Senin, 03 Juni 2024
Bimbingan Belajar

PENGERTIAN DAN DASAR AKIDAH ISLAM

PENGERTIAN DAN DASAR AKIDAH ISLAM

Pondasi awal dari akidah Islam adalah keyakinan terhadap Allah Swt. sebagai Tuhan yang wajib kita kenal melalui sifat-sifatNya.

Pengertian Akidah

Makna akidah secara bahasa berarti ikatan, atau perjanjian. Para ulama memberi pengertian aqidah dengan sesuatu yang terikat kepadanya hati dan hati nurani. Al-Qur’an menyebut kata aqidah antara lain di dalam surat Al-Maidah ayat 1.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَوْفُوْا بِالْعُقُوْدِۗ اُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيْمَةُ الْاَنْعَامِ اِلَّا مَا يُتْلٰى عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّى الصَّيْدِ وَاَنْتُمْ حُرُمٌۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيْدُ

Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji. Dihalalkan bagimu hewan ternak, kecuali yang akan disebutkan kepadamu (keharamannya) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki.

Menurut istilah, akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang oleh orang yang mempercayainya. Secara umum akidah dapat digunakan oleh ajaran Islam ataupun akidah di luar Islam, sehingga ada istilah akidah Islam, akidah Nasrani, akidah Yahudi, dan akidah-akidah yang lainnya.

Dengan begitu kita juga bisa simpulkan ada akidah yang benar atau lurus dan ada akidah yang sesat atau salah. Maka, Akidah Islam (al-akidah al-Islamiyah) bisa diartikan sebagai pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiap orang yang beragama Islam (muslim).

Baca juga: MENGENAL ASMA AL-HUSNA, AL-‘AFUWW

Ketika seseorang berakidah Islam, maka pondasi awal untuk membangun akidah/keyakinannya adalah keyakinan terhadap Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah, Maha Esa, Pencipta dan Pengatur alam semesta, serta Dzat Ghaib yang merupakan sumber dari segala hal.

Termasuk juga kewajiban menjalankan aturan-aturanNya dalam segala aspek kehidupan baik yang berhubungan dengan ibadah ataupun muamalah yang erat hubungannya dengan interaksi dengan sesama makhluk.

Oleh karena itu, misi pertama yang diemban oleh tiap rasul untuk disampaikan kepada umat manusia adalah konsep ketuhanan ini. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. An-Nahl: 36 sebagai berikut:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللّٰهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۗ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ

Sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), sembahlah Allah dan jauhilah tagut. Di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang ditetapkan dalam kesesatan. Maka, berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).

Dasar-Dasar Akidah Islam

Dasar hukum akidah Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Oleh karena itu, akidah Islam bersifat tauqifi. Artinya tidak dapat ditetapkan kecuali berdasarkan dengan dalil syar’i yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Selain itu, tidak seorang pun mengetahui tentang Allah.

Tentang segala yang wajib bagiNya dan yang harus disucikan dariNya melainkan Allah sendiri. Tidak ada seorang pun setelah Allah yang mengetahui tentang Allah selain Rasulullah.

Oleh karena itu, pengambilan sumber dan dasar akidah hanya terbatas Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sabda Rasulullah Saw yang artinya aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.

Baca juga: KETENTUAN SUJUD SAHWI (FIKIH KELAS 8)

Maka, apapun yang ditunjukkan Al-Qur’an dan As-Sunnah harus diimani, diyakini dan diamalkan dalam perbuatan. Sedangkan yang tidak ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah maka harus ditinggalkan.

Oleh sebab itu, Allah menjamin orang-orang yang berpegang teguh terhadap Al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya, berjalan dengan kesatuan kata dalam manhaj yang benar, dan tidak bercerai-berai. Allah berfirman;

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.

Waallahu a’lam.