Minggu, 19 Mei 2024
Sekolah Menengah Atas

BABAD LOMBOK, TAKEPAN MONYEH CERMIN WAJAH LOMBOK YANG WAJIB DILESTARIKAN

BABAD LOMBOK, TAKEPAN MONYEH CERMIN WAJAH LOMBOK YANG WAJIB DILESTARIKAN

Admin by Husnul Amrullah

Penanggungjawab ; Nursinah

Layout ; Hedi Hatadi

Editor ; Habiburrahman

Untuk kali pertama saya menulis, saya ingin menyinggung salah satu benda bersejarah yang ada di museum provinsi Nusa Tenggara Barat. Jujur saja benda ini sangat asing di telinga saya, baru pertama kali saya mendengarnya, ya Babad Lombok Takepan Monyeh salah satu contoh lainnya, yang  ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa Kuno (Kawi). Itulah sebabnya saya ingin menulis tentang benda bersejarah tersebut, saya berharap pembaca artikel ini bisa mengenal babad dan takepan .

Sebelum lebih lanjut, kita akan membahas apa itu babad. Menurut saya babad adalah suatu peninggalan yang ditinggalkan oleh orang terdahulu yang berisikan tentang berbagai macam peristiwa, fenomena, atau pemerintahan pada masa itu. Dan yang saya baca di internet  Babad merupakan salah satu genre sastra, kshusnya dalam sastra Jawa. Kasya-karya sastra bergenre babad biasanya mengandung campuran antara sejarah, mitos, dan kepercayan (Anonim, 2021).

Karya sastra babad memiliki beberapa fungsi secara umum, yaitu salah satu diantaranya mengandung silsilah keluarga dan mengandung kisah para leluhur sebelumnya. Selain itu fungsi babad dapat memberikan pembelajaran ,akibat permainan judi,dan memberikan pembelajaran moral terhadap masyarakat ( Jaya, I Ketut Manika, dkk, 2016) . Bisa disimpulkan bahwa fungsi babad agar kita mengetahui bagaimana kehidupan kerajaan , peraturan, kisah asmaran, dan lain-lain orang-orang terdahulu.

Kita cukupkan untuk pembahasan  babad. Selanjutnya saya akan membahas, apa itu takepan? Menururut saya takepan adalah berisi berbagai cerita, yang di tulis di atas lontar dengan bahasa yang ada pada daerah masing-masing . Pengertian lain yaitu naskah lontar atau sering disebut dengan takepan sasak adalah tulisan Hanacaraka berbahasa sanskerta yang dipertuturkan oleh masyarakat suku sasak yang mendiami pulau Lombok , Nusa Tenggara Barat (Saiful, Muhammad, dkk, 2020) .

Ada berbagai jenis dan contoh takepan, terutama yang ada di pulau Lombok. Antara lain: takepan Indarjaya, takepan babad suwung, takepan kotaragama, dan takepan monyeh.

  1. Takepan in darjaya ; aksara sasak, Bahasa sasak, isi: cerita tentang ikhwal indarjaya beribadah dan belajar ilmu agama kepada syekh salamudin.
  2. Takepan babad suwung ; aksara sasak, Bahasa jawa madya, isi : mengisahkan tentang kerajaan suwung yang para putranya disebar untuk mendirikan kerajaan- kerajaan kecil di Lombok seperti bayan, sokong, medayin, kuripan, Lombok, pejanggik, banuwa, dan lain- lain.
  3. Takepan kotaragama ; aksara sasak, Bahasa kawi, isi: menguraikan tentang peraturan perundang- undangan , pemerintahan dan kepemimpinan.
  4. Takepan monyeh ; aksara sasak, Bahasa sasak, isi: kisah romantic tokoh kitab muncar yang menjelma menjadi monyeh (kera) dengan denda winangsiya.

Adapun alat yang digunakan untuk menulis semua takepan berbeda dengan alat yang digunakan menulis di zaman sekarang, yang dimana pada zaman sekarang lebih sering menggunakan bolpoin, pensil atau alat tulis lainnya, dan media yang digunakan juga berbeda pada masa itu .Sekarang kebayakan orang-orang  menulis di atas kertas, buku, atau media lainnya. Pada zaman dahulu orang-orang yang terdahulu menulis di atas lontar, terutama takepan, dan alat tulis yang digunakan terbuat dari logam dengan ukiran  berbentuk seperti wayang guna memperindah tampilan . Pasti teman-teman bertanya mengapa tidak biasa-biasa saja bentuk alat tulisnya? Itu dikarenakan orang-orang pada zaman tersebut memiliki jiwa seni yang tinggi, mereka sangat pandai mengukir . Bisa dikatakan orang-orang pada zaman itu lebih mengutamakan seninya agar benda atau apapun yang dibuat terlihat lebih menarik dan indah, sehingga enak untuk dilihat dan nyaman pada saat digunakan . Katanya  masih banyak lagi bentuk alat tulis yang digunakan untuk menulis takepan tersebut.  Dan  pihak museum memiliki koleksi alat tulis tersebut yang berbentuk / berukiran wayang.

