Senin, 29 April 2024
Perguruan Tinggi

UI Sosialisasikan Inventarisasi Potensi Bencana Alam di Gunungkidul Agar Warga Siaga Hadapi Longsor

UI Sosialisasikan Inventarisasi Potensi Bencana Alam di Gunungkidul Agar Warga Siaga Hadapi Longsor

Kapanewon Gedangsari merupakan salah satu daerah di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang paling rawan mengalami bencana tanah longsor. Hal itu mengingat kondisi wilayahnya yang berbukit-bukit dan berada di ketinggian 200-700 mdpl. Daerah tersebut didominasi oleh jenis tanah latosol, batu-batuan induk vulkanik, dan sedimen taufan. Menurut data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul pada tahun 2022 Kabupaten Gunungkidul telah mengalami bencana tanah longsor sebanyak 370 kali dan Kapanewon Gedangsari menduduki peringkat pertama dengan jumlah kejadian longsor terbanyak, yaitu 75 kali.

Dari kejadian tersebut, Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI) berkolaborasi dengan Universitas Gunung Kidul (UGK) melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat, yakni sosialisasi hasil Inventarisasi Potensi Bencana Alam Tanah Longsor di Kapanewon Gedangsari Kabupaten Gunungkidul. Tim pengmas diketuai oleh Adi Wibowo, M.Si., PhD. (UI) dan beranggotakan Dra. Astrid Damayanti, M.Si. (UI), Ir. Limpat Wibowo Aji, ST., MT.ñ (UGK), Sabilla Fitri Handayani, S.Si. (UI), Maulana Eighner Daffa Jalatama (UI), Ezia Purnama Putri (UI).

Menurut Adi, inventarisasi potensi bencana alam tanah longsor ini dilakukan dengan mengamati kondisi fisik lingkungan dan didukung data kejadian longsor dari BPBD sejak tahun 2013 hingga 2023. Proses ini dilakukan untuk merumuskan permasalahan yang terjadi di Kapanewon Gedangsari baik dari segi kondisi fisik Kapanewon Gedangsari maupun sosial masyarakatnya. Kemudian, dilanjutkan dengan pembuatan peta dari variabel-variabel penentu untuk menunjukkan daerah rawan bencana dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi tanah longsor, ujar Adi.

Hasil pemetaan dan penelitian yang telah dilakukan, lanjut Adi, kemudian dipaparkan kepada tokoh masyarakat Kapanewon Gedangsari, serta instansi-instansi sebagai bahan diskusi dalam menentukan langkah strategis untuk membantu masyarakat menghadapi bencana tanah longsor. Tim pengmas berfokus pada upaya antisipasi dan adaptasi masyarakat terhadap bencana alam, khususnya tanah longsor. Kami menekankan pentingnya pemahaman kondisi tempat tinggal dan strategi adaptasi sebagai langkah proaktif dalam menghadapi bencana alam, ujarnya.

Meskipun masyarakat Kecamatan Gedangsari memiliki pengalaman dalam menghadapi tanah longsor, tapi menurutnya, masih tetap diperlukan peninjauan terhadap kebijakan pemerintah dan sistem peringatan dini guna meningkatkan kapasitas bencana di wilayah tersebut. Menurut Dra. Astrid Damayanti, M.Si., sebagai salah satu upaya mitigasi bencana oleh pemerintah daerah diperlukan buku potensi desa tentang bencana. Hal itu disampaikan untuk menanggapi masukan dari hasil diskusi dengan stakeholder, mencakup rekomendasi pemetaan pra-saat-setelah bencana termasuk kewenangan model pengelolaan bencana masing-masing.

Berdasarkan hasil penelitian, pada dasarnya, seluruh desa di Kecamatan Gedangsari telah melakukan seluruh jenis strategi adaptasi dengan persentase penggunaan strategi yang berbeda. Desa yang lebih unggul dalam menghadapi tanah longsor menggunakan strategi ekonomi dan strategi sosial yang kuat, seperti di Desa Serut dan Desa Hargomulyo, ujar Astrid.

Dengan demikian, lanjutnya, kegiatan pada tingkat kelompok sangat membantu para individu untuk memiliki strategi yang lebih dalam menghadapi tanah longsor dan tidak hanya mengandalkan dirinya sendiri. Di Kapanewon Gedangsari, tingkat kapasitas masyarakat desanya cukup beragam, ada desa yang tergolong tangguh terhadap bencana dengan tingkat kapasitas masyarakatnya yang tertinggi adalah Desa Serut, Desa Hargomulyo, dan Desa Ngalang. Hal ini dipengaruhi oleh masyarakat yang lebih peka terhadap keamanan lingkungan dan cepat tanggapnya menyebabkan adanya strategi adaptasi yang dibuat berbeda dengan desa lainnya sehingga lebih mudah beradaptasi dengan baik.

Dalam kegiatan yang dilaksanakan di Aula Prof. Koesnadi Hardjosumantri, Kampus 2 Universitas Gunung Kidul pada Kamis (1/2) ini telah dihadiri sebanyak 45 peserta, yang terdiri dari tokoh masyarakat di Kapanewon Gedangsari, dan perwakilan dari instansi yang terkait dengan Inventarisasi Potensi Bencana Tanah Longsor. Mereka terdiri atas perwakilan dari BPBD Kabupaten Gunungkidul, Tagana Kapanewon Gedangsari, Dinas Sosial Kabupaten Gunungkidul, Polres dan Kodim 0730 Kab. Gunungkidul, Dinas Kominfo, Bappeda Kab. Gunungkidul, Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB), dan Forum Disabilitas Tangguh Bencana (FDTB) Kab. Gunungkidul, dan Koramil Kapanewon Gedangsari, PMI dan Save Rescue Kab. Gunungkidul, serta beberapa dosen dari UGK.

Kegiatan ini juga merupakan kelanjutan dan pengembangan dari salah satu kegiatan Hibah Riset FMIPA UI Tahun Anggaran 2023-2024 yang berjudul Kajian Spasial Risiko Longsor di Kapanewon Gedangsari Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Selain itu, pengmas ini merupakan kesinambungan dari kegiatan Kuliah Kerja Lapang 2 Universitas Indonesia yang diadakan sebelumnya di Gunungkidul pada Mei 2022.