Sabtu, 27 April 2024
Perguruan Tinggi

Pembuatan Saluran Drainase, Salah Satu Solusi Banjir Semarang

Pembuatan Saluran Drainase, Salah Satu Solusi Banjir Semarang

Menjelang tahun baru 2023, sejumlah wilayah di Kota Semarang terendam banjir pada (31/12/2022). Wilayah tersebut meliputi Genuk, Kaligawe, Tanjung Mas, Tawang, Tlogosari, Muktiharjo Lor, Gayamsari, dan Mangkang. Oleh sebab itu, dampak banjir yang melanda membuat hampir seluruh kegiatan masyarakat jadi terhenti.

Menurut Dosen Teknik Sipil Soegijapranata Catholic University, Dr. Ir. Djoko Suwarno M.Si., bencana banjir yang melanda dikarenakan curah hujan yang tinggi dan beberapa pompa air bermasalah.

Namun, Djoko menanggapi, sebelum terjadinya curah hujan tinggi semestinya bisa dilakukan dengan upaya Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). “Sebetulnya bisa diintervensi atau dikurangi bahaya curah hujan tingginya dengan penyiraman garam ke awan. Tapi, biaya ini relatif mahal,” tuturnya.

Hal ini dilakukan dengan menggunakan garam yang disemai ke awan, garam akan mempercepat kelembaban dan membuat awan menurunkan hujan di wilayah laut, sehingga hujan akan turun jauh dari wilayah pemukiman.

Berdasarkan ilmu disiplin yang ditekuni, Djoko menekankan, bahwa kini persoalan pembangunan sudah saatnya tidak hanya sekadar baik tetapi harus tepat. Ia menambahkan, Negara Indonesia yang memiliki musim panas dan hujan semestinya ketahanan bangunan juga harus diperkirakan ketika berhadapan dengan hujan.

“Karena tadi membangun hanya baik belaka, akhirnya ketinggian elevasi tidak diperhitungkan. Bentuk (bangunan) menyerupai mangkuk ini akan sulit untuk membentuk drainase. Maka, kalau memang pengurukan atau perencanaan elevasi tidak sesuai berarti harus ada sistem pompanisasi,” lanjutnya.

Perhatikan Pembangunan Pemukiman

Sementara itu, Dosen Hukum Lingkungan Soegijapranata Catholic University, Benny Danang Setianto S.H., LL.M., Ph.D. menyatakan, bahwa Kota Semarang adalah kota yang tergolong unik.

“Karena secara kontur punya kota bawah dan atas. Artinya, dengan kontur semacam itu pasti secara alami ada aliran air yang memiliki perbedaan gravitasi, sehingga aliran air dari kota atas ke bawah, itu pada masa-masa tertentu akan bisa mengalir dengan cepat dan deras,”

Melihat dari realitas tata letak kota. Benny mengatakan, bahwa bencana banjir yang beberapa kali melanda di Semarang ini tidak bisa dihindari. Dikarenakan adanya beberapa daerah yang memang berada di permukaan laut.

Benny menyoroti, kenyataan lapangan tatkala pembangunan pemukiman juga masih menyimpang dari kebijakan yang semestinya. “Seharusnya developer rumah itu, men-develop kawasan juga. Jadi dia benar-benar memikirkan konturnya, sumber airnya, aliran airnya seperti apa, drainase nya seperti apa,”

“Maka dengan catatan, yang menjadi fokus utama itu drainase dulu daripada sekadar desain rumahnya. Lalu, siapkan juga tanggul yang seperti apa, kolam retensi nya, dan pompa yang sesuai kapasitas,” tambahnya. [Humas SCU/Dim]