Tinta yang digunakan untuk menulis  juga berbeda dengan zaman sekarang , sekarang tinta yang digunakan lebih banyak terbuat dari bahan kimia yang bisa dibilang sangat berdampak terhadap lingkungan . Sedangkan pada zaman dulu tinta yang digunakan untuk menulis di atas lontar terutama (takepan monyeh) yaitu kemiri yang dibakar ( hanya arangnya saja yang di gunakan untuk menulis). Yang dimana arangnya tersebut diletakkan di wadah , semacam mangkuk kecil yang sudah di desain sebagus mungkin.

Menulis merupakan suatu kegiatan kita sehari-hari sebagai seorang pelajar , dimana menggunakan pulpen dan kertas sebagai medianya. Namun, berbeda dengan tekhnik menulis takepan monyeh bahkan hampir semua jenis takepan. Teknik yang digunakan bisa dikatan sangat unik, dan masyarakat seperti kita pada zaman ini tidak semuanya bisa melakukannya , hanya orang- orang tertentu saja . Adapun cara menulisnya, lontarnya di tarik secara perlahan, sedangkan pena/ alat tulisnya di diamkan saja. Dengan begiitu terciptalah sebuah tulisan disetiap helai lontar.  Dan tidak sembarangan orang yang bisa menulis babad atau takepan ini, karena ini bersifat pribadi. Hanya orang- orang kepercayaan raja pada masa itu yang memiliki hak untuk menulisnya. Sebelum itu, penulis tersebut diceritakan oleh raja atau peninggi yang lain. Hal yang diceritakan pun hanya bagian bagusnya saja dari kerajaan tersebut. Sebagian besar setiap takepan itu tidak ada yang membahas keburukan dari pemimpin atau pemerintahannya.

Topik yang dibahas di dalam takepan berbeda, ada yang menceritakan tentang kisah percintaan (romansa), ada yang menceritakan tentang kepemimpinn,  pemerintah , serta aturan- aturan yang ada pada suatu kerajaan tersebut. Tapi sekarang saya lebih tertarik dengan takepan monyeh yang lebih bernuansa romansa / percintaan seorang tokoh kitap muncar yang menjelma menjadi monyeh (kera) demgan denda winangsiya (Putri Medang Sie). Mengapa saya tertarik dengan kisah romansa pada takepan ini, sesuai dengan kondisi yang dimana para remaja- remaja pada zaman sekarang lebih senang membaca atau menonton sesuatu yang berbau percintaan, selain itu  isi cerita takepan monyeh ini menyembunyikan sebuah makna yang sangat bermanfaat di dalam menjalani kehidupan. Dan ada alasan tersendiri mengapa takepan ini diberikan nama takepan monyeh , karena tokohnya yang menjelma seperti monyeh (kera).

Menurut saya, orang yang menulis takepan / babad, terutama takepan monyeh sengaja di sembunyikan identitasnya. Mengapa saya mengatakan seperti itu? Karena saya pernah mencari di internet, dan sedikit membaca buku tentang takepan monyeh yang ada di perpustakan museum provinsi nusa tenggara barat dan tidak menemukan siapa penulis takepan tersebut. Alasan mengapa identitasnya di sembunyikan mungkin saja demi keamanan sang penulis dari musuh kerajaan , atau alasan yang lain yang tidak bisa kita pikirkan.

Saya akan membahas takepan monyeh  salah satu benda bersejarah yang ada di museum. Takepan monyeh menjadi koleksi museum negeri provinsi nusa tenggara barat ,sampai tahun 2018 sebanyak 38 buah. yang dimana takepan monyeh telah ditranskripsikan (dialihaksarakan) dan di terjemahkan oleh pihak museum. Menurut dalam buku pintar bidang permuseuman, Trankripsi merupakan suatu kegiatan pengalihan suatu bentuk tulisan (lokal) ke dalam tulisan latin dari suatu naskah kuno (1994/1995:42) dan transliterasi atau alih Bahasa merupakan suatu kegiatan pengalihan suatu bahasa asing /daerah ke dalam Bahasa indonesia.  Karena  takepan monyeh diterjemahkan dari aksara jejawan (sasak) ke bahasa latin, menurut saya itu membutuhkan waktu lama untuk memahami makna yang tersirat didalamnya bagi pembaca. Apalagi kalau pembaca bukan asli orang Lombok .

