Kamis, 02 Mei 2024
Perguruan Tinggi

Cerita Sahrul Mahasiswa UNJA Ikuti Japan Agricultural Exchange Councile

Cerita Sahrul Mahasiswa UNJA Ikuti Japan Agricultural Exchange Councile

JAMBI,- Sahrul Rama Ansori, mahasiswa Prodi Peternakan Universitas Jambi (UNJA) dalam 9 bulan terakhir menjalani magang di “Negeri Matahari Terbit”, Jepang. Ia tergabung dalam program Japan Agricultural Exchange Councile (JAEC) setelah berhasil lolos sebagai perwakilan UNJA dan Indonesia melalui tahap seleksi yang dilakukan di gedung PPKMP Ciawi pada 16-18 Maret 2022 silam.

Sahrul tergabung bersama 29 orang lainnya mewakili Indonesia melaksanakan magang JAEC di Miyashita Farm, Prefektur Aichi, Nagoya Jepang selama 11 bulan dan akan berakhir di bulan Maret 2023 ini.

Mencari pengalaman, ilmu, dan motivasi sebanyak-banyaknya merupakan motivasi awal Sahrul mengikuti program magang tersebut, ia ingin mempersiapkan dirinya guna bersaing di masa depan agar menjadi lebih baik. Sahrul mempersiapkan pembelajaran bahasa Jepang sebelum berangkat dan membawa harapan agar bisa menjadi petani/peternak milenial dan wirausaha muda yang mampu membuka lapangan pekerjaan.

“Selain itu, ingin membuka mata teman-teman lainnya bahwa apa pun bisa dicapai dan tidak ada yang tidak mungkin. Tentunya sangat banyak pengalaman yang saya dapat dari pengalaman kerja yang sangat jauh berbeda mulai dari ketepatan masuk kerja, misalnya 5 menit harus sudah di lokasi dan selesai bekerja sesuai jam yang ditentukan serta tidak boleh selesai sebelum jamnya, etos kerja yang sangat patut dilakukan ketika nanti pulang ke Indonesia. Tekanan yang sangat tinggi ketika bekerja, merasakan 4 iklim yang mana belum pernah saya rasakan sebelumnya, sikap toleransi yang sangat tinggi terhadap sesama, dan sangat tertib berlalu lintas bahkan pejalan kaki juga tertib menjadi pengalaman-pengalaman baru yang saya rasakan,” ungkap Sahrul.

Sahrul juga bercerita mengenai suka dan duka selama tinggal di Jepang sebagai minoritas dan muslim.

“Tidak adanya tempat ibadah yang dekat dari tempat saya, untuk salat Jumat membutuhkan waktu 1,5 jam menggunakan sepeda, lalu susahnya mencari makanan halal di Jepang. Lokasi saya jauh dari sarana prasarana umum karena peternakan di Jepang biasanya di pegunungan ataau jauh dari lingkungan. Terkadang ada rasisme/bully terhadap warga asing oleh orang lokal, tidak ada teman sesama orang Indonesia yang dekat, perbedaan bahasa yang sangat signifikan, tingkat stress yang sangat tinggi dikarenakan tuntutan kerjaan, bahkan orang Jepang terkenal dengan tingkat bunuh diri yang tinggi,” tuturnya.

“Untuk sukanya, orang Jepang banyak yang ramah, saling menghormati dan tidak suka mengurusi hidup orang lain, pelayanan cepat di pemerintahan seperti membuat surat izin tinggal Jepang hanya butuh waktu 1 jam, akses ke manapun mudah karena teknologinya yang baik,” lanjut Sahrul.

Di balik suka dan duka yang diraskan Sahrul, ia tetap bersemangat dan menjadikannya sebuah motivasi dalam menjalankan kesempatan langka dan berharga bisa magang di Jepang.

Sahrul menambahkan bahwa ada cerita menarik yang sekiranya bisa dibagikan ke teman-teman dan keluarga di Jambi, yaitu masalah pekerjaan yang kalau di Indonesia jika bekerja cepat dan pekerjaan sudah habis, maka dianggap udah selesai. Namun ia menjelaskan kalau di Jepang jika pekerjaan cepat selesai, maka akan ditambah kerjaan yang lain. Hal ini yang membuat Sahrul suka mengatur waktu agar waktunya pas ketika bekerja, karena Jepang sendiri menggunakan sistem per jam bukan per hari.

Tak lupa pula, Sahrul mengucapkan terima kasihnya kepada dosen PA, dosen pembimbing skripsi, dan dosen-dosennya di Fakultas Peternakan UNJA yang sudah memberikan motivasi dan dukungan.

“Magang ini tidak ada pembimbing dalam kegiatannya, karena memang dari pusat/Kemenetrian Pertanian langsung. Tapi saya ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu dosen yang banyak memberi motivasi, terutama kepada Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan, bapak Ir. H. Yusrizal, M.Sc., Ph.D. yang juga Dosen Pembimbing Akademik saya. Lalu bapak Dr. Ir. Rifli Rindes M, M.P. dan ibu Ir. Fatati M.P. selaku Dosen Pembimbing Skripsi saya. Serta bapak/ibu dosen Peternakan UNJA yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu,” ujarnya.

Dimas Anugrah Adiyadmo / HUMAS