Story SMK Tridaya

Sekolah Menengah Kejuruan

SMK, Pilihan Hidup Generasi Muda

Siswa SMK tentu memiliki keahlian bervariasi. Dari sisi peluang kerja, SMK juga pilihan terbaik, terutama bagi siswa yang tidak punya kesempatan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Ada tiga keuntungan bisa diperoleh para siswa lulusan SMK. Pertama, SMK berperan sebagai elevator atau tangga tercepat dari masyarakat yang berasal dari kalangan kurang mampu untuk bisa menaikkan taraf hidupnya. Kedua, lulusan SMK bisa memiliki pilihan dalam hidupnya. Setelah lulus sekolah, mereka mempunyai pilihan untuk bekerja, berwirausaha atau melanjutkan pendidikan. Ketiga, SMK mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dan industri di Indonesia. Pada dasarnya, lulusan SMK juga dapat melanjutkan ke perguruan tinggi (PT), walaupun secara skema mereka dapat menjadi pekerja atau berwirausaha. Tak ada perbedaan untuk masuk perguruan tinggi dari sekolah SMA maupun SMK. Hanya, setiap perguruan tinggi punya evaluasi masing-masing untuk penerimaan mahasiswa baru. Terdapat kurang lebih 20 persen lulusan SMK yang melanjutkan ke perguruan tinggi.  

Sekolah Menengah Kejuruan

Belajar Apa Aja Sih Di SMK?

“SMK, tuh, belajar apa, sih? Apa aja jurusan yang ada di SMK? Seru nggak sih jadi siswa SMK? Apa yang membedakan SMA dengan SMK?” Mungkin kalian pernah bertanya-tanya mengenai hal-hal di atas mengenai Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan formal, topik mengenai SMK belakangan lagi sering banget diperbincangkan masyarakat. Lama dipandang sebelah mata akibat mandul prestasi, kini SMK mulai bangkit dan unjuk gigi dan membuktikan bahwa nggak hanya mereka bisa berprestasi layaknya siswa SMA, tapi juga siap menjadi SDM yang terampil di dunia kerja. Berdasarkan data dari Kementrian Perindustrian, jumlah tenaga kerja industri manufaktur di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Misalnya, tenaga kerja di tahun 2006 sebanyak 11,89 juta orang meningkat menjadi 15,54 juta orang pada tahun 2016, atau dengan rata-rata kenaikan sekitar 400 ribu orang per tahun. Berdasarkan perhitungan tersebut, dengan rata-rata pertumbuhan industri sebesar 5 – 6 persen per tahun, dubutuhkan lebih dari 500 – 600 ribu tenaga kerja industri baru per tahun Nah, di sinilah SMK memainkan peran penting. Kementerian Perindustrian bertekad mendorong terciptanya tenaga kerja Indonesia yang terampil sesuai kebutuhan dunia usaha melalui pendidikan dan pelatihan vokasi. Untuk itu, diterbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 3 tahun 2017 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan […]

Sekolah Menengah Kejuruan

Sejarah Pendidikan Kejuruan di Indonesia

Pendidikan Kejuruan di Indonesia telah diperkenalkan di Indonesia sejak era jaman VOC. Institusi pendidikan yang berorientasi “kejuruan” pertama kali ada yaitu Akademi Pelayaran (dinamakan dalam bahasa Belanda : Academie der Marine) yang didirikan pada tahun 1743. Namun keberadaan Akademi Pelayaran tersebut hanya berlangsung selama 12 tahun karena pada tahun 1755 Akademi tersebut ditutup. Setelah kekuasaan VOC berakhir pada akhir abad ke-18 yang dilanjutkan dengan kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda, pendirian sekolah-sekolah pun diteruskan. Seperti kita ketahui bahwa pada era jaman kolonial, sekolah-sekolah hanya diperuntukkan kepada golongan tertentu berdasarkan keturunan, bangsa dan status sosial. Selain pendirian sekolah-sekolah reguler, pada tahun 1853 Pemerintah Hindia Belanda pertama kali mendirikan sekolah berbasis kejuruan. Sekolah kejuruan tersebut bernama Ambachts School van Soerabaia (Sekolah Pertukangan Surabaya). Pada tahun 1856, didirikan sekolah serupa di Jakarta. Sama dengan sekolah-sekolah jenis lain, sekolah-sekolah kejuruan tersebut juga hanya dikhusukan pada golongan tertentu yaitu anak-anak keturunan Belanda (indo).

Sekolah Menengah Kejuruan

UNESCO: Penutupan Sekolah Akibat COVID-19 Berdampak pada 290 Juta Pelajar ...

Upaya pencegahan penyebaran infeksi Virus Corona penyebab COVID-19 tidak hanya berdampak di bidang kesehatan dan ekonomi global. Pendidikan anak-anak pun ikut terganggu. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) mencatat, COVID-19 berdampak pada pendidikan sekitar 290,5 juta pelajar di seluruh dunia. Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay mengatakan, anak-anak dan remaja yang kurang beruntung adalah mereka yang cenderung paling terdampak dengan adanya penutupan sekolah. “Meskipun penutupan sekolah sementara sebagai akibat dari masalah kesehatan dan krisis lain bukan hal yang baru, sayangnya, skala global dan kecepatan gangguan pendidikan saat ini tidak tertandingi dan jika diperpanjang, dapat mengancam hak atas pendidikan,” kata Azoulay seperti dikutip dari laman resmi unesco.org pada Jumat (6/3/2020).