Minggu, 19 Mei 2024
Sekolah Menengah Atas

MENGEMBALIKAN TRADISI WAYANG SASAK SEBAGAI BUDAYA ASLI SUKU SERIBU MASJID

MENGEMBALIKAN TRADISI WAYANG SASAK SEBAGAI BUDAYA ASLI SUKU SERIBU MASJID

Admin by Husnul Amrullah

Penanggungjawab ; Nursinah

Layout ; Hedi Hatadi

Editor ; Habiburrahman

Wayang adalah salah satu karya seni yang terbuat dari kulit sapi dan berkembang pesat di pulau Jawa dan Bali. Wayang kulit yang berkembang di pulau Lombok adalah wayang Sasak. Cerita wayang kulit Sasak diambil dari cerita menak, yang bersumber dari cerita Amir Hamzah yakni paman Nabi Muhammad SAW. Di dalam cerita pewayangan ini menggambarkan kisah – kisah perjuangan orang – orang muslim melawan orang – orang kafir yang dipimpin oleh Amir Hamzah.

Berkembangnya wayang kulit di Lombok bertepatan dengan masuknya agama Islam di pulau ini, oleh karena itu wayang digunakan sebagai media dakwah atau penyebaran agama Islam, melaui seni peran, suara, musik, sastra dan juga seni pahat. Tidak hanya sebagai media dakwah, wayang juga digunakan sebagai media pemujaan atas leluhur, pendidikan moral dan juga etika, hiburan serta pemahaman filsafat. Naskah pertunjukan wayang ditulis diatas daun Lontar menggunakan bahasa Jawa dengan huruf Sasak.

Wayang Sasak diduga diprkenalkan oleh Sunan Prapen, putera dari Sunan Giri saat beliau menyebarkan agama Islam di Lombok. Mitos yang berkebang di masyarakat adalah Pangeran Sangu Urip Pati atau Sangupati, utusan Wali Songo dari tanah Jawa, yang menyebarkan agama Islam deangan menyajikan tontonan wayang tanpa meminta bayaran, hanya kesediaan penonton untuk mengucap kalimat syahadat saja (Anonim, 2019). Cara ini sangat efektif untuk menarik perhatian masyarakat agar mau menonton dan mendengarkan dakwah yang disampaikan melalui lakon dan penggambaran watak atau tokoh dalam wayang.

Setelah mengetahui apa itu wayang dan bagaimana bisa wayang dikenal oleh masyarakat serta peranannya dalam perkembangan agama Islam dipulau Lombok, tidakkah kita ingin belajar lebih dalam tentang wayang? mungkin sebagian besar orang di zaman sekarang ini, lebih tertarik menonton film – film yang diputar di layar Bioskop ataupun televisi daripada menonton pertunjukan Wayang. Mengapa? karena teknologi yang semakin berkembang dan munculnya berbagai macam hiburan serta pengaruh budaya – budaya luar yang masuk ke Indonesia membuat keberadaan Wayang semakin tersingkirkan. Oleh karena itu kita sebagai warga Negara Indonesia khususnya masyarakat suku Sasak, sudah seharusnya kita menjaga dan melestarikan warisan – warisan budaya yang dibawa oleh nenek moyang kita. Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk menjaga dan melestarikan wayang kulit sasak adalah dengan mempelajari dan mulai memainkannya.

Perlu kita ketahui bahwa dalam cerita wayang Sasak terdapat 140 tokoh, yang dibedakan menjadi wayang kiri (jahat) dan wayang kanan (baik). Tokoh wayang kanan antara lain: Jayanegara, Munigarim, Genda Sari, Raden Miaroinani, Umar Maye, Patih Selandir (Alamdaur), Aribadi Walam ,Raden Maktal, Aretanus Taktanus – Aretanus Saktanus, Raden Koswatna, Raden Yangilir, Raden Swangse, Demung Demang, Kuda sekardiu, Argol (rakyat biasa) dan amak Ingang (rakyat biasa). Jayanegara digambakan memiliki sifat – sifat keutaman dan keteladan umat manusia. Tokoh wayang kiri diantaranya: Bandar Kale, Ratu Gandar Rini, Patih Yama Geni, Prabu Nursiwan, Patih Bandar, Raden Kondiri, Patih Raden Sungkama, Patih Wayang Jekar, Patih Gagak, Jambul Perikak dan Balemati (Anonim, 2019).

