Jumat, 26 April 2024
Perguruan Tinggi

Pendidikan Latar Belakang Fundamental saat Muhammadiyah Berdiri

Pendidikan Latar Belakang Fundamental saat Muhammadiyah Berdiri

Fokus gerakan Muhammadiyah adalah persoalan yang kena dengan masyarakat bawah, yaitu kesehatan dan pendidikan. Pendidikan menjadi latar belakang yang fundamental saat Muhammadiyah didirikan, karena dapat memajukan Sumber Daya Manusia (SDM). Demikian disampaikan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Dr. Ma’mun Murod, M.Si., saat tausiah Santunan Yatim dan Dhuafa dengan tema “Berbahagia dengan Berbagi Merupakan Spirit Al-Ma’un, Menuju Gerakan Filantropi Muhammadiyah.” Kegiatan digelar oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Cengkareng, di Masjid Al-Barokah, Cengkareng, Jakarta Barat, Minggu (15/01).

Ma’mun mengatakan bahwa kemajuan pendidikan salah satunya diawali oleh gerakan KH Ahmad Dahlan, saat mereformasi pembelahan yang ekstrem dalam dunia pendidikan zaman dahulu. KH Ahmad Dahlan berhasil menggabungkan pengetahuan umum dan keagamaan, layaknya pemikiran Muhammad Abduh tentang pembaruan pendidikan.

Menurut Ma’mun, seiring berjalannya waktu, Muhammadiyah dengan nilai-nilai Islam yang terkandung dalam hadits, implikasinya turut serta mewujudkan amanat konstitusi dan membantu negara, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini dapat dibuktikan dengan berdirinya 171 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ribuan sekolah mulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas/sederajat. Ma’mun secara khusus mengajak kepada para yatim dan dhuafa, serta sanak keluarga untuk mengenyam pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi di lembaga pendidikan Muhammadiyah, khususnya di UMJ.

Ma’mun menyoroti konsen Muhammadiyah terhadap problem Sumber Daya Manusia yang rendah. Ia menegaskan pentingnya purifikasi Muhammadiyah dan harus dipahami oleh warga persyarikatan. Ma’mun menambahkan bahwa dalam dakwah Muhammadiyah merupakan dakwah positif walaupun banyak perbedaan dari Aceh sampai Papua. “Muhammadiyah tidak melihat suku, agama, ras, dan antargolongan, tetapi melihat ikhlas dan tulus untuk mengangkat derajat diri manusia dengan pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Maka, hadirkanlah Muhammadiyah yang toleran, inklusif, terbuka. Hadirkan dengan membaca Putusan Tarjih dan literatur lainnya,” tutur Ma’mun.

Sekretaris Kota Administrasi Jakarta Barat Iin Mutmainnah, M.Si., mengapresiasi langkah PCM Cengkareng. “Ini gagasan baik dari Muhammadiyah dan Aisyiyah. Saya apresiasi atas nama pemerintah dengan program kegiatan sosial yang bermanfaat ke masyarakat ini,” ucap Iin. Ia bersyukur karena organisasi keagamaan dan semua elemen yang berada di masyarakat dapat bergerak bersama dalam satu rel dan tujuan. Semuanya membawa misi menjadi khalifah di bumi, yang melibatkan hubungan dengan Allah SWT dan sesama manusia, yang tetap berjalan dan saling mendorong di masa transisi pandemi.

Simbolis pemberian bantuan Ma’mun Murod dengan masyarakat penerima, di Masjid Al-Barokah, Cengkareng, Jakarta Barat, Minggu (15/01).

Ketua PCM Cengkareng, H. Romli, S.Sos., mengatakan bahwa santunan yang dibagikan kepada 230 orang mustahik yatim dan dhuafa di sekitar Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat, berupa sembako senilai Rp100.000 dan uang tunai Rp150.000. Tujuannya untuk membantu masyarakat dalam kondisi dan situasi ekonomi yang serba sulit serta terjadinya PHK di mana-mana. Kegiatan dihadiri juga boleh warga persyarikatan Muhammadiyah, Dandim 0503 Jakbar, Danramil 04 Jakbar, Camat Cengkareng, Wakapolsek, dan Lurah Cengkareng Barat, serta unsur pemerintah administrasi lainnya. (QF/KSU)