Rabu, 17 April 2024
Sekolah Menengah Atas

KARYA ILMIAH POPULER

Oleh: Siti Aisyah, S.Pd

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) KELAS XI IPA 1 SMA N 4 TEGAL TP. 2020/2021

Oleh: Siti Aisyah, S.Pd

ABSTRAK

Hasil pengamatan selama pembelajaran jarak jauh baik keaktifan siswa dalam belajar dan hasil belajar mulai menurun. Terlihat pada saat uji coba pra siklus sebelum dilakukan dengan pemberian tindakan berupa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) hasil belajar banyak yang tidak tuntas sesuai capaian pembelajaran. Peneliti akhirnya mencoba untuk menerapkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada kompetensi dasar strategi perjuangan bangsa Indonesia pada pergerakan nasional. Diperoleh hasil yang meningkat dari siklus pertama dan siklus kedua. Persentase ketuntasan peserta didik kelas XI IPA 1 pada siklus I dan II menggunakan model pembelajaran PBL masing-masing siklus menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pengetahuan peserta didik dan sesuai dengan indikator keberhasilan pada penelitian ini yaitu sebesar 59,82% pada siklus I dan 82,35% pada siklus II. Persentase ketuntasan belajar ketrampilan peserta didik kelas XII IPA 1 pada siklus I yaitu 73,52% sedang iklus II meningkat  menjadi  88, 23%. Kumudian untuk indikator keaktifan siswa juga mengalami peningkatan. Pada pelaksanaan siklus I peserta didik yang bersemangat untuk hadir tepat waktu hanya mencapai 69,11% dan siklus II persentase keaktifan peserta didik meningkat menjadi 95,58%. Keaktifan peserta didik dalam berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah pada siklus I 65,44%, pada siklus II meningkat menjadi 69,11%. Pada siklus I peserta didik yang mampu menyelesaikan dengan baik dan berdiskusi dengan kelompoknya 63,97%, pada siklus II meningkat menjadi 84,55%. Keaktifan peserta didik dalam bertanya. Siklus I peserta didik yang berani percaya diri untuk bertanya mencapai 70,58%, pada siklus II meningkat menjadi 77,2%. Keaktifan peserta didik dalam menjawab pertanyaan. Pada siklus I peserta didik yang berani dan percaya diri untuk menjawab pertanyaan hanya mencapai 66,17%, pada siklus II meningkat menjadi 74,26%. Keaktifan peserta didik dalam menyimpulkan materi. Pada siklus I peserta didik yang dapat menyimpulkan materi dengan lengkap hanya mencapai 61,74%, pada siklus II meningkat menjadi 69,91%.

Kata kunci: PBL, Keaktifan, Hasil Belajar, Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Masa Pergerkan Nasional

  1. PENDAHULUAN

Semenjak Indonesia dilanda pandemic covid 19, pemerintah memutuskan di dunia pendidikan untuk menerapkan metode belajar dengan system daring (dalam jaringan) atau online. Kebijakan pemerintah ini mulai efektif diberlakukan di beberapa wilayah provinsi di Indonesia sejak bulan Maret 2020. Beberapa sekolah ada yang siap dengan menggunakan pembelajaran system daring, ada juga sekolah-sekolah yang tidak siap dengan sistem pembelajaran daring, karena pembelajaran daring membutuhkan media pembelajaran seperti handphone, laptop, atau komputer.

Selama pelaksanaan pembelajaran daring, cenderung guru melakukan system pembelajaran dengan pemberian tugas secara asinkronis sehingga yang terjadi pada peserta didik kelas XI IPA 1 keaktifan mengikuti pembelajaran sejarah itu mulai menurun dan  berakibat pada hasil belajar yang rendah.  Hal ini menjadi tantangan bagi guru untuk mencari formulasi dan strategi yang lain agar keaktifan mengikuti kegiatan pembelajaran daring tetap menigkat dan hasil belajar tetap meningkat. Disini guru berusaha menerapkan model yang menarik sesuai dengan pembelajaran abad 21 yaitu dengan pemberian model pembelajaran problem based learning.