Takepan monyeh terbuat dari bahan daun lontar diapit dengan kayu berora , bagian tengah diikat dengan benang yaitu tali benang tenun untuk menyatukan lembaran babad/ takepan monyeh yang bisa disebut dengan lempir , pada bagian kiri dan kanan terdapat lubang difungsikan sebagai pasak. Ukuran naskah Pj:28,5 cm, Lbr:3 cm, Tbl:10 cm. ukuran teks Pj:22 cm , Lbr: 3 cm. Takepan monyeh terdiri dari beberapa bagian pembahasan, naskah pada pupu pertama sinom terdiri dari: 17 bait. Pupuh kedua maskumambang terdiri dari: 5 bait. Pupuh ketiga Asmarandana  terdiri dari: 8 bait. Pupuh keempat dangdang terdiri dari: 8 bait. Pupuh kelima pangkur terdiri dari 10 bait dan seterusnya. Sehingga jumlah bait keseluruhannya adalah 658 bait.

Saya juga akan memaparkan secara garis besar dari isi takepan monyeh. Yang dimana informasi tersebut saya dapat dari bapak Sukardi, pembayun Desa Sesaot. Beliau menuturkan bahwa takepan monyeh menceritakan tentang perjalanan cinta Raden Kitab Muncar yang jatuh cinta dengan seorang putri bernama Putri Medang Sie. Dimana putri ini mempunyai saudari 8 orang, dan ia yang paling cantik dan baik hati di antara ke-8 saudarinya , yang membuat semua saudarinya iri.  Sehingga Raden Kitab Muncar sangat tergila-gila dan berambisi untuk mendapatkan Putri Medang Sie. Namun cara Raden sangat tidak sukai oleh anggota keluarga sang putri. Singkat cerita, putri Medang Sie dibuang ke hutan, dan raden Kitab Muncar merubah dirinya menjadi monyet untuk bisa dekat dengan sang putri. Singkat cerita setelah sekian lama tinggal digubuk yang sama akhirnya mereka menikah, namun raden kembali ke wujud semula sebagai sosok manusia.

Begitulah singkat cerita yang saya dengar dari bapak Sukardi, pembayun desa Sesaot. Bagaimana cara kita yang masih muda bisa mengetahui apa isi dari setiap takepan yang ada di setiap daerah yang menggunakan Bahasa sesuai dengan daerah dimana takepan tersebut di temukan ? Atau ada salah satu dari kita ingin mendalami pengetahuan tentang takepan? Jawabannya adalah dengan cara melestarikannya dan mencintai setiap sejarah. Agar peninggalan tersebut tidak hanya sampai pada generasi kita saja dan bisa terus turun temurun sampai ke anak cucu kita nanti . Selain itu apabila kita mengetahui isi takepan-takepan yang ada, maka secara tidak langsung kita mengetahui bagaimana keadaan pada zaman nenek moyang kita.

Bagaima menurut anda? Apakah sudah bisa terlihat makna yang ada di dalam takepan monyeh tersebut? Yang diantaranya , kita tidak boleh memiliki rasa iri kepada siapapun apalagi kepada saudara/ keluarga sendiri, karena setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing- masing yang sudah diberikan oleh Tuhan kepada setiap hambanya, sudah seharusnya kita mensyukurinya. Dan tidak ada wanita atau pria yang tidak cantik dan gagah, semuanya memiliki ciri khas masing- masing. Dan  sesama anggota keluarga kita harus saling mendukung, melindungi satu sama lain. Selain itu jangan mudah putus asa, walaupun hasilnya tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kita harus berani untuk terus mencoba sampai keberhasilan yang menjadi hasil akhir. Dan yang terakhir yaitu harus teguh pendirian, yang dimana digambarkan bahwa raden tidak menyerah untuk menikahi Putri Medang Sie.

Penulis : Sanu Rismawati (Siswi SMAN 1 Narmada)

DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Babad#:~:text=Babad adalah salah satu genre,dan sumber sejarah yang berarti.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/sastra/article/download/33528/20310/#:~:text=Karya sastra babad memiliki fungsi,mengandung kisah para leluhur sebelumnya.

(http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/infotek/article/download/2300/pdf_38#:~:text=Naskah Lontar (Takepan) Sasak adalah,pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.