Pakan ikan ATC (Atraktan Tinta Cumi) dibuat oleh Rizky Indra dan Andika Saputra siswa Jurusan Budidaya Perikanan SMK N 2 Kalianda, Lampung Selatan, Lampung atas bimbingan Ir.Jaka Purwanta.
Bau pakan yang khas akan meningkatkan nafsu ikan, artinya ikan akan terangsang dengan cepat untuk mengonsumsi pelet yang diberikan. Tetapi jumlah pakan yang dimakan oleh ikan bergantung dari nilai nutrisi yang terkandung di dalam pakan. Ikan bisa saja makan dengan cepat dan terlihat rakus, tetapi akan segera berhenti makan jika dirasa sudah “kenyang”. Meskipun demikian jika pakan yang diberikan dapat cepat dimakan oleh ikan maka pakan tidak terbuang dengan percuma. Bahan yang mudah larut, seperti vitamin, tidak akan terbuang ke dalam air dengan sia-sia karena pakan cepat dimakan oleh ikannya. Jadi pakan akan lebih efisien dan air kolam tidak cepat rusak karena pakan yang terbuang.
Attractant atau atraktan adalah perangsang dari pakan ikan yg bertujuan untuk meningkatkan aroma dan rasa sehingga diharapkan dengan menambahkan atraktan ini maka ikan dapat lebih cepat terpikat untuk menghampiri pakan dan kemudian memakannya.
Tinta Cumi mempunyai aroma yang khas, serta mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh. Asam amino esensial yang dominan adalah leusin, lisin, dan fenilalanin. Sementara kadar asam amino nonesensial yang dominan adalah asam glutamat dan asam aspartat. Tidak ada yang mengira sebelumnya bahwa tinta cumi yang hitam itu ternyata membawa khasiat luar biasa, setidaknya pada hewan percobaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hiroki University di Jepang, tinta cumi dapat mengaktifkan sel darah putih untuk melawan tumor. Penelitian dilakukan terhadap 15 ekor tikus yang dikembangkan dalam tubuhnya penyakit tumor ganas. Tikus-tikus tersebut diberi suntikan tiga dosis cairan tinta cumi atau sekitar 200 mg tinta cumi. Ternyata hanya tiga tikus yang mati, sisanya tetap hidup. Sebagai perbandingan, 15 tikus lainnya yang juga menderita penyakit yang sama tidak diberikan suntikan tinta cumi dan semua mati dalam waktu tiga minggu.
Temuan itu merupakan hasil coba coba Jin’ichi Sasaki dan sejawatnya dari Universitas Hirosaki di Jepang bagian utara. Mereka memurnikan sebagian tinta cumi itu menjadi suatu campuran yang terutama terdiri atas glusida (gabungan gula, protein dan lipid). “Sebenarnya tak ada alasan khusus mengapa kami memakai tinta cumi pada mencit-mencit yang ditumbuhi kanker”, kata Sasaki.
Di wilayah Lampung Selatan banyak nelayan yang menangkap cumi dan tintanya dibuang begitu saja. Jadi kami siswa perikanan SMK N 2 Kalianda dalam proses pembuatan pakan ikan mencoba menjadikan tinta cumi sebagai atraktan pakan ikan.
Berikut adalah video dokumentasi pembuatan pakan ikan tersebut :
Demikianlah inovasi pembuatan pakan ikan ATC. Semoga kedepannya inovasi ini mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, mengingat ini merupakan sebuah langkah inovasi yang bermanfaat dalam pembudidayaan perikanan.