Penceritaannya terbagi menjadi 7 dengan menampilkan tokoh yang berbeda – beda yaitu:

  1. Jayanegara, berkisah tentang ungkapan hati sang tokoh
  2. Umar Maye, mengisahkan penggunaan akal untuk menimbang yang baik dan yang buruk.
  3. Raden Maktal, menceritakan tentang pikiran dalam mepertimbangkan benar atau salah.
  4. Taktanus, yang merupakan simbol anggota tubuh sebagai pelaksana.
  5. Saktanus, merupakan kembaran taktanus yang tidak akan pernah mundur dalam menjalankan peritah apapun.
  6. Umar madi, mengisahkan tentang tokoh yang pemberani hanya jika kebutuhan pangannya terpenuhi.
  7. Alamdaur atau Patih Selandir, tokoh yang menggambarkan upaya melestarikan alam agar kehidupan dapat berjalan dengan seimbang. (Anonim, 2019).

Pakem pertunjukan Wayang Sasak terdiri dari 5 adegan yaitu:

  1. Pengaksama atau adegan pembuka yang berisi permintaan maaf kepada penonton apabila dalam membawakan lakon terjadi kesalahan dari sang dalang dan pengiringnya .
  2. Kabar, merupakan adegan yang mengisahkan tentang pra penciptaan semesta alam, dan hanya ada sang pencipta.
  3. Ucapan, merupakan pemaparan lakon yang dimainkan.
  4. Lelampan atau jalannya cerita.
  5. Bejanggaran atau penutup. (Anonim, 2019).

Seperti yang sudah diterangkan sebelumnya, keberadaan wayang Sasak sudah sangat jarang atau bisa dikatakan sedikit sekali peminatnya di zaman sekarang ini, maka untuk menumbuhkan kembali minat masyarakat terutama generasi – generasi muda terhadap pertunjukan wayang Sasak, saat ini sudah bayak terobosan yang dibuat oleh para dalang supaya pergelarannya tidak membosankan. Misalnya seperti penggunaan beberapa bahasa yang digabungkan menjadi satu, seperti penggabungan bahasa Sasak, Indonesia, Jawa, dan Sunda. Begitupun dengan lakonnya yang tidak lagi sebatas pakem Serat Menak saja, tetapi juga karangan atau rekaan yang bersumber dari karya Pujangga Sasak masa lalu. (Anonim, 2019).

Unsur humor dari setiap lakon dibangun melalui tokoh Punakawan bernama Amak Ocong, Amak Amet, Amak Baok, dan Inak Itet. Tokoh Punakawan atau sering disebut Rerencek oleh masyarakat Sasak merupakah tokoh yang paling dinantikan oleh penonton karena guyonan segar mereka yang membantu menyampaikan pesan dan kritik sosial. Munculnya tokoh-tokoh Punakawan diselingi dengan nyanyian serta tarian (Anonim, 2019).

Karena dalam pertunjukannya terdapat nyanyian serta tarian, maka untuk melengkapi dan memperindah bagian tersebut digunakan juga musik. Nah apakah kalian tahu alat musik apa saja yang digunakan dalam sebuah pergelaran wayang Sasak? Berdasarkan informasi yang diperoleh setelah kunjungan ke museum NTB, berikut ini jenis-jenis alat musik yang biasa digunakan dalam    wayang Sasak antara lain: dua buah gendang, gong besar, rincik, petuk, kenong, dan suling. Alat musik yang digunakan dalam pertunjukan wayang Sasak lebih sederhana dan mudah dibawa kemana – mana daripada alat musik yang sering digunakan untuk acara nyongkolan.

