Sabtu, 27 April 2024
Perguruan Tinggi

Atasi Penyakit Gagal Jantung, UB Adakan Bedah Buku dan Launching Aplikasi

Atasi Penyakit Gagal Jantung, UB Adakan Bedah Buku dan Launching Aplikasi
Prof. dr. M. Saifur Rohman, SpJP (K), Ph.D Menyerahkan Buku Kepada Perwakilan BPJS

Gagal jantung menjadi masalah utama kesehatan di dunia, dimana prevalensi gagal jantung meningkat secara eksplonensial dengan sejalannya pertambahan usia dengan 6-10% pada usia di atas 65 tahun. Tingginya angka penderita gagal jantung ini, menginspirasi Pusat Studi (PS) Kardiovaskular yang dibawahi oleh Lembaga Penelitian dan Pengadian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Brawijaya, untuk mengadakan acara Bedah buku “Gagal Jantung: Perawatan Mandiri dan Multidisiplin” dan Sosialisasi penggunaan aplikasi berbasis ponsel pintar “Atria”pada hari Jumat, 3 Maret 2023 pukul 13.00 di Graha Medika     , FKUB

Buku ini disusun oleh para ahli dibidang kesehatan khususnya perawatan jantung, yang tergabung di dalam PS Kardiovaskular UB. Buku ini berisi penjelasan mengenai dasar-dasar gagal jantung serta strategi perawatan mandiri oleh pasien maupun keluarga pasien. Buku ini juga menggambarkan strategi perawatan gagal jantung dengan detil dan komprehensif, yang mencakup tatalaksana multidisiplin untuk tenaga kesehatan dan pembagian tugas dalam tim multidisiplin yang terstruktur dan efektif, yang mempengaruhi keberhasilan perawatan pasien dengan gagal jantung. Buku ini juga menjelaskan aspek perawatan paliatif pasien dengan gagal jantung, dimana di Indonesia sendiri aspek perawatan paliatif ini masih sangat jarang. Buku ini cukup ringkas sehingga dapat dipahami oleh  semua kalangan, baik tenaga kesehatan maupun pasien.

Prof. dr. M. Saifur Rohman, SpJP (K), Ph.D Menunjukkan Aplikasi ATRIA

Selain bedah buku, Prof. dr. M. Saifur Rohman, SpJP (K), Ph.D  juga melakukan sosialiasi aplikasi “Atria”. Prof Saifur mengatakan salah satu manfaat dibuatnya aplikasi tersebut adalah untuk mengurangi rehospitalisasi dan kematian akibat gagal jantung. “Aplikasi Atria untuk early warning system. Untuk screening bagi pasien apakah harus segera ditangani atau tidak. Kebanyakan pasien gagal jantung langsung berangkat ke rumah sakit. Padahal setelah diperiksa dia hanya butuh untuk rawat jalan,”katanya.

Acara ini dihadiri oleh perwakilan organisasi lintas profesi seperti PERKI Malang, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Malang Raya, perwakilan organisasi profesi diantaranya perawat (PPNI), ahli gizi (PERSAGI), ahli farmasi/Apoteker (PAFI/IAI), psikolog  Klinis (IPK), Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) dan BPJS Kesehatan. “Luaran utama dari kegiatan ini adalah menginisiasi kolaborasi interprofesi untuk mengkonsep perawatan mandiri pasien gagal jantung” pungkasnya.