Sabtu, 27 April 2024
Perguruan Tinggi

Hadapi Era Industri 5.0, Setjen Kemnaker RI Paparkan Kebutuhan Kompetensi Lulusan PT Memasuki Dunia Kerja

Hadapi Era Industri 5.0, Setjen Kemnaker RI Paparkan Kebutuhan Kompetensi Lulusan PT Memasuki Dunia Kerja

KOMHUMAS- Sekretaris Jenderal Kementrian Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Setjen Kemnaker RI), Prof. Anwar Sanusi, Ph.D., memaparkan kebutuhan kompetensi lulusan perguruan tinggi (PT) memasuki dunia kerja di era revolusi industri 5.0 pada kegiatan  Ministerail Lecture ‘Kabutuhan Kompetensi Lulusan Perguruan Tinggi dalam Memasuki Dunia Kerja di Era Revolusi Industri 5.0’ yang dilaksanakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unisba secara hybrid yakni luring di Aula Unisba dan daring melalui Zoom Meeting, Kamis (24/11/2022).

Menurutnya kebutuhan digitalisasi saat ini sangat tinggi dan menjadi tantangan karena masih terjadi kesenjangan di perkotaan dan pedesaan. “Di pesedaan masih bergulat untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu listrik,” ungkapnya.

Prof. Anwar mengatakan, lulusan perguruan tinggi khususnya masih membutuhkan penyesuaian digitalisasi dan perlu dibarengi dengan kecerdasan emosional. “Karena tanpa  penguatan emosional, maka akan banyak orang yang frustasi,” ujarnya.

Ia menyebutkan, saat ini Kemnaker memiliki sembilan lompatan sebagai solusi bagi tenaga kerja muda dalam menghadapi digitalisasi antara lain transformasi balai latihan kerja (BLK), link and match ketenagakerjaan, transformasi program perluasan kesempatan kerja, pengembangan talenta muda, perluasan pasar kerja luar negeri, visi baru hubungan industrial, reformasi pengawasan ketenagakerjaan, pengembangan ekosistem digital ketenagakerjaan dan reformasi birokrasi.

Disamping itu respon lainnya adalah pasar kerja yang berfungsi sebagai job matching melalui job carrer/ job fair yang bisa dimanfaatkan lulusan ketika memasuki dunia kerja, bimbingan karir dan keterampilan dengan memberikan konsuling pekerjaan, dukungan pemerintah yang secara konsisten mengelola pasar tenaga kerja menjadi lebih baik, serta analisis dan informasi pasar kerja.

Dalam memberikan layanan ketenagakerjaan secara menyeluruh dan terintegrasi, Kemenaker membentuk dua pilar utama ekosistem ketenagakerjaan yakni SIAPkerja yang merupakan sistem informasi dan aplikasi pelayanan ketenagakerjaan, dan Satu Data Ketenagakerjaan (SDK) yaitu penyelenggaraan tatakelola data ketenagakerjaan.

Prof. Anwar menjelaskan, SIAPkerja memiliki empat layanan, yakni Skilhub yang mengkhususkan  dalam mengembangkan dan membangun keterampilan para angkatan kerja. Kedua Sertihub, yaitu pelayanan sertifikasi profesi yang dapat dijadikan modal kompetisi di pasar kerja. Ketiga Karirhub, yang menjembatani para pencari kerja dengan pemberi kerja yang ada pada pasar kerja. Keempat adalah Bizhub yang memberikan informasi terkait peluang-peluang untuk tenaga kerja mandiri, sukarela, program padat karya dan sebagainya.

Lebih lanjut ia memberikan saran kepada para tenaga kerja muda agar jangan takut terhadap digitalisasi. “Karena kebutuhan di pasar kerja pada era digital lebih membutuhkan softskill, seperti pemikiran analitis dan inovatif, pembelajaran aktif dan strategi pembelajaran, pemecahan masalah yang kompleks, pemikiran dan analisis yang kritis, kreativitas, keorisinilan, dan berinisiatif, serta kepemimpinan dan pemberi pengaruh sosial,” terangnya.

Prof. Anwar melanjutkan, para tenaga kerja muda juga agar dapat berpartisipasi secara aktif dalam jejaring/komunitas keterampilan kontemporer. Disamping itu jangan pernah berhenti belajar dan jangan mudah menyerah terhadap persaingan di pasar kerja.

Ia menambahkan untuk terus membangun komunikasi dan profesionalitas di tempat kerja dengan berbagai generasi. Terakhir sarannya agar terus membangun branding keterampilan diri.

Pada kesempatan yang sama, Prof. Ir. A. Harits Nu’man, M.T., Ph.D., IPM., mengatakan, bagi pencari kerja ijazah tidak menjadi poin utama, akan tetapi transkrip nilai  dengan IPK yang menyertainya. “Bukan dari ijazahnya tapi kemampuan untuk merealisasikan mata kuliah yang sudah tercatat di trnaskrip nilai,” ungkapnya.

Prof. Harits menuturkan, indikator kinerja utama (IKU) menjadi landasan transformasi pendidikan tinggi. Terdapat tiga kunci keberhasilannya yaitu kualitas lulusan, kualitas kurikulum dan kualitas dosen & pengajar.

“Kualitas Unisba sudah merancang sedemikian agar mahasiswa mampu mendapatkan input tambahan selain ilmu yang ada di kampus. Kita sudah menjalin kerja sama dengan mitra industri yaitu dunia usaha dan dunia kerja sehingga mereka (lulusan) bisa bekerja atau melihat kondisi real dilapangan seperti apa pada saat mereka nantinya setelah lulus masuk di dunia kerja. Harapannya mereka memiliki attitude yang baik, kemudian memiliki kompetensi yang unik,” terangya.

Sementara itu Wakil Rektor IV Unisba, Dr. Ratna Januarita, S.H., LL.M., M.H., Unisba saat ini terus menyusun dan mengembangkan kurikulum baik ditingkat universitas maupun fakultas sesuai dengan Standar nasional Pendidikan tinggi (SNPT).

Disamping itu tambahnya, indikator kerja tambahan (IKT) di Unisba selalu dikaitkan dengan aspek ke-Islam-an yang didorong untuk membangun karakter 3M (mujahid, mujtahid dan mujaddid). “Jadi itu selalu menjadi pesan universitas tidak hanya kepada mahasiswa tapi juga pada dosen dan tenaga kependidikan shinggga kita semua menjadi satu ekosistem dan kesatuan untuk bekerja Bersama dengan visi ke-Islam-an,” ujarnya.***