Selasa, 30 April 2024
Perguruan Tinggi

Pengajian Ramadan ‘Aisyiyah: Perkuat Dakwah Islam Berkemajuan

Pengajian Ramadan ‘Aisyiyah: Perkuat Dakwah Islam Berkemajuan

Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) adakan pengajian Ramadan di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Humas dan Protokol UAD)

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menjadi tuan rumah untuk Pengajian Ramadan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Daerah Yogyakarta. Pengajian ini diadakan pada 30–31 Maret 2024 M/20–21 Ramadan 1445 H bertempat di Amphitarium Kampus IV UAD. Acara diperuntukkan para pimpinan ‘Aisyiyah Wilayah DIY dengan tema “Membangun Keunggulan Menuju Islam Berkemajuan”.

Pengajian dibuka dengan sambutan dari Dra. Hasta Dewi selaku Ketua Majelis Tablig dan Ketarjihan (MTK) PWA DIY. Hasta berterima kasih kepada para hadirin yang turut berpartisipasi meramaikan kegiatan Pengajian Ramadan PWA dan berharap semoga kegiatan ini menjadi berkah untuk hadirin semua. “Harapan kami acara pengajian dua hari ini insyaallah akan bertambah yang hadir dan bermanfaat bagi kita semua,” ungkapnya.

Rektor UAD Prof. Dr. Muchlas, M.T. dalam sambutannya menjelaskan bahwa dakwah Muhammadiyah memiliki tantangan yang luar biasa. Dua dari tantangan itu adalah eksistensi teknologi bernama Artificial Intelligence (AI) dan yang kedua adalah the dead of expertise. “Kalau kita mengandalkan ChatGPT, ia bisa menjawab dan punya pengetahuan Islam, tetapi bukan pemahaman Islam yang dimiliki oleh Persyarikatan Muhammadiyah,” ucap Prof. Muchlas.

Ia juga memaparkan bahwa sebentar lagi Muhammadiyah akan menerbitkan sebuah AI yang bernama ChatHPT yang di situ kita bisa menanyakan persoalan-persoalan agama. “Saya kira para mubaligat yang terpilih oleh PWA DIY bisa memperkaya konten dakwah agar platform AI apa pun dapat mendapatkan informasi keislaman dari konten tersebut,” harap Rektor UAD itu.

Lebih lanjut, ia menjelaskan tantangan kedua adalah the dead of expertise. Ini adalah sebuah era yang memilukan karena masyarakat lebih percaya kepada search engine atau mesin pencari yang ada di Internet daripada percaya kepada para pakar. Sehingga mesin-mesin pencari itu mengambil otoritas kepakaran mubaligin dan mubaligat. “Era ini adalah tantangan besar bagi kita, tentang bagaimana supaya mubaligin dan mubaligat itu tidak dianggap mati kepakarannya.”

Pada kesempatan yang sama, Ketua PWA DIY Widyastuti, S.E. dalam sambutannya mengatakan bahwa ilmu adalah sebuah alat untuk melakukan dakwah di ‘Aisyiyah serta menggerakkan masyarakat yang ada di sekitar. “Oleh karena itu, marilah kita gunakan dan manfaatkan waktu kita sebaik mungkin, untuk terus belajar dan menelaah supaya kita tidak menjadi orang yang merugi,” tutup Widyastuti. (doc)

uad.ac.id