Minggu, 19 Mei 2024
Sekolah Menengah Atas

PAKAIAN ADAT BAYAN VS ADAT SASAK

<strong>PAKAIAN ADAT BAYAN VS ADAT SASAK</strong>

(Sebuah Keunikan Budaya Lokal Masyarakat Sasak)

Admin by Husnul Amrullah

Penanggungjawab ; Nursinah

Layout ; Hedi Hatadi

Editor ; Habiburrahman

Suku Sasak adalah suku yang menjadi mayoritas di pulau Lombok, banyak teori yang mengatakan bahwa nenek moyang Suku Sasak adalah orang Jawa, ada pula yang mengatakan bahwa leluhur Suku Sasak berasal dari pencampuran penduduk asli Lombok dengan para pendatang dari Pulau Jawa. Pulau Lombok terdiri dari 5 kabupaten serta kota, yaitu Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara serta Kota Mataram. Di Kabupaten Lombok Utara terdapat suatu komunitas yang merupakan bagian khusus dari masyarakat Suku Sasak yang lebih luas dan dikenal sebagai pusat budaya Lombok tertua yaitu  Suku Bayan.

Masyarakat Bayan sering dikatakan sebagai suku karena memiliki keunikan yang tidak dimiliki masyarakat lain dari sisi kebudayaan maupun tata cara kehidupan sehari-hari. Namun sebenarnya masyarakat Bayan adalah bagian dari Suku Sasak, sehingga sering disebut Suku Sasak Bayan. Masyarakat Suku Sasak Bayan tinggal di sebuah desa yang dinamakan Desa Adat Bayan, yang terletak di lereng utara Gunung Rinjani. Masyarakat Suku Sasak Bayan memiliki nilai-nilai lokal yang masih dijunjung tinggi sampai sekarang. Adat istiadatnya juga kental dengan adat Suku Sasak. Walaupun Suku Sasak Bayan adalah bagian dari Suku Sasak, namun ditemukan beberapa perbedaan yang menjadikan Suku Sasak Bayan menjadi unik atau sedikit berbeda dari Suku Sasak pada umumnya. Salah satu contohnya yaitu perbedaan dari segi pakaian adat. Pakaian adat merupakan sebuah simbol untuk mengekspresikan identitas, yang dikaitkan dengan sebuah wilayah geografis atau periode waktu dalam sejarah. Pakaian adat juga menunjukkan status soisal, perkawinan, atau agama.

Pakaian adat Suku Sasak Bayan dibedakan menurut waktu kapan saat memakainya. Pakain adat Sasak Bayan yang digunakan pada saat upacara adat berupa tenun adat Bayan, yaitu sebuah kain tenun asli Bayan yang ditenun oleh masyarakat setempat yang disebut sesekan. Kain sesekan atau kain tenun banyak jenisnya dan digunakan sebagai pembeda status sosial pemakai kain tenun tersebut. .Jenis kain sesekan antara lain londong abang, kereng pisak, rejasa, sapuk, jong, sampur rujak

belimbing, lipaq, kombong abang, poleng ragi dayu, songket poleng, ragi rajek, kesial kuning, rujak berune. Kain-kain tenun ini memiliki makna dan fungsi yang berbeda- beda pada setiap jenisnya. Kain tenun ini juga menjadi ciri khas dari masyarakat Suku Sasak Bayan. Biasanya kain tenun ini digunakan pada saat pelaksanaan tradisi-tradisi adat dan gawe adat gama.

Cara pemakaian tenun adat antara laki-laki dan perempuan berbeda-beda. Untuk kaum perempuan pada saat upacara adat menggunakan jong yang dibentuk menjulang ke atas sebagai penutup kepala, londong abang untuk menutup bagian tubuh yang digunakan dari bagian diatas mata kaki sampai ke bagian dada, rejasa digunakan sebagai ikat pinggang supaya kain yang menutupi tubuh tidak lepas, dan kombong abang sebagai selendangnya. Dalam kehidupan sehari-hari pakaian adat yang digunakan perempuan tua dan perempuan remaja berbeda-beda. Pakaian yang digunakan perempuan tua sehari-hari atau saat berpergian adalah menggunakan sinjang (kain) yang terbuat dari kain hitam tenunan lokak atau kain batik sabuk (bebet), selendang (lempot) dari batik rembang atau batik lasem, dan jong sebagai ikat kepala. Sedangkan perempuan remaja menggunakan kain saja, yang terbuat dari kain batik atau kain ulung. Sabuk (bebet) terbuat dari kain eloan. Selendangnya terbuat dari kain warna hitam yang dipinggirnya diberi hiasan benang dengan teknik sulam.

