Minggu, 28 April 2024
Perguruan Tinggi

Revolusioner! Mahasiswa UNJA Sukses Mensintesis Nanopartikel Pasir Sungai Batanghari untuk Atasi Pencemaran Limbah

Revolusioner! Mahasiswa UNJA Sukses Mensintesis Nanopartikel Pasir Sungai Batanghari untuk Atasi Pencemaran Limbah

JAMBI,- Tim mahasiswa Universitas Jambi (UNJA) yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) berhasil menciptakan terobosan menakjubkan dalam dunia sains dan teknologi. Dibuktikan dengan berhasil disintesisnya Nanopartikel Fe3O4 yang bersumber dari pasir Sungai Batanghari Jambi dan mendapatkan pendanaan sebesar Rp. 9.000.000 yang telah tercantum pada SK 2383/E2/DT.01.00/2023 yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Tim ini diketuai oleh Wahyu Kodarta yang beranggotakan July Fitry Sinaga, Martali Uli Pasaribu, Reza Hotna Uli Pane, dan Achmad Farizt Ichsan, mahasiswa Program Studi (Prodi) Kimia Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNJA. Mereka didampingi oleh dosen pembimbing, Restina Bemis, S.Si., M.Si.

Tim tersebut menemukan jalur yang lebih inovatif dan berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi alam Provinsi Jambi yaitu dengan memanfaatkan pasir besi Sungai Batanghari Jambi yang menjadi bahan dasar dalam eksperimen revolusioner ini.

Dengan metode yang inovatif melibatkan penggunaan ekstrak kulit nanas tangkit sebagai bahan penutup (capping agent) dalam proses adsorpsi pewarna tekstil. keberhasilan dicapai dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa nanopartikel Fe3O4 yang dihasilkan memiliki sifat adsorpsi yang luar biasa terhadap pewarna tekstil yakni sebesar 99,43% adsorpsi.

Wahyu Kodarta menjelaskan latar belakang munculnya inovasi ini karena ada banyak sekali sungai di Indonesia yang tercemar oleh limbah tekstil, yang saat ini belum teratasi secara maksimal. Sehingga hal tersebut menjadi salah satu landasan tim untuk mencari solusi dalam menguntaskan permasalahan tersebut.

“Seperti yang kita ketahui, bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari merupakan DAS terbesar kedua di Indonesia dengan luas area kurang lebih 4,5 juta hektar. Luasnya DAS Batang Hari Ini juga berpotensi terhadap mineral pasir besi yang dihasilkan. Diketahui bahwa pasir besi jambi melalui pengujian XRF pasir-pasir jambi didapatkan kandungan Fe sebesar 74,109%. Besarnya potensi tersebut memungkinkan pasir besi ini dapat dijadikan sebagai raw material pada sintesis nanopartikel Fe3O4. Selaras dengan itu pada tahun 2022, produksi nanas di tangkit mencapai 56,4 ton pertahun, hal tersebut berbanding lurus dengan limbah kulit nanas yang dihasilkan,” ujarnya.

“Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa kulit nanas dapat dijadikan sebagai bioreduktor dalam mensintesis nanopartikel Fe3O4. Penelitian sebelumnya oleh Husniah dan Gunata (2020) menyebutkan bahwa pada kulit nanas mengandung senyawa metabolit sekunder berupa Flavonoid dan Fenolik. Setelah kami telusuri di Provinsi Jambi sendiri itu penggunaan pewarna tekstil itu sangat banyak seperti Rhodamin B dan methylene blue hal tersebut juga menjadi landasan tim untuk memecahkan permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah tekstil,” sambungnya.

Uji validasi menggunakan dari Nanopartikel Fe3O4 kami dilakukan dengan Instrumen FTIR, XRD, SEM dan VSM. Dari data tersebut diketahui bahwa hasil menunjukkan nanopartikel telah berhasil disintesis, kemudian dilakukan uji adsorpsi terhadap pewarna tekstil. Uji Adsorpsi tersebut dilakukan untuk mengetahui kemampuan dari absorben Fe3O4 dan Alhamdulillah penyerapannya mencapai 99,43%  artinya nanopartikel Fe3O4 yang kami sintesis dari pasir besi sungai Batang Hari tentu sangat berpotensi untuk menguntaskan permasalahan lingkungan.

Wahyu juga menyampaikan tantangan dan rintangannya saat proses penelitian.

“Kalau tantangan pasti ada. Salah satunya adalah proses penentuan Variasi Massa Pasir Besi yang digunakan, dimana belum ada penelitian yang spesifik menggunakan pasir besi yang menggunakan bioreduktor dari kulit nanas sehingga kami kesulitan untuk menentukan berapa massa yang tepat untuk sintesis. Karena massa yang tepat sangat menentukan keberhasilan dalam mensintesis. Apa lagi bidang kami Kimia Anorganik yang apabila salah satu step aja pasti semua akan ikut gagal,” tambahnya.

Restina Bemis selaku dosen pembimbing sangat antusias dengan pencapaian mahasiswanya.

“Ini adalah langkah besar untuk ilmu pengetahuan dan teknologi di kawasan Jambi. Kami berharap temuan ini dapat memberikan sumbangan berarti untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh limbah akibat penggunaan pewarna tekstil,” ungkapnya.

Wahyu Kodarta juga menyampaikan rasa terima kasih dan harapannya agar penelitian ini menjadi batu loncatan untuk lebih banyak inovasi di masa depan.

“Kami sangat bersyukur atas kesempatan untuk melakukan penelitian sekaligus menyumbangkan ide baru dalam dunia sains. Semoga temuan ini dapat memberikan kontribusi positif dalam konteks global. Terima kasih tim ucapkan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Untuk pendanaan riset yang kami peroleh, dan Universitas Jambi yang telah mendukung penuh kegiatan kemahasiswaan. Diharapkan terobosan ini menjadi batu loncatan untuk lebih banyak inovasi di masa depan. Serta memberikan sumbangsih berharga bagi industri dan lingkungan. Dan semoga prestasi gemilang ini dapat menginspirasi generasi mahasiswa lainnya. Untuk terus berani berinovasi dan mengangkat nama bangsa di tingkat internasional,” pungkasnya.

Dimas Anugrah Adiyadmo / Welsa / HUMAS / ist*