Sabtu, 18 Mei 2024
Perguruan Tinggi

Berbagi Insight Bersama Rektor Amikom Yogyakarta, Unpas Mantapkan Visi Entrepreneurial University

Berbagi Insight Bersama Rektor Amikom Yogyakarta, Unpas Mantapkan Visi Entrepreneurial University

BANDUNG, unpas.ac.id – Universitas Pasundan semakin mantap mewujudkan visi entrepreneurial university di tahun 2037.

Upaya ‘ngangsu kawruh’ terus dilakukan, salah satunya dengan menghadirkan Rektor Universitas Amikom Yogyakarta, Prof. Dr. M. Suyanto, M.M. yang lebih dulu menggagas visi perguruan tinggi berbasis entrepreneur, Selasa (13/12/2022).

Selangkah lebih maju, Amikom bahkan tengah menyongsong universitas generasi ke-4 dengan pendekatan open innovation. Pendekatan ini akan melahirkan calon profesional, saintis, dan entrepreneur.

Dalam seminar pekan Dies Natalis ke-62 Unpas “Insight Menuju Perguruan Tinggi Generasi ke-4 Berbasis Entrepreneurial dan Teknologi”, Prof. Suyanto berbagi tentang kiat-kiat menjadi universitas generasi ke-4.

“Prof. Suyanto berhasil mengimplementasikan dan menghilirisasikan literasi digital, literasi teknologi, literasi data, dan literasi humanis. Dengan keempat literasi tersebut, beliau mampu menghadapi perkembangan transformasi digital,” ujar Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom., IPU.

Seminar insight menuju perguruan tinggi generasi ke-4. (Foto: Rico B)

Prof. Suyanto aktif menyumbang ide dan menjadi tokoh di balik animasi The Battle of Surabaya, Ajisaka: The King and The Flower of Life, Tumbal: The Ritual, dan animasi lainnya.

Ia juga menulis naskah dan menyutradarai film Kinah & Redjo yang berkisah tentang masa muda juru kunci gunung Merapi, Mbah Maridjan. 

Animasi dan film garapannya berhasil menyabet puluhan penghargaan bergengsi meski sempat diragukan tidak mampu bersaing dengan animasi kelas dunia.

“Saat ini, sebagian besar perguruan tinggi masih jadi universitas generasi ke-2. Padahal, kita bisa mengalahkan PTN dengan masuk ke area yang belum mereka sentuh,” katanya.

Riset Berbasis Komersialisasi

Menurutnya, untuk menjadi universitas generasi ke-4, 75 persen penghasilan dari universitas dan unit bisnis mesti digunakan untuk riset yang dapat dikomersialisasikan. 

“Generasi ke-4 targetnya menembus new market, bukan existing market. Maka, riset yang dilakukan harus bisa menghasilkan uang untuk mendongkrak ,” paparnya.

Amikom mencoba mencari peluang dan melibatkan mahasiswa untuk terlibat dalam proyek yang profitable. Pada produksi film Kinah & Redjo misalnya, Prof. Suyanto melibatkan mahasiswa dari beberapa prodi untuk mengerjakan bagian yang linier dengan bidang ilmunya.

“Kita ajarkan mahasiswa untuk jadi kreator konten. Dengan cara-cara kreatif inilah, kami menghasilkan entrepreneur sebanyak 29 persen, mengalahkan Harvard University, Stanford University, sampai Massachusetts Institute of Technology (MIT),” katanya.

Seminar insight menuju perguruan tinggi generasi ke-4. (Foto: Rico B)

Ia menambahkan, Amikom telah menjalin kerja sama dengan Silicon Valley Innovation Center, industri film Hollywood, dan Wall Street. 

“Prinsip saya, kalau bekerja sama dengan perusahaan besar jangan hanya mengeluarkan uang, tapi bagaimana caranya kita juga dapat uang. Untuk itu, kami membangun Amikom Business Park guna menginkubasi ide mahasiswa dan dibaurkan dengan proyek mereka,” jelas Prof. Suyanto.

Usung Budaya Lokal

Prof. Suyanto punya misi membawa animasi Indonesia ke kancah internasional dan menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi kreatif dunia melalui kekayaan dan kearifan lokal.

“Animasi yang kita buat seluruhnya diambil dari cerita, sejarah, dan budaya lokal. Kita bisa membuat cerita lokal dengan teknologi Hollywood, kita adopsi sinematografinya, penulisan ceritanya, dan lain-lain,” terangnya.

Tak hanya animasi, Amikom juga membuat game Jemparingan (panahan) di Metaverse dan sudah tersedia di Meta Market.

“Jadi, apa yang harus diperhatikan untuk menjadi universitas generasi ke-4? Pendidikannya open innovation, ciptakan nilai dan keunikan, libatkan multi aktor, berorientasi pada ekosistem, ciptakan ruang inovasi bagi mahasiswa, dan semua unsur mesti berperan sebagai disruptor yang siap mengubah keadaan,” tukasnya. (Reta)**