Untuk kaum laki-laki pada saat upacara adat menggunakan sapuq sebagai ikat kepala yang dibentuk sedemikian rupa sebagai simbol kejantanan dan menjaga pikiran pemakainya dari berbagai hal kotor, sapuq untuk masyarakat biasa tidak ditentukan warnanya atau bebas menggunakan warna apa saja sedangkan untuk kiyai kagungan mereka khusus menggunakan sapuq putek yaitu sapuq bewarna putih. Kereng pisak sebagai kain yang digunakan dibagian pinggang kebawah biasanya sampai betis dan bagian pinggang keatas tidak menggunakan kain apapun atau telanjang dada, rejasa digunakan sebagai ikat pinggang, dan kombong abang yang digunakan sebagai selendangnya.

Pada kehidupan sehari-hari pakaian adat laki-laki tua dan remaja juga berbeda. Laki-laki tua pada saat dirumah atau berpergian menggunakan selewok (kain panjang)

atau kain ulung cina, bebet kain rejasa, dan sapuq (ikat kepala). Sedangkan laki-laki remaja menggunakan kain batik, sabuk, dodot dari kain rejasa, dan sapuk (ikat kepala) dari kain batik. Pakaian adat yang digunakan oleh masyarakat biasa atau masyarakat kalangan bawah terlihat lebih sederhana dari masyarakat kalangan atas atau bangsawan yang menggunakan pakaian yang nilainya lebih terkesan mewah dan mahal, berbeda dengan pakaian golongan masyarakat biasa. Kain tenun yang digunakan oleh golongan bangsawan adalah kain tenun tertentu yang memiliki makna simbolis dan menjadi penanda status sosial mereka.

Pakaian adat Suku Sasak Bayan yang digunakan pada saat upacara adat atau pakaian sehari-hari sedikit berbeda dengan pakaian adat Suku Sasak pada umumnya. Sebagian besar masyarakat Suku Sasak menggunakan pakaian yang sama kecuali masyarakat Suku Sasak Bayan. Disinilah salah satu letak keunikan pakaian adat masyarakat Suku Sasak Bayan. Baju adat Suku Sasak yang tidak asing didengar lagi atau sudah sangat familiar di telinga masyarakat Lombok yaitu baju adat lambung untuk perempuan dan baju adat pegon untuk laki-laki. Seperti masyarakat Suku Sasak Bayan, penggunaan pakaian perempuan dan laki-laki juga bereda. Baju adat ini biasanya digunakan dalam rangkaian acara adat nyongkolan atau serangkaian upacara pernikahan.

Baju adat lambung yang digunakan oleh perempuan biasanya bewarna hitam dengan kerah baju berbentuk huruf V dan sedikit hiasan di kerahnya, yang dijahit menggunakan kain berjenis pelung, selendang yang di bahu bercorak ragi genap artinya kain songket khas Sasak yang dibuat sebagai lambing kesesuaian hidup. Ikat pinggang yang dililitkan disebut sabuk anteng. Bagian bawah dililitkan kain tenun khas Lombok sampai lutut atau mata kaki yang melambangkan kesopanan dan kesuburan. Baju adat pegon yang digunakan laki-laki dilengkapi dengan sapuq yang diikat diatas kepala sebagai lambang penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, pegon sebagai lambang keagungan seorang laki-laki dan kesopanan sikap laki-laki terhadap sesama. Leang atau dodot sebagai lambang semangat dalam berkaya, pengabdian kepada

orang tua dan masyarakat. Kain wiro sebagai lambang kerendahan hati, selendang umbak sebagai lambang kasih sayang dan kebijakan bagi pemakainya.