Banyaknya tokoh atau watak dalam pertunjukan wayang Sasak melahirkan ide

– ide baru untuk membuat pertunjukan tersebut semakin mengesankan. Menurut informasi yang di dapatkan dari museum NTB, irama musik wayang Sasak berubah – ubah sesuai dengan alur cerita dan karakter tokoh yang dimunculkan atau dimainkan oleh dalang seperti :

  • Seluntur , untuk mengeluarkan wayang pertama seperti Gunungan, Jayangrana, dan munigarim
  • Batil, untuk menandakan wayang yang berdiri, dalam keadaan sidang, rapat, dan musyawarah.
  • Balik  wadon,   untuk   mengiri  keluarnya  wayang   Wong   menak (Jayanegara)
  • Janggelan Prabu, untuk mengeluarkan para prabu atau raja-raja.
  • Janggelan wadon untuk mengiringi wayang Wadon (wanita) dalam keadaan lelah.
  • Gaparan, untuk wayang dalam keadaan lelah
  • Cirebon, untuk mengingi raksasa yang keluar.
  • Rangsang, untuk menandai perang, keadaan huru – hara, dan lain – lain.
  • Laderan Umarmaya, untuk mengiringi Umarmaya dalam pejalanan.
  • Gagar mangsa, untuk mengeluarkan wayang wadon yang keluar dengan cara menari.
  • Randon khusus, untuk mengeluarkan wayang pria dengan cara menari
  • Selingsir khusus, untuk mengeluarkan wayang pria (nabi dan raja – raja)

Wayang Sasak juga dikenal sebagai wayang perdamaian, karena para dalang yang memainkannya tidak hanya beragama Islam. Meskipun pada dasarnya cerita wayang Sasak bersumber dari serat Menak Sasak yang sudah jelas – jelas menceritakan tentang agama Islam. Tidak hanya itu, wayang Sasak juga dijadikan sebagai syarat perdamaian bagi dua daerah yang sedang mengalami konflik. Nah sekarang kalian menjadi lebih paham tentang wayang Sasak bukan. Apa itu wayang Sasak, bagaimana bisa masuk ke pulau Lombok, cerita dan tokoh – tokoh yang sering digunakan dalam pergelaran wayang Sasak, alat musik apa saja yang sering digunakan dan keunikan – keunikan yang terdapat di dalamnya, hingga kendala atau ancaman yang berpotensi dapat menyingkirkan keberadaan wayang Sasak di zaman sekarang ini. Tentu hal itu tidak boleh terjadi, untuk mencegah hal tersebut kita bisa mencontoh Suhaemi yang mendirikan sekolah pedalang wayang Sasak di Ampenan.

SDN 47 Ampenan merupakan salah satu sekolah wayang Sasak yang ada di pulau Lombok. Disekolah tersebut anak – anak tidak hanya belajar tentang pelajaran sekolah pada umumnya, tetapi meraka juga diajarkan bagaimana caranya memainkan wayang, mulai dari cara membuatnya, aturan – aturan permainannya hingga cara menyampaikannya. Untuk bisa melestarikan wayang Sasak yang saat ini kian tergerus zaman tentu tidak mudah, tetapi hal ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk belajar mengenai wayang. Kegigihan mereka inilah yang akhirnya dapat menciptakan ide – ide baru yang unik dan menarik. Salah satunya adalah pembuatan wayang Sasak dari botol – botol plastik. Selain dapat menciptakan sesuatu yang baru mereka juga berhasil mengurangi resiko pencemaran lingkungan karena mampu mengolah sampah anorganik menjadi suatu karya yang indah dan tentunya bermanfaat.

Penulis : Haliza Humayra (Siswi SMAN 1 Narmada)

DAFTAR PUSTAKA

https://encyclopedia.jakarta-tourism.go.id/post/wayang-sasak-seni-pertunjukan?lang=id

https://travel.tempo.co/read/1227468/wayang-sasak-tumbuh-di-bawah-bayang- kecurigaan

https://www.viva.co.id/amp/gaya-hidup/travel/1175357-cara-kreatif-supaya-wayang- enggak-sampai-punah?page=2&utm_medium=sebelumnya-2