia.id)

Persoalan tersebut dikarenakan di dalam keluarga tidak ada sebuah keharmonisan. Di mana tidak keharmonisan tersebut diartikan sebagai tidak berperannya fungsi orang tua bagi anak mereka. Tidak sekadar memberi makan, minum, tempat tinggal, atau pendidikan, tetapi, orang tua juga harus memenuhi aspek emosional sang anak.

Namun sayang, tindakan seperti itu justru luput dari perhatian orang tua. Karena mereka hanya fokus untuk memberi nafkah anaknya tanpa sadar bahwa itu adalah sebuah kewajiban mereka tanpa harus melibatkannya sebagai pembanding bentuk kasih sayang.

Dengan tidak dipenuhinya kebutuhan emosional anak oleh orang tuanya, maka anak justru akan mencari-cari orang yang bisa memenuhi kekosongan itu. Beruntung jika anak mencurahkannya kepada teman atau orang baik di dekatnya. Namun, bagaimana jadinya kalau terjadi sebaliknya dan malah dapat membahayakan kehidupan mereka?

Itulah yang akhirnya menyebabkan banyak anak merasa tidak disayang oleh orang tuanya serta merasa tidak nyaman berada di rumah. Terlebih bagi anak yang kedua orang tuanya berpisah. Secara emosional, kebutuhan tersebut tidak terpenuhi sehingga premis terkait keluarga sebagai sumber kebahagiaan hanyalah omong kosong belaka.

Ilustrasi kehangatan dalam keluarga yang peran orang tua dan anak berjalan dengan baik (Sumber: @93.minho)

Padahal apabila kita berpikir jauh ke belakang, ketika orang tua memutuskan untuk memiliki seorang anak, maka mereka juga sedang menciptakan kehidupan baru. Di mana orang tua harus bertanggung jawab atas kehidupan baru tersebut. Karena kembali lagi, bahwa seorang anak tidak pernah memutuskan keinginan mereka untuk dilahirkan oleh siapa dan didewasakan oleh siapa. 

Oleh karena itu, cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan dibentuknya komunikasi dari hati ke hati sejak anak masih di usia dini. Terlebih saat usia emas anak, yaitu ketika baru dilahirkan hingga usia enam tahun. Pada saat tersebut, orang tua bisa mengajarkan anak untuk lebih terbuka, menormalisasikan anak untuk bisa berbuat salah, dan menasehatinya tanpa balutan emosi. 

Selain itu, orang tua juga harus sering memosisikan diri sebagai anak apabila anak tidak sepaham dengan orang tua. Pasalnya, arahan orang tua tidak selalu benar dan sebaliknya, perspektif anak tidak selalu salah. 

Sehingga, dengan itu anak bisa lebih berpikir jauh ke depan dan bisa membuat keputusan sesuai dengan keinginan mereka dan arahan yang didapatkan oleh orang tua mereka. Dengan begitu, secara perlahan jalinan komunikasi antara anak dan orang tua bisa tumbuh dengan baik. (*) 

 

Ditulis oleh:
Nabila Hisanah Yusri
Departemen Teknik Kelautan
Angkatan 2022
Reporter ITS Online