Kamis, 16 Mei 2024
Sekolah Menengah Pertama

GURU PROFESIONAL DI ERA DIGITAL

Dari berbagai komponen pendidikan seperti kurikulum, sarana prasarana dan Guru, maka Guru merupakan komponen pendidikan yang utama, hal itu disebabkan semua komponen tidak akan mempunyai arti apapun, jika tidak ada guru yang mengaplikasikan dan menggunakannya. Karena sedemikian pentingnya seorang guru, maka telah disepakati bahwa guru merupakan tenaga profesional yang membutuhkan berbagai persyaratan untuk menjamin profesinya itu dapat dilaksanakan dengan baik.

Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ki Hajar Deawantara bahwa manusia tidak dapat melawan kodrat alam dan kodrat Zaman, maka persyaratan profesi tersebut terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam era digital seperti yang terjadi saat ini, guru profesional kembali dipertanyatakan persyaratannya. Selain persyaratan-persyaratan yang telah dimiliki sebelumnya, ia perlu ditambah dengan persyaratan lainnya yang sesuai dengan zamannya

Ada sebuah ungkapan Ali bin Abi Thalib yang cukup fenomenal mengenai pendidikan anak yakni “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian” Dari ungkapan di atas sangat jelas bahwa tugas seorang Guru adalah menyiapkan anak-anak didik untuk masa depannya sesuai dengan zaman. Ketika ke depan Zaman sudah semakin maju, semakin modern apakah yang dapat diberikan oleh seorang Guru untuk anak kita?

Undang-undang Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, Sebagai tenaga profesional guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial  dan kompetensi professional

Alvin Toffler misalnya membagi masyarakat ke dalam masyarakat agraris (agricultural society), masyarakat industri (industrial sociey) dan masyarakat informasi (informatical society).Masyarakat agraris ditandai oleh pola hidup yang berorientasi pada masa lalu, kurang menghargai waktu, bekerja tanpa perencanaan, komunikasi secara face to face, ukuran kekayaan pada tanah dan hewan ternak, dan menggunakan teknologi sederhana yang bisa didaur ulang (re-cycle) dengan alam secara cepat. Sedangkan masyarakat industri, ditandai oleh pola hidup yang berorientasi pada masa depan, sangat menghargai waktu, bekerja dengan perencanaan, komunikasi jarak jauh, ukuran kekayaan pada penguasaan mesin industri, dan menggunakan teknologi canggih yang sulit didaur ulang. Sementara itu, masyarakat informasi, selain ditandai oleh ciri-ciri masyarakat industri juga ditandai oleh penggunaan teknologi penerima, penyimpan, pengolah dan pengirim  data yang canggih (komputer dan laptop, dan kini teknologi digital yang dapat memainkan peran melebihi kemampuan komputer dan laptop dalam berbagai aspeknya (http://abuddin.lec.uinjkt.ac.id/articles/guru-profesional-di-era-digital)

Berbagai aplikasi komunikasi telah ditawarkan oleh oleh tehnologi digitan diantaranya face books, whats App,Instagram, you tube. Selain dapat mengirim data, teknologi digital juga dapat menyimpan data hampir tanpa batas, menyediakan data melalui Google. Selain bisa mendengarkan musik, bacaan ayat-ayat al-Qur’an, do’a, tahfidz al-Qur’an, kirima pesan puisi, doa, taushiyah, dan transaksi perbankkan

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa sebagai salah satu syarat guru profesional di era digital, adalah seorang guru yang selain memiliki kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial dan professional yang standar, juga harus memiliki wawasan, ketertarikan, kepedulian, kepekaan, kesukaan, serta kemampuan dan keterampilan dalam menggunakannya, teknologi digital. Selain untuk proses pembelajaran juga untuk penyelesaian admininstrasi. Sesuai dengan ciri digital tanpa kertas(paperless) dan tanpa batas(borderless). Selain itu, guru yang dibutuhkan di era digital adalah guru yang memiliki kemahiran dalam menilai penggunaan teknologi yang edukatif dan non eduktif. Guru hendaknya terus mengevaluasi kemampuan siswa yang dibutuhkan untuk bersaing dalam ekonomi global

Pelajaran apa yang didapat dari Study From Home (SFH) untuk dijadikan modal memasuki New Normal? Apa paradigma dan praktik pendidikan era Old Normal yang harus kita tinggalkan? Krisis yang datang secara mendadak telah membawa dinamika perubahan. Tidak satu pun pemangku kepentingan siap, dipersiapkan, dan mempersiapkan diri mengatasinya sehingga SFH masih banyak kekurangan di sana-sini. Namun, jika kita berfikir positif, banyak pelajaran berharga yang diperoleh. Praktik persekolahan yang sebelumnya mendapat porsi minimalis seperti pembelajaran jarak jauh (PJJ), home schooling, dan semacamnya menjadi sangat dominan saat ini. Tidak berlebihan jika SFH telah mengembalikan pendidikan ke hakekatnya yang esensial yaitu learning. Baik guru dan orangtua mau tidak mau harus mulai belajar dan berbenah melakukan sinergi dan adaptasi demi memaksimalkan skema PJJ tersebut.

Drs. Agus Setianta Wahyudi, M.Pd.