Pakaian yang digunakan pada saat upacara adat atau dalam kehidupan sehari- hari berbeda dengan pakain yang digunakan saat momen spesial yang dilangsungkan sekali seumur hidup atau upacara sakral yang mengikat antara laki-laki dan perempuan untuk melangsungkan hidup ke jenjang lebih dewasa dalam ikatan pernikahan. Pakaian adat yang digunakan oleh pengantin masyarakat Suku Sasak Bayan sedikit berbeda dengan Suku Sasak pada umumnya dan menjadi ciri khas tersendiri bagi masyarakat Bayan yang menjadikannya unik. Untuk pakaian pengantin perempuan, bagian atas kepala menggunakan sanggul cukli melayar, onggar mas,semanggi mas, senkang (cerorot mas), semi, petitis bunga kamboja. Pada bagian badan menggunakan lempot (selendang) warna merah dan kuning, dodot kain, pending emas, gendit dua buah saling silang, kedudeng, dan kain songket subhanale yang memiliki makna bahwa orang Sasak memiliki ketuhanan yang tinggi bahkan pada saat dibuat para penenun berulang kali mengucapkan “subhanallah” Maha Suci Allah karena takjub melihat hasil karya tenun yang motifnya rumit dan sangat indah. Dan pada bagian leher dipakaikan kalung emas. Biasanya perhiasan yang digunakan juga menjadi penanda status sosial mereka.

Pakaian adat yang digunakan oleh laki-laki yaitu sapuq yang dibagian kanannya dihiasi bunga ongar-ongar, baju koko putih, dodot dari kain songket benang emas subhanale, selewok(tapo kemalo), gendit dua buah, kain sripe, dan kain batik rembang bewarna hijau yang disilangkan di depan dada yang menandakan bahwa status sosialnya tinggi atau dari golongan bangsawan. Perlengkapan yang dibawa yaitu keris sebagai simbol kesatriaan yang dipasang di belakang atau dipunggung. Jika keris dipasang didepan maka artinya laki-laki tersebut siap untuk perang. Pakaian adat Suku Sasak Bayan sedikit mirip dengan pakaian adat Jawa.

Berbeda dengan pakaian Sasak Bayan pakaian Sasak yang digunakan untuk perempuan dibagian kepala adalah sanggul yang dihiasi dengan ongar-ongar, tusuk konde, kepang slak, semi, centong, sanggul kedebong malang, perumbaq, semanggi,

bunga cempaka, bunga kumitir, dan bunga mawar. Digunakan juga kelambi (kebaya) biasanya bewarna hitam, kain songket, pending(ikat pinggang), tondang(kalung), sengkang atau subang (anting-anting), teken ima(gelang tangan). Untuk laki-laki menggunakan sapuq (ikat kepala), pegon, selewoq (kain panjang), kain songket, dan keris.

Dari segi pakaian sudah terlihat perbedaan antara Suku Sasak Bayan dan Suku Sasak. Suku Sasak Bayan pakaian adatnya nampak lebih mirip seperti kombinasi antara Pakaian adat Sasak dan pakaian adat Jawa. Pakaian adat Suku Sasak Bayan dari segi rupa dapat dikatakan unik, karena beda dari Suku Sasak pada umumnya walaupun Bayan adalah bagian dari Suku Sasak. Mengapa pakaian adat Suku Sasak Bayan mirip seperti pakaian adat Suku Jawa? karena masyarakat Suku Sasak Bayan sangat mempercayai bahwa leluhur atau nenek moyang mereka adalah orang Jawa. Dari teori tersebut maka muncullah pakaian adat Suku Sasak Bayan yang nampak seperti kombinasi dari pakaian adat Sasak dan Jawa.

Menurut beberapa pengamat sosial seperti Adonis mengkategorikan masyarakat Suku Sasak Bayan sebagai “masyarakat terasing”. Maksud dari kata asing disini adalah mereka nampak berbeda dari segi adat istiadat, pakaian, cara penerapan agama Islam, dan lain-lain. Keberadaannya yang ada di utara lereng Gunung Rinjani juga membuat masyarakat Suku Sasak Bayan terlihat asing, karena jauh dari suasana gemerlapnya kota. Walaupun tidak semua orang mengetahui tentang Suku Sasak Bayan tapi perlu dijelaskan bahwa Bayan adalah bagian dari Suku Sasak. Dan Bayan adalah pusat budaya Sasak yang perlu dijaga dan dilestarikan menjadi sebuah budaya lokak yang menjujung nilai-nilai kearifan lokal dari masyarakat Suku Sasak.

Penulis : Ni Komang Sugita Karini (Siswi SMAN 1 Narmada)

DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Bayan#:~:text=Suku Bayan adalah s – uatu komunitas,sebagai pusat budaya Lombok tertua.&text=Kekh asan suku Bayan terkait dengan,Telu (Islam Waktu Tiga

https://www.wisatadilombok.com/2013/04/mengenal-lebih-dekat-keunikan- suku.html

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Wetu_Telu