Pada kegiatan pembelajaran pra siklus yang dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2020, ditemui berbagai permasalahan antara lain masih terdapat beberapa peserta didik yang tidak mengikuti google meeting, peserta didik masih belum mau bertanya ataupun menanggapi pada peserta didik yang sedang mempresentasikan gagasannya. Sehingga terlihat diskusi satu arah. Hasil belajar juga ditemui masih ada beberapa peserta didik yang masih dibawah KKM. Minimnya bahan ajar yang disampaikan oleh guru membuat peserta didik kurang memperhatikan pelajaran. Beberapa peserta didik juga belum menunjukkan rasa keingintahuannya terhadap materi pelajaran yang dijelaskan, mereka hanya mempelajari secara terbatas pada materi yang disampaikan. Terbatasnya materi yang dijelaskan oleh guru mengakibatkan kurang aktifnya peserta didik dalam memberikan umpan balik terhadap materi sehingga pemahaman peserta didik belum maksimal.

  1. KAJIAN TEORI

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan upaya peningkatan hasil belajar dan keaktifan peserta didik. Peneliti mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar dan Keaktifan Peserta didik Pada Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Kelas XI IPA 1 SMA  Negeri 4 TEGAL.

PBL merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai orientasi pembelajarannya. Masalah-masalah yang diberikan berhubungan dengan kehidupan nyata sebagai bahan untuk belajar dan memahami konsep tertentu. Melalui masalah-masalah ini para peserta didik dapat menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dan berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukannya. Dengan demikian PBL menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik dalam upaya penyelesaian masalah serta memperoleh pengetahuan.

Hasil belajar merupakan proses belajar yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan menyangkut kognitif, afektif maupun psikomotorik (Daryanto, 2012: 27). Langkah yang dilakukan untuk mengetahui suatu hasil belajar yaitu dengan penilaian. Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik.

            Permendiknas nomor 20 tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan juga menjelaskan tentang teknik dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, yaitu:

  1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
  2. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan dan tes praktik atau tes kinerja.
  3. Teknik observasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung ataupun saat di luar kegiatan pembelajaran.
  4. Teknik penugasan baik perorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah dan atau proyek.
  5. Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan (1) substansi, adalah mempresentasikan kompetensi yang dinilai; (2) kontruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan; dan (3) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.
  6. Instrumen penelitian yang digunakan oleh satuan pendidikan adalah bentuk ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi dan bahasa serta memiliki bukti validitas empirik.
  7. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk ujian nasional memenuhi persyaratan substansi, kontruksi, bahasa dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antar sekolah, antar daerah dan antar tahun.

Terdapat beberapa jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Menurut Paul D. Derich (Oemar Hamalik, 2008: 172-173) keaktifan terdiri dari beberapa jenis, antara lain:

  1. Kegiatan-kegiatan visual

Kegiatan visual meliputi membaca, memperhatikan gambar, mengamati eksperimen dan demonstrasi, dan mengamati pekerjaan orang lain.

  1. Kegiatan-kegiatan lisan (oral)

Kegiatan lisan meliputi mengemukakan fakta dan pendapat, bertanya, memberi saran, melakukan wawancara, diskusi, dan interupsi.

  1. Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Kegiatan mendengarkan meliputi mendengarkan materi yang disajikan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok.

  1. Kegiatan-kegiatan menulis

Kegiatan menulis meliputi menulis cerita, menyusun laporan, mengerjakan latiha soal, membuat rangkuman materi, dan mengisi angket.

  1. Kegiatan-kegiatan menggambar

Kegiatan menggambar meliputi menggambar, melukis, membuat grafik, diagram peta, maupun pola.

  1. Kegiatan-kegiatan metrik

Kegiatan metrik meliputi melakukan percobaan, memilih alat-alat percobaan dan membuat model.

