Selasa, 30 April 2024
Perguruan Tinggi

Fokus Studi pada Pendidikan dan Kesehatan Mental, Mengantarkan Inggar Menjadi Lulusan UM dengan Raih IPK Sempurna

Fokus Studi pada Pendidikan dan Kesehatan Mental, Mengantarkan Inggar Menjadi Lulusan UM dengan Raih IPK Sempurna
image_pdf
[KESEHATAN]

Beberapa tahun terakhir ini, isu pendidikan dan kesehatan mental menjadi hal yang semakin perlu diperhatikan, khususnya dalam kondisi pasca pandemi serta perkembangan era digital yang kini memasuki era social society. Pendidikan dan kesehatan mental merupakan aspek yang saling berkaitan dan memiliki pengaruh yang besar ditengah kehidupan masyarakat. 

Hal tersebut yang menjadi motivasi bagi Inggar untuk mendalami keilmuan bimbingan dan konseling sehingga dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang program Magister Bimbingan Konseling Universitas Negeri Malang (UM). Dia (Inggar Anggita, S.Psi., M.Pd.) merupakan salah satu mahasiswa lulusan terbaik program Magister dengan nilai IPK 4,00.

Inggar sebelum memutuskan untuk melanjutkan pendidikan, merupakan seorang pengajar dan juga konselor di salah satu International School di Jakarta. Pengalamannya selama 13 tahun, membuat Inggar tertarik untuk mendalami kembali dunia bimbingan dan konseling (BK). “Saya melihat keilmuan bimbingan konseling ini sangat menarik, terutama setelah adanya pandemi Covid-19,” ujar Inggar. Dia melihat adanya kebutuhan untuk menjembatani siswa dalam menghadapi pembelajaran jarak jauh atau online learning karena adanya social connection. Pada tahun 2021, Inggar memutuskan untuk pindah ke Malang untuk career break dan melanjutkan pendidikannya di UM.

Setelah menjalani beberapa semester diperkuliahan, Inggar dengan mantap mengambil topik tesis tentang penelitian pengembangan buku panduan bimbingan kelompok dengan teknik biblio edukasi berbasis nilai kristiani untuk meningkatkan keterampilan manajemen diri siswa SMA. Alasan mengambil topik tesis tersebut karena Inggar melihat perlunya meningkatkan keterampilan manajemen diri dari siswa SMA, terutama saat pandemi. Dimana para siswa berupaya dalam mengelola waktu hingga emosi. Kesulitan-kesulitan inilah yang dianggap mempengaruhi kesehatan mental. Bimbingan kelompok juga dijadikan sebagai salah satu variabel dalam tesis Inggar, karena bimbingan kelompok dapat menjadi media untuk berbagi pengalaman maupun ilmu, hingga akhirnya dapat menemukan solusi. Sedangkan teknik biblio edukasi merupakan salah satu teknik dalam bimbingan konseling yang menggunakan bahan bacaan sebagai alat untuk self-reflection. Kegigihan Inggar dalam menjalankan perkuliahan tersebut, mengantarkan dia lolos untuk mengikuti hibah tesis dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UM.

Memandang isu terkait pendidikan serta mental health, Inggar melihat adanya tantangan terbesar pada isu tersebut yaitu pada perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat. Hal ini sangat mempengaruhi Gen Z yang merupakan generasi yang sangat lekat dengan keberadaan teknologi dan informasi sehingga membuat adanya generation gap antara Gen Z dengan generasi-generasi sebelumnya, dimana Gen Z banyak menerima informasi, namun tidak semua informasi siap untuk diterima oleh Gen Z. 

“Dibandingkan dengan generasi milenial, misalnya. Gen Z memperoleh informasi lebih banyak dan lebih awal daripada orang tua mereka, namun dari segi pola pikir dan sudut pandang mereka, mereka mungkin belum siap untuk menerima informasi itu,” jelas Inggar. 

Faktor tersebut merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan rasa cemas berlebihan, membandingkan diri dengan orang lain di media sosial dan menyebabkan Gen Z sering membangun self ideal dari apa yang dilihat di internet. Hal tersebut yang menyebabkan munculnya isu kesehatan mental. 

Menurut Inggar, solusi yang dapat dilakukan dari isu tersebut, salah satunya adalah konseling, dimana konseling yang dilakukan adalah konseling yang mencakup dua aspek, yaitu orang tua dan Gen Z itu sendiri. Konseling dilakukan kepada orang tua untuk menjembatani adanya generation-gap, sehingga orang tua lebih mengetahui apa yang dialami oleh anak mereka. Sedangkan bagi Gen Z sendiri, berfungsi untuk dapat lebih aware  terhadap diri mereka sendiri.

“Setiap jalan yang sudah dibuka oleh Tuhan kepada umat-Nya, merupakan cara Tuhan yang terbaik. Apapun kesulitan yang dihadapi, hal itu akan mempersiapkan diri kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tetap semangat, jangan menyerah, maju terus. Banyak orang di luar sana, yang menunggu kalian berkarya dan bersinar dimanapun kalian berada,” pesan Inggar.

Pewarta: Silla Cahya Nisa – Internship Humas UM 

Editor: Muhammad Salmanudin Hafizh Shobirin – Humas UM