  1. Kegiatan-kegiatan mental

Kegiatan mental meliputi berpikir, mengingat, memecahkan masalah, melakukan analisis permasalahan, serta membuat keputusan.

  1. Kegiatan-kegiatan emosional

Kegiatan emosional meliputi menaruh minat, merasa senang, bersemangat, merasa bosan, dll. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.

  1. METODE

Penelitian ini menggunkaan penerapan PTK dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di dalam kelas. PTK dilakukan kepada sejumlah peserta didik dalam satu kelas. Rencana kegiatan ini meliputi beberapa siklus, masing-masing siklus terdiri empat tahapan seperti perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Kegiatan pembelajaran akan berlanjut ke siklus berikutnya apabila indikator yang keberhasilan belum tercapai. Pada tahapan ini, dilakukan identifikasi awal pada permasalahan yang ada di kelas dan penyusunan rencana tindakan. Tahap perencanaan berupa penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model PBL yang akan digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Penyusunan instrumen penelitian berupa materi ajar berupa jobsheet, lembar observasi, tes hasil belajar dan penetapan indikator keberhasilan ketercapaian peningkatan hasil belajar dan keaktifan peserta didik. Tahap tindakan dilaksanakan oleh guru berdasarkan isi rancangan yang telah disusun. Tahap pelaksanaan tindakan berupa penerapan model PBL selama proses pembelajaran. Tahap observasi dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pada tahapan ini, peneliti dan observer mengambil data keaktifan peserta didik selama pembelajaran. Pengambilan data dilakukan melalui pengamatan keaktifan peserta didik sesuai instrumen penelitian. Tahap refleksi merupakan kegiatan mencermati dan menganalisis secara keseluruhan tindakan yang telah dilakukan. Analisis dilakukan berdasarkan data yang telah dikumpulkan selama observasi. Tahap ini juga mengevaluasi kendala dan hambatan yang ada selama proses pembelajaran yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan pelaksanaan siklus berikutnya.

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 4 Tegal dengan subjek penelitiannya adalah peserta didik kelas XI IPA 1 yang berjuamlah 34 anak. Teknik pengumpulan datanya dengan teknik obeservasi, teknik tes, dan dokumentasi. Peneliti membuat lembar observasi keaktifan peserta didik dan lembar observasi untuk mengamati guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Peneliti membuat ksi-kisi dan soal post test untuk diberikan kepada peserta didik setelah kegiatan diskusi selesai. Tes ini adalah sebagai alat untuk mengukur hasil belajar peserta didik kelas XI IPA 1 yang sudah diberikan tindakan dengan model pembelajaran PBL di siklus 1 dan siklus 2.

  1. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan observasi awal menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah rendahnya keaktifan peserta didik XI IPS 1 selama mengikuti kegiatan pembelajaran Seejarah Indonesia, sehingga hasil belajar yang diraih oleh peserta didik menjadi kurang maksimal. Data nilai post test menunjukkan sebagian besar peserta didik belum mencapai KKM. Untuk memecahkan masalah tersebut perlu adanya variasi dalam penggunaan model pembelajaran agar bisa mendorong peserta didik untuk lebih berperan aktif di kelas. Model yang akan diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran PBL.

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2020 untuk siklus I, dan tanggal 13 November 2020 untuk siklus II. Pada proses pelaksanaan model pembelajaran ini dilakukan dua siklus dengan satu kali pertemuan setiap siklusnya. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Tegal.

Berdasarkan paparan penelitian hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap peserta didik kelas XI IPA 1 pada mata pelajaran Sejarah Indonesia, maka dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar dan keaktifan peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran PBL.

  1. Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
  2. Hasil Belajar Pengetahuan Peserta didik (Kognitif)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL pada kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 4 Tegal dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan peserta didik pada mata pelajaran Sejarah Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik melalui tes hasil belajar pra-siklus, siklus I, dan siklus II. Rincian data hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Peningkatan Hasil Belajar Pengetahuan Peserta didik

Hasil Belajar Peserta didikPra SiklusSiklus ISiklus II
Nilai Tertinggi90100      100
NIlai Terendah404040
Rata-Rata63,2370,2977,05
Jumlah peserta didik Tuntas182028
Jumlah peserta didik tidak tuntas16146
Presentase Ketuntasan (%)52,9459,8282,35

Gambar 10. Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Pengetahuan Peserta Didik

Gambar 11. Peningkatan Persentase Hasil Belajar Pengetahuan Peserta Didik

Tabel 13, Gambar 10, dan Gambar 11 menunjukkan bahwa persentase ketuntasan belajar pengetahuan peserta didik pada pra-siklus yaitu 59,92% dengan rata-rata nilai kelas 63,23 dan 18 peserta didik sudah memenuhi KKM. Siklus I persentase ketuntasan belajar peserta didik mencapai 59,82% dengan rata-rata nilai kelas sebesar 70,29 dan jumlah peserta didik yang memenuhi KKM sebanyak 20. Sedangkan untuk siklus II persentase ketuntasan belajar peserta didik meningkat menjadi 82,35% dengan rata-rata nilai kelas sebesar 77,05, jumlah peserta didik yang memenuhi KKM sebanyak 28.

Penerapan model pembelajaran PBL hasil belajar peserta didik terjadi kenaikan, dapat dilihat pada persentase ketuntasan siklus I dan siklus II. Persentase ketuntasan siklus II lebih tinggi daripada siklus I, hal tersebut dapat terjadi karena beberapa beberapa faktor. Faktor-faktor lain tersebut seperti yang dijelaskan oleh Slameto (2010: 54) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal misalnya dari faktor keluarga, faktor sekolah, meliputi metode belajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, relasi antar peserta didik, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah, dan faktor masyarakat. Jadi keberhasilan hasil belajar pengetahuan peserta didik tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi atau angka kecerdasan rendah.

Selama peserta didik mengikuti pembelajaran pada siklus I pemahaman peserta didik terhadap pelaksanaan model pembelajaran PBL dan relasi guru masih kurang sehingga hasil belajar peserta didik pada post test I belum begitu maksimal. Pada siklus I terdapat 14 peserta didik yang belum memenuhi KKM dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah sebesar 40. Sedangkan siklus II hasil belajar pengetahuan peserta didik menjadi lebih baik dimana hanya 6 peserta didik yang belum memenuhi KKM dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah masih sama yaitu sebesar 40.

Terlepas dari lebih kurang optimalnya persentase ketuntasan belajar peserta didik pada siklus I dan siklus II, apabila dibandingkan dengan nilai awal (pra-siklus) maka persentase ketuntasan pada siklus I dan II menggunakan model pembelajaran PBL masing-masing siklus menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pengetahuan peserta didik dan sesuai dengan indikator keberhasilan pada penelitian ini yaitu sebesar 59,82% pada siklus I dan 82,35% pada siklus II. Dengan demikian maka model pembelajaran PBL ini dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan peserta didik.

  • Hasil Belajar Ketrampilan Siswa (Psikomotorik)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL pada kelas XI IPA 1 dapat meningkatkan hasil belajar ketrampilan peserta didik pada mata pelajaran Sejarah Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik melalui praktikum yang dilaksanakan penilaian setiap pertemuan pada siklus I dan siklus II. Rincian data hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Peningkatan Hasil Belajar Ketrampilan Peserta didik

Hasil Belajar Peserta didikSiklus ISiklus II
Nilai Tertinggi87,593,75
NIlai Terendah62,562,5
Rata-Rata74,8180,14
Jumlah peserta didik Tuntas2530
Jumlah peserta didik tidak tuntas94
Presentase Ketuntasan (%)73,52%88,23

Gambar 12. Peningkatan Rata-rata Hasil Ketrampilan Peserta Didik

Gambar 13. Peningkatan Persentase Hasil Ketrampilan Peserta Didik

Berdasarkan Tabel 14 Gambar  12,  dan Gambar  13 dapat diketahui  bahwa persentase ketuntasan belajar ketrampilan peserta didik pada siklus I yaitu 73,52% dengan rata-rata nilai kelas 74,81 dan jumlah peserta didik yang memenuhi KKM sebanyak 25. Siklus II persentase  ketuntasan  belajar  peserta didik  meningkat  menjadi  88, 23% dengan rata-rata nilai kelas 80,14, jumlah peserta didik yang memenuhi KKM sebanyak 30. Peningkatan yang terjadi dari siklus I dan siklus II adalah sebesar 14,71%.

Penerapan model pembelajaran PBL hasil belajar ketrampilan peserta didik terjadi kenaikan, dapat dilihat pada persentase ketuntasan siklus I dan siklus II. Persentase ketuntasan siklus II lebih tinggi daripada siklus I. Selama  peserta didik mengikuti pembelajaran pada siklus I pemahaman peserta didik terhadap pelaksanaan model pembelajaran PBL dan relasi guru masih kurang sehingga hasil belajar peserta didik pada belum begitu maksimal. Pada siklus I pemahaman pada membaca di beberapa literasi masih kurang kurang maksimal, pengumpulan laporan tertulis hanya satu dan dua saja yang mencantumkan sebagai sumber.  Pada siklus I terdapat 9 peserta didik yang belum memenuhi KKM dengan nilai tertinggi 87,5 dan nilai terendah sebesar 62,5. Sedangkan siklus II hasil ketrampilan peserta didik menjadi lebih baik dimana hanya 4 peserta didik yang belum memenuhi KKM dengan nilai tertinggi 93,75 dan nilai terendah sebesar 62,5. Dengan demikian maka model pembelajaran PBL ini dapat meningkatkan hasil ketrampilan peserta didik. Pada siklus II ini peserta didik lebih bisa memahami betul dengan prosedur model pembelajaran PBL.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di atas menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatan hasil belajar peserta didik baik pengetahuan maupun ketrampilan. Hal ini didukung oleh pendapat Wina Sanjaya (2010: 214), yaitu PBL merupakan suatu rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan peserta didik pada proses atau tahapan penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Sedikit demi sedikit peserta didik akan berkembang secara utuh, baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar peserta didik setiap siklusnya. Peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran PBL pada penelitian ini juga didukung oleh penelitian-penelitian yang relevan yang dilaksanakan sebelumnya yaitu dalam skripsi Dimas Nur Rosit S.S (2014) yang menyatakan bahwa penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

  • Peningkatan Keaktifan Peserta didik Melalui Model Pembelajaran Problem  Based Learning (PBL)

     Pada aspek keaktifan peserta didik, kriteria penilaian observasi diukur melalui tujuh indikator yaitu: (1) Keaktifan peserta didik bersemangat untuk hadir tepat waktu (2) Keaktifan peserta didik dalam berdiskusi dalam kelompok (3) Keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah (4) Keaktifan peserta didik dalam mempresentasikan hasil karya atau gagasannya (5) Keaktifan peserta didik dalam bertanya (6) Keaktifan peserta didik dalam menjawab pertanyaan (7) Keaktifan peserta didik dalam menyimpulkan materi.  Berdasarkan  hasil  pengamatan  keaktifan belajar,  siklus  I menunjukkan rata-rata persentase keaktifan peserta didik sebesar 67.12% yang menunjukkan belum tercapainya kriteria keberhasilan tindakan. Proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II yang berjalan lebih baik, hal ini merupakan upaya agar terdapat perbaikan dari hasil refleksi pada siklus I. Peningkatan rata-rata keaktifan belajar peserta didik yang diperoleh pada siklus II sebesar 77,31%. Peningkatan rata-rata keaktifan belajar pada siklus I dan siklus II meningkat 10,19%. Berikut ini grafik peningkatan keaktifan peserta didik pada siklus I dan siklus II.

Gambar 14. Peningkatan Keaktifan Siswa pada Siklus I dan II

Berdasarkan   Gambar  14,   diketahui   bahwa   aspek   yang   pertama yaitu Keaktifan peserta didik bersemangat untuk hadir tepat waktu. Pada pelaksanaan siklus I peserta didik yang bersemangat untuk hadir tepat waktu hanya mencapai 69,11% dari kriteria yang telah ditentukan. Siklus II persentase keaktifan peserta didik meningkat menjadi 95,58%. Sehingga peningkatan dari siklus I dan siklus II  mencapai 26,47%.  

Aspek kedua yaitu Keaktifan peserta didik dalam berdiskusi dalam kelompok. Pada siklus I peserta didik yang aktif dalam berdiskusi dalam kelompoknya 65,44%, pada siklus II meningkat menjadi 69,11%. Peningkatan yang terjadi pada siklus I dan siklus II mencapai 3,67%.

Aspek ketiga yaitu Keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah. Pada siklus I peserta didik yang mampu menyelesaikan dengan baik dan berdiskusi dengan kelompoknya 63,97%, pada siklus II meningkat menjadi 84,55%. Peningkatan yang terjadi siklus I dan siklus II mencapai 20,58%.

Aspek keempat yaitu Keaktifan peserta didik dalam mempresentasikan hasil karya atau gagasannya. Pada siklus I peserta didik yang berani tampil dan percaya diri untuk mempresentasikan hasil karya kelompok hanya mencapai 72,79%, pada siklus II meningkat menjadi 73,52%. Peningkatan yang terjadi pada pertemuan pertama dan kedua Siklus I mencapai 0,73%.

Aspek kelima yaitu Keaktifan peserta didik dalam bertanya. Siklus I peserta didik yang berani percaya diri untuk bertanya mencapai 70,58%, pada siklus II meningkat menjadi 77,2%. Peningkatan yang terjadi pada siklus I dan siklus II mencapai 6,62%.

Aspek keenam yaitu Keaktifan peserta didik dalam menjawab pertanyaan. Pada siklus I peserta didik yang berani dan percaya diri untuk menjawab pertanyaan hanya mencapai 66,17%, pada siklus II meningkat menjadi 74,26%. Peningkatan yang terjadi pada siklus I dan Siklus II mencapai 8,09%.

Aspek ketujuh yaitu Keaktifan peserta didik dalam menyimpulkan materi. Pada siklus I peserta didik yang dapat menyimpulkan materi dengan lengkap hanya mencapai 61,74%, pada siklus II meningkat menjadi 69,91%. Peningkatan yang terjadi pada siklus I dan Siklus II mencapai 8,17%.

Berdasarkan grafik peningkatan keaktifan peserta didik pada siklus I dan II pada gambar, Pada siklus II rata-rata persentase keaktifan yang diperoleh oleh setiap indikator telah mencapai kriteria keberhasilan yang diharapkan. Peserta didik pada siklus II sudah mulai beradaptasi dengan model pembelajaran yang digunakan, Keaktifan peserta didik dapat dilihat dari keaktifan peserta didik untuk masuk goole meet tepat waktu. Peserta didik sudah aktif berdiskusi dan bertukar informasi dengan kelompoknya di wa group. Dalam penyelesaian tugas yang diberikan oleh guru, masing-masing peserta didik dalam kelompok antusias dalam mengerjakannya. Peserta didik sudah mempu menyelesaikan permasalahan dengan baik. Peserta didik sudah berani dan tampil percaya diri dalam mempresentasikan hasil karya kelompoknya. Peserta didik sudah berani dalam bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan.

Tahapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan keaktifan peserta didik. Dapat dilihat pada tahap penyajian, dimana dalam model PBL ini terdapat lima tahap. Tahap pertama yaitu mengorientasikan peserta didik kepada masalah berarti peserta didik memperoleh informasi dari apa yang dibaca ketika guru memberikan jobsheet, pada tahap ini peserta didik akan mengaitkan informasi yang didapatkan dengan fakta-fakta yang pernah mereka temukan. Tahap kedua mengorganisasikan peserta didik untuk belajar dan tahap ketiga membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, peserta didik akan belajar dengan cara melakukan diskusi dan saling bertukar informasi dalam kelompoknya. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mc Keachie (Warsono, 2012: 8) salah satu dimensi pembelajaran peserta didik aktif adalah partisipasi peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terutama yang membentuk interaksi antar murid. Pada tahap ini peserta didik memecahkan masalah sesuai dengan tugas yang diberikan, dengan berdiskusi setelah peserta didik membaca materi jobsheet atau mencari referensi lain yang relevan maka peserta didik dapat mengiterpretasikan, mengklarifikasi, menyimpulkan, dan dapat menjelaskan materi yang diberikan. Keempat mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya dan pameran, peserta didik dituntut untuk aktif dalam mengutarakan hasil diskusi sedangkan peserta didik lain dapat memberikan tanggapan, memberikan pertanyaan terkait hasil diskusi kelompok yang sedang presentasi. Kelima menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, pada tahap ini peserta didik akan mendapatkan umpan balik dari materi yang diajarkan.

Peningkatan keaktifan peserta didik pada terbagi dalam dua siklus membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran PBL dapat digunakan sebagai alternatif variasi model pembelajaran yang bisa digunakan, dengan tujuan agar bisa mendorong peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran. Peningkatan keaktifan peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran PBL pada penelitian ini juga didukung oleh penelitian-penelitian yang relevan yang dilaksanakan sebelumnya yaitu dalam skripsi Apriliana Dwi Krisdinawati (2013) yang menyatakan bahwa penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan peserta didik.

  1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar kognitif, ketrampilan peserta didik serta keaktifan peserta didik dengan menerapkan model PBL lebih baik daripada pembelajaran secara konvensional khususnya pada kompetensi dasar strategi perjuangan bangsa Indonesia pada masa pergerakan nasional.

  1. DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Apriliana, Dwi Krisdinawati. 2013. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Geografi Kelas XI IPS di SMA Taman peserta didik (Taman Madya) Malang. Skripsi: Universitas Negeri Malang.

Pamungkas, Damar Purba. 2015. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta didik Melalui Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL) Pada Mata Pelajaran Komputer Terapan Jaringan di SMK N 1 Ngawen. Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta.

Daryanto & Mulyoraharjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Rosit S.S, Dimas Nur. 2014. Peningkatan Hasil Belajar Melalui Problem Based Learning Pada Topik Pembelajaran Perawatan Dasar Peralatan Rumah tangga peserta didik kelas X di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta.

Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Eveline Siregar, Hartini Nara. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:Ghalia Indonesia.

Isjoni & Ismail. 2008. Model-model pembelajaran Mutakhir Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Kunandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas, sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Peserta didik. Jakarta: Gaung Persada Press.

Moh. Uzer Usman. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Parjono, dkk. –

————-(2007). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:lembaga Penerbit UNY

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo persada.

                            . (2012). Belajar dan pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu: Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Slameto.2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudarman. 2007. Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk mengembangkan dan meningkatkan Memecahkan Msalah. Jurnal Pendidikan Inovatif. Volume 2, Nomor 2. Hlm.68.

Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Mata Padi Presindo.

Suharsimi Arikunto. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara

                                . 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono & Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Trianto.2009.             Mendesain Model             Pembelajaran                       Inovatif Progesif. Jakarta:Kencana.

                                . (2010). Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

Wardhani, I G A K & Kuswaya Wihardit. (2008). Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Warsono & Hariyanto. (2012) Pembelajaran Aktif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wina Sanjaya. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prena Media.

          . 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana.

Wingkel, W. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.

Zainal Arifin. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Kuntowijoyo.2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogjakarta:BENTANG(PT Bentang